"Apakah hati masih bisa patah ketika jantung berhenti berdetak?"
Aluna, seorang putri kerajaan yang malah menghindari kata "Tuan Putri" karena menurutnya menjadi putri di sebuah kerajaan itu adalah sebuah hukuman, itu sangat mengekang dirinya dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mendung cuaca di kala mentari mulai pergi. Belum begitu gelap untuk di sebut malam, namun bukan lagi tugas fajar untuk di sebut pagi. Hela nafas, membuat hati merasa sedikit tenang. Tatapan sendu menoleh ke arah laksamana langit tak karuan.
13 tahun berlalu, sejak peperangan besar yang menjajah ribuan korban hari itu. Semua yang ada di Carlotte sudah sangat berubah. Bukan dalam hal kehancuran namun kedamaian. Nyatanya gedung-gedung pencakar langit telah terbentuk di seluruh Carlotte. Kastil Lilian yang semula hangus terbakar kini telah kembali bangkit dengan miliaran keceriaan.
Makam-makam korban perang hari itu di sejajarkan memiliki barisan yang rapi tertera pada tempatnya, tak lupa, tentang makam putri Aluna yang bersebelahan dengan makam-makam yang lainnya.
Dan terakhir, tentang Alcira. Sukar untuk kembali mengungkitnya, namun kerajaan Alcira sudah jauh lebih baik, saat berpindah kekuasaan di tangan raja Leonard Dellarobia sekarang. Tak ada yang tau, sejak Danmhar tewas di peperangan lalu, sejak saat itu pula mereka—orang-orang keji itu tak pernah terlihat lagi, tak hanya, George para prajurit dan kereta kudanya pun menghilang bagai di telan bumi. Namun hal itu justru menguntungkan karena setidaknya peperangan seperti itu tak akan pernah terulang kembali. Karena secara resmi dan sadar mereka menetapkan bahwa Carlotte dan Alcira sudah sepakat untuk berdamai.
Akan tetapi, Charlotte masih belum meresmikan pemilik tahta berikutnya, meskipun semua orang tahu setelah kematian putri Aluna, Hiro-lah yang akan menjadi pemilik tahta, namun para rakyat juga Hiro sekalipun belum bersedia untuk menggantikan sang raja terdahulu yang tercinta sulit untuk mengembalikan semuanya seperti sediakala terlebih raja Alhandra adalah pribadi yang baik. Pada akhirnya semua orang memutuskan untuk membuka gerbang kerajaan dengan bebas. Bahkan seluruh makhluk di Alethea pada akhirnya mengakui kekuasaan Carlotte dan ikut tunduk akan kebesaran Kerajaan Carlotte, termasuk Alcira.
"Ada berbagai macam tipe manusia dalam hidup ini, ada orang yang pendendam, yang ambisi nya melebihi kata batas, pepatah bijak berkata bahwa dendam tak akan pernah menyelesaikan permasalahan namun bagi mereka hukum itu berlaku sebaliknya, karena keadilan akan benar-benar terjadi saat mereka sendiri lah yang mengadilinya mereka yang pendendam tak akan pernah berhenti sebelum tujuan nya tercapai mereka tak akan pernah merasakan manisnya kenikmatan dan pada akhirnya mereka hanya akan kehilangan diri sendiri.
Lalu manusia dengan tipe merelakan, semua orang pasti mempunyai masalah, namun ketahuilah tanpa rasa sakit seseorang tak akan pernah menjadi kuat, tanpa kecewa seseorang tak akan pernah menjadi dewasa dan tanpa kehilangan seseorang tidak akan pernah tau arti dari keikhlasan, mungkin tak semua orang bisa dengan mudah menerima semua permasalahan yang dihadapi namun di saat mereka sudah menerima dan merelakan semuanya maka mereka telah menemukan kunci kebahagiaan."
Sudah cukup lama Aluna duduk di atas hamparan rerumputan hijau di tengah bukit itu. Wajahnya menatap sayu ke arah langit biru yang terbentang mesra di atas sana. Burung-burung berkeliaran terbang bebas kesana-kemari. Senyum tipis terukir di wajahnya. Ia ingat jelas dahulu, ia pernah bermimpi untuk menjadi seekor burung agar bisa terbang bebas tanpa memikirkan masalah duniawi.
Tergores, sorot mata menatap sendu tertuju pada panah tak karuan, bukan lagi tentang siapa melainkan hanya bergulat dengan mengapa. Iya, mengapa harus mereka tuhan? derca bibir mencantip penuh kerinduan.
Selalu Aluna duduk di tengah dua makam dengan angin sempoyongan yang meniup lembut syal yang ia kenakan. Ia hanya terdiam, bagai menunggu tak begitu pasti apa yang sedang ditunggu.
Eylira, tulisan akhir di balik getir gabungan kata yang di buatnya.
kata orang menulislah, tulis semua keinginan keluh kesah dan penderitaan yang kau rasakan, karena setidaknya itu adalah satu-satunya cara untuk membuat inginmu menjadi kenyataan meski hanya terbingkai melalui sebuah gores dari tulisan.
Namun apa itu benar? tanya Aluna dalam benaknya. Lantas bagaimana dengan inginku?Apakah tulisan ini bisa mengembalikan semua inginku yang telah pergi? Jika benar begitu maka biarlah aku menulis biarkan tulisanku ini menggetar menghantarkanku padamu agar kita kembali bersama, walau aku tahu betul itu mustahil adanya.
Sayup-sayup angin berhembus bersama gugurnya dedaunan di bukit itu. Sejuk rasanya, tenang, dan damai. Aluna menutup matanya membayangkan semua kebahagiaan yang ingin sekali ia dapatkan. Namun tiba-tiba...
"Mama!!" Teriakan cempreng itu terdengar, suara manja dari seorang gadis kecil yang memanggil dari kejauhan.
Cerita pun berakhir, ketika Aluna berbalik, menoleh, menemui Hiro bersama seorang gadis kecil yang berlari dan mendarat ke pelukannya.
"Zoe..."
—— ...•๑✿๑•... ——
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kisah tragis, di mana kisah cinta kali ini dipisahkan oleh alam dan disatukan oleh maut. Selamat abadi di dalam karyaku, Joy. Kami akan selalu merindukanmu."
— Eylira —
_________________ • __________
Oke para readers, terima kasih atas perhatiannya selama kurang lebih satu tahun ini. Sekian saja cerita kali ini, jangan lupa mampir di cerita lainnya, yaaa 😋