18. delapan belas

378 40 0
                                    

Di taman tak jauh dari bandara, azka sibuk mengobati luka pada tangan mungil putih yg berdarah itu, nampak terdengar ringisan dari bibir mungil sang gadis.

"Awh awh.. Kak sakit" pekiknya kala azka tak sengaja menekan keras lukanya.

"Sorry"

Setelah selesai azka membereskan obat obatan itu lalu menatap gadis itu yg sibuk meniupi tangan yg di perban nya.

"Sorry ya.. Gue ga sengaja" ujar azka membuat gadis itu menatap sinis azka. Namun malah terkesan imut untuk mata azka.

"Makanya punya mata di pake donk kak, kan sakit" marahnya.

"Maaf ya"

"Iya deh iya ely maafin kok" ujar gadis bernama ely itu.

"Btw kakak ngapain ngumpet di sana? Kakak bukan teroris kan? " tebak ely membuat azka menyentil pelan dahi gadis itu.

"Ishh kakak" azka terkekeh mendengar nada kesal dari ely yg nampak imut.

"Aaahh.. Ely lupa, mau jemput ibu astaga" gadis itu berdiri membuat azka ikut berdiri.

Gadis itu berlari menyebrang jalan tanpa melihat membuat azka mengejarnya dan menarik gadis itu agar tak ceroboh.

"Nanti ketabrak, gue anter ya" ely hanya mengangguk saja mengikuti langkah lebar azka.

Keduanya sampai di depan seorang wanita paruh baya yg masih nampak cantik walau ada sedikit kerutan di wajahnya.

"Ibu... Maafin ely ya... Ely lupa mau jemput ibu" ujar nya melepas genggaman tangan azka dan memeluk ibunya.

"Iya sayang ga papa kok... Emm.. Siapa? " nampak ibu ely melirik azka jahil membuat gadis itu menatap polos ibunya.

"Saya azka tan..." azka menyalimi tangan wanita itu.

"Saya violin. Panggil ibu vio aja sama kaya ely. Oh kamu temen sherly? Atau... "

"Temen ibu" bantah ely. Gadis bernama lengkap ivana sherly jovanka itu adalah anak bungsu violin.

"Ahh... Gitu, ya udah yok pulang, ibu cape banget nih" sherly mengangguk menggandeng ibunya tapi baru dua langkah dia berbalik menatap azka membuat pemuda utu menyirit.

"Kamuuu..." ucapan sherly terpotong ileh vio.

"Ikut aja ke rumah, athan di rumah kan? " tanya vio pada sherly membuat gadis itu mengangguk.

"Bang athan tadi bilang mau anterin temen di bandara, tapi ga berangkat bareng ely, mungkin dia udah di rumah" jelas sherly.

"Ya udah ayoo" vio berjalan dan ely mengikuti dengan menarik azka.

"Pake mobil azka aja tan, kebetulan azka bawa mobil" akhirnya mereka memakai mobil azka.

Sebab sherly tak bisa berkendara, tadi saja dia memakai taksi untuk ke bandara.

Sampai di rumah sherly tak henti berceloteh menceritakan pengalaman nya walau azka sama sekali tak mengerti apa yg gadis utu ceritakan, tapi dia hanya menatap dengan lembut Sherly.

"Mumpung jam makan siang, kita makan bareng yuk" ajak vio masuk, azka awalnya ingin menolak tapi sherly lebih dulu menariknya.

"Astaga... Kenapa telat? Ayah pikir ibu dan ely kenapa napa di sana" suara pria parau baya membuat mereka menoleh padanya.

"Loh bu? Dari singapur bawa menantu? "Darren ayah dari sherly.

" loh om kok di sini? " tanya azka pada darren.

"Kamu siapa? Emang kita kenal? " azka nampak kikuk karna merasa dia sok kenal.

Tapi tentu dia kenal, darren bukan nya ayah dari darius? Itu yg azka tau, beberapa kali juga azka bermain catur dengan darren.

"Kamu ngapain ikut anak istri saya hehh? Udah cukup ya ayah liat kamu deket banget sama darius kaya kalian ini... " darren menyatukan dua telunjuknya membuat vio menutup mata sherly menatap tajam suaminya yg cengengesan.

"Oh.. Jadi sherly adik darius? " tebak azka, darren mengangguk merangkul azka masuk meninggalkan vio dan sherly yg bingung.

"Ayo ely antar ibu sampe kamar"

Selepas makan siang, azka di ajak berkumpul dengan mereka, ada darius dan abang pertama sherly. Dia lucas. Abang tertua sherly.

"Kamu king TDM ka? " tanya darren dengan memasukan biskuit ke mulutnya.

"Bukan yah, azka cuma tangan kanan nya aja" ujar azka

"Loh.. Terus siapa kingnya? "Tanya lucas.

" om dion. Tapi tangan kanan nya om rayyan ngasih kepercayaan anaknya, ervan, karna TDM berantakan jadi anak om dion turun tangan. Tapi bukan azka" jelas darius.

"Siapa? "Tanya darren ikut penasaran

"Aksajio, adik kembar azka..." jawab azka.

"Terus sekarang gimana tuh? " azka mengangkat bahunya acuh karna dia tak tau.

"Udah mulai membaik sih yah, cuma mungkin mereka lagi nyari keberadaan ervan yg kabur dari penjara"

"Ervan? Gue kaya ga asing sama namanya" ujar lucas mengingat ingat nama itu.

"Oh.. Ervan! Dia punya tato di lengan nya gambar kupu kupu kan? " azka mengangguk cepat mendengar ucapan lucas.

"Dia nyewa vila gue di cianjur. Coba kalian grebek, gue bantu deh, kayaknya dia ga sendiri deh"

"Iya bang, ada beberapa temen nya" ujar darius.

"Kamu juga termasuk temen nya kan than" darius melotot kesal pada ayahnya itu.

"Itu dulu, lagian aku kan di utus aksa buat pantau TDM yah" bantahnya.

"Ya udah biar nanti gue sama azka hubungin aksa buat kabar ini" azka hanya mengangguk dengan mata terfokus pada sherly yg duduk di sampingnya.

Puukk

Sebuah bantal mendarat di wajahnya membuat azka menatap sang pelempar.

"Adik gue tuh, lo sentuh lo mati" ujar darius galak.

Azka hanya terkekeh dengan sengaja merangkul sherly membuat gadis itu mendongak bingung, sedangkan darius sudah siap berdiri.

"Lepas woyy.. Ga kakaknya ga adiknya sama sama bikin emosi" sentak darius kembali melempari azka bantal.

Tapi salah sasaran, bantal itu mendarat pada sherly membuat snack yg di pegangnya berantakan.

"ABANGG" pekikan itu membuat darius berusaha kabur, tapi lucas menahan nya.

Dan berakhir lah darius yg di pukuli sherly membuat gema tawa di ruangan itu, tak terkecuali azka yg merasa lucu dengan wajah kesal sherly.

transmigrasi antagonis boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang