Geya berdiri mondar mandir di kamarnya ia menunggu kabar dari Kaivan, ia khawatir sebenarnya dengan keadaan Arsa tapi apa boleh buat Arsa kemarin memberi nya batasan untuk bertemu dengannya. Ia sangat sedih, ia ingin melihat keadaan Arsa tapi ia takut Arsa mengusir nya. Ia pernah menjenguknya tapi Arsa keliatan marah tak ingin di jenguk sama sekali oleh nya. Ia diusir paksa disana ahh ia malu sekali saat itu.
Kaivan belum memberi kabar sepertinya ia sibuk baiklah ia akan membersih kan kamarnya terlebih dahulu.
Ia berlari ketika mendengar teleponnya berdering segera ia angkat tanpa melihat namanya.
" Kenapa ngga ke rumah sakit? " Ia tertegun mendengar suara yang ia khawatir kan sejak tadi bukan Kaivan melainkan Arsa. Ia terdiam bingung mau menjawab apa.
" Gue nungguin lo Dateng jenguk gue"
Ia berdeham sekali lalu" Iya aku kesana, kamu mau nitip apa? "
Ia sedikit bingung dengan perubahan kekasih nya itu, apa pacarnya amnesia? Apa yang membuatnya sampai tiba-tiba baik padanya. Sekeras apa kepala nya terbentur?
" Ngga mau apa-apa cuma mau Lo. Cepetan."
Panggilan itu terputus ia segera berganti pakaian, kemudian memesan ojek online ke rumah sakit.
Ia buru-buru mencari ruangan sang pacar takut akan kemarahan Arsa, setelah melihat pintu yang kamar rawat inap sang pacar ia mengetuk pelan pintu. Kemudian ia memutar knop pintu.
Ia masuk perlahan ia melihat Arsa tengah mendongak kan kepalanya, entah kenapa ia merasa lucu. Pacar nya itu terlihat menggemaskan. Ia perlahan berjalan mendekat, dan ia terkejut melihat tangan Arsa tengah merentang minta di peluk itulah kesimpulan yang tengah Geya tangkap.
Ia berjalan ragu menghampiri Arsa, ia bertanya-tanya dalam hati apakah kecelakaan ini membuatnya transmigrasi seperti di novel yang ia baca? Tak mungkin. Pasti ia cuma lupa ingatan Iyah itu. Ia tak mau berpikir dan berharap begitu jauh.
Begitu Geya menghampiri nya dengan ragu, tangan nya langsung meraih tubuh gempal Geya, Geya yang mendapat perlakuan tersebut hanya terdiam tubuh nya kaku ia tak berani memikirkan macam-macam.
"Kamu kok ngga jenguk aku sih?" Bibir nya merajuk menatap Geya . Lucu pikir Geya.
"Tapi kamu yang bilang aku ngga boleh jenguk kamu." Geya menatap polos Arsa. Arsa meringis ternyata apa yang teman nya bilang benar adanya. Geya yang sadar ucapannya ia hanya melotot tak percaya apa yang ia ucapkan. Ia memang suka keceplosan dalam hal apapun apalagi di situasi yang membuatnya khawatir begini.
"Maaf ya ay, aku nyakitin kamu banget ya?" Tampang Arsa memelas menatap Geya, berharapp dimaafkan.
" Yaiyalah pake nanya lagi, nyakitin atau engga ya jawabannya iya lah. Tolol banget sih sa." Bukan Geya yang menjawab tapi teman laknat nya. Seketika rasa kesal nya itu menjadi penyesalan.
" Lo kalo nyakitin ngga kira-kira sa, gue aja yang temen lu aja sakit hati liat lu nyakitin si Geya. Gimana Geya yang lu sakitin hampir setiap harinya, mending lu berdua udahan biar ngga ada yang sakit hati." Arsa menggeleng cepat tak ingin hubunganya berakhir dengan Geya, ia sudah tertabrak dan melalui kehidupan kedua demi bersama Geya kembali. Masa ia di suruh menyerah begitu saja?
" NGGA!" Ucap nya keras mengagetkan seluruh orang di ruang VIP ini.
"Gue ngga mau! Enak aja lo nyuruh gue putus sama Geya." Kata nya sambil menatap tajam temannya. Devanka.
Geya yang melihat itu ia senang bukan main merasa dirinya berharga untuk Arsa, apakah ia tak jadi di putusin oleh Arsa?
Ia tersenyum lebar melihat Arsa, ia harap ini akan bertahan sedikit lama setidak nya sampai waktunya. Kalo boleh sampai cerita ini ending.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAT GIRL
Teen Fiction(SEBELUM BACA FOLLOW DULU) Tentang kebangkitan seorang pemuda yang menyia-nyiakan gadis gemuk yang tulus padanya, ia terbangun dari kematian nya. Untuk memberi kebahagiaan yang sebelumnya tak ia berikan pada gadisnya. apakah tuhan memberinya kesemp...