14. empat belas

623 51 0
                                    

Pagi tiba, aksa kembali ke sekolah untuk melanjutkan belajarnya, bagitupun gaby yg sudah kembali ke rumah barunya.

"Mah aksa pergi" pamit aksa dengan terburu buru.

"Sarapan naak? " teriakan dari lana membuat aksa berbalik menatap mamanya itu.

"Maaf ya mam.. Aksa udah telat.. Byee mama" aksa berlalu dengan melambaikan tangan nya.

Lana menggeleng pelan melihat tingkah baru aksa, jika dulu dia hanya menyahuti dengan gelengan sekarang tingkah tingkah barunya mulai muncul.

☁☁☁☁☁

"Pagi jio" sapaan anggun dari gadis yg aksa kenal membuat pemuda itu memusatkan seluruh perhatian nya pada gadis yg kini tengah memamerkan senyum nya.

"Pagi" sahut aksa menggandeng tangan gaby sampai ke kelas gadis itu.

"Aku masuk ya.. Daahh sayang" gaby masuk setelah mencuri ciuman dari aksa.

"Nakal hmm" gumam nya dengan menatap gaby yg tengah berjalan ke arah bangkunya.

"Aksa... Kemari" panggilan rifki membuat aksa berdecih sinis.

Oh aksa tak melupakan keberanian pemuda itu mengatainya gila dan bodoh, aksa akan membuat perhitungan dengan nya.

"Kenapa? " tanya aksa kala sampai tepat di depan pemuda yg kini sibuk menggaruk tengkuknya.

"Ga papa.. Ouh.. Darius bilang ervan dkk kabur dari penjara dan jadi buronan" aksa melirik sekilas rifki.

"Gue pantau, sekarang urusan gue itu lo" spontan Rifki yg mendengar berusaha lari.
Namun gerakan aksa lebih cincah membuat rifki harus pasrah menerima hukuman pemuda yg kini menyeretnya.

☁☁☁☁☁

"Aksaa... Gawat" teriakan darius membuat aksa yg awalnya tengah melihat layar laptop yg ada di depan rifki langsung menutup laptop itu setelah menekan salah satu tombol di sana dengan gerakan cepat.

"Kalian lagi ngapain? " tanya gaby yg ikut dengan darius.

"Memberi hukuman" sahut aksa melirik sinis rifki yg gelisah.

"Gawat kenapa? " tanya rifki berdiri dari duduknya menyimpan kembali laptop itu.

"Ervan... "

"Kabur dari penjara? " darius mengangguk mendengar sahutan aksa.

"Rifki bakal nanganin" spontan rifki menggeleng enggan.

"Udalah rif... Salah lo juga ngatain jio bodoh jio gila kan" darius terkekeh di tempat mendengar gaby mendukung aksa.
"Selamat menjalankan tugas bro" ejek darius melangkah menuju kantin.

"Kalo butuh sesutu hubungi gue" aksa ikut pergi meninggalkan rifki dengan gaby yg masih terkekeh.

☁☁☁☁☁

Di kantin gaby bercanda tawa dengan naura yg kini tampil berbeda. Aksa memerhatikan mereka, dan tak sengaja melihat naura yg sesekali melirik azka. Tak lama kemudian rifki datang ikut menimbrung.

"Hey nau," sapa rifki membuat naura mengalihkan pandangan ke arah pemuda itu.

"Hay... Kok baru dateng rif? " tanya naura dengan menyirit.

"Dia itu abis kena hukuman sama jio ra" sahut gaby membuat naura terkekeh di ikuti gaby, sedangkan rifki hanya menampilkan wajah masam nya.

"Oya nau, katanya ada pasar malem yg baru buka loh. Lo mau dateng? " entah ajakan atau hanya sebuah pertanyaan gaby merasa rifki mencari sebuah waktu berdua bersama naura.

"Pengen sih, tapi ga ada yg ajak, masa ke sana sendiri" ujar naura.

"Sama gue" suara saling bersahutan itu membuat kebingungan bagi gaby, aksa dan naura.

"Emm... Terserah lo sih, mah ikut gue atau azka" ujar rifki setelah merasa canggung.

Rifki dan azka yg tadi menawari naura secara bersamaan membuat naura bingung. Gadis itu tak enak pada rifki yg terlihat mengajaknya, tapi dia ingin pergi dengan azka.

Gaby yg melihat kegelisahan naura memutuskan untuk keduanya menunggu sampai sekolah di tutup.

Akhirnya mereka kembali ke kelas karna bel masuk telah berbunyi, sepanjang pelajaran, naura tak fokus terus melirik rifki yg asik memainkan ponselnya.

Ting

Suara notifikasi membuat gadis itu mengambil sebuah benda pipih dari lacinya.

Gabriella ✨

[Kalo lo bingung lo bisa tanya sama hati lo, gw tau lo gelisah mau nerima ajakan salah satu dari mereka, saran gue ikuti aja apa mau hati lo, mereka juga pasti bakal saling mengerti

Satu pesan panjang itu membuat naura tersenyum, betapa bahagianya memiliki teman antagonis seperti gaby, dia mengetahui kita tanpa kita kasih tau.

Terlepas alur novel yg terkesan aneh, membuat naura bebas memilih hidupnya mengatur takdirnya, tapi tetap saja gadis itu masih takut kalau sewaktu waktu sang penulis merombak kembali takdir yg sudah dia atur.

☁☁☁☁☁

Sekolah mulai di bubarkan, naura keluar di ikuti aksa dan rifki, sendari tadi rifki tak henti menatap naura, namun gadis itu tak mengetahui nya.

Walau begitu aksa tau kalau rifki suka gadis di depannya itu. Tapi ada satu masalah yg aksa yakini mereka butuh pengorbanan, karna cinta rifki harus bertepuk sebelah tangan.

"Gimana nau? " pertanyaan dari azka kala mereka baru sampai membuat naura terdiam.

"Emm... Aku pergi sama kamu, maaf ya rif... Aku ga mungkin ajak kalian berdua sekali gus kan" setelah terdiam lama akhirnya naura memberi jawaban nya.

"Oh... Iya ga papa kok. Btw.. Gue duluan ya, nyokap dah nyariin nih.. Bye" rifki pamit dengan menepuk 2 kali bahu aksa.

Pemuda itu menghela nafasnya menatap gaby yg juga gelisah, tau kegelisahan gadis itu aksa merangkulnya.

"Kita duluan ya" pamit aksa, dia membawa gaby ke mobilnya.

Tersisa lah azka dan naura di sana.

"Lo pulang sendiri? "

"Iya naik taksi"

"Bareng gue"

Percakapan singkat itu terjadi begitu cepat, naura ikut masuk ke mobil hitam milik azka. Di dalam keadaan begitu canggung membuat keduanya hanya saling diam.

Hingga mobil itu berhenti di rumah naura.

"Makasih ya ka udah anter sampe rumah" azka tersenyum lalu mengangguk pelan.

"Istirahat, jam 8 aku jemput" naura balik mengangguk.

Mobil azka pun mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah naura. Dan naura masuk ke dalam dengan perasaan senang yg membuncah.

Tanpa tau kesenangannya itu ada di atas kesedihan rifki yg kini ada di sebuah taman.

transmigrasi antagonis boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang