Mulai Merasuki

2 0 0
                                    

Aku mulai masuk sekolah di sekolah baruku. Suasananya cukup tenang karena sekolah ini bergabung dengan alam.

Awalnya semua baik-baik saja. Sampai satu waktu dimana teman-temanku menunjukkan sifat asli mereka.

Beberapa dari mereka sering membullyku, namun ada juga yang tetap berteman baik denganku.

"Ih ko mukanya kaya nenek-nenek sih! Najis banget!" Ucap salah satu teman lelakiku.

"Eh iya! Punya muka kaya nenek-nenek hahahaha." Jawab teman yang lain sambil tertawa terbahak-bahak.

Tentu saja aku sakit hati mendengarnya, bagaimana mereka bisa mengatakan hal seperti itu? Temanku menyuruhku untuk tetap sabar.

Aku pulang ke rumah, lalu mencari cermin di kamarku. Aku lihat baik-baik wajahku, apakah benar seperti nenek-nenek yang dikatakan teman-temanku? Tapi, aku rasa tidak ada masalah dengan wajahku. Hanya kulitku yang memang sedikit gelap. Mungkin itu mulut mereka saja yang tidak bisa dijaga.

Beberapa hari ini aku mengalami sesuatu yang aneh di rumahku. Ibu, Ayah, dan adikku pergi ke Bandung karena ada urusan. Sementara aku di rumah bersama pembantuku yang bernama Aisyah.

Pada malam hari, aku dan Aisyah tidak tidur di kamar, namun kita tidur di ruang tengah. Lalu aku mendengar ada suara langkah kaki di belakangku. Karena pada saat itu posisi kasur di tengah rumah menghadap televisi, dan di belakang kasur ada lemari etalase yang membatasi ruang tengah dan ruang tamu.

Aku terbangun karena mendengar langkah kaki itu, suaranya seperti berjalan dari kamarku ke arah kamar mandi. Disitu aku sangat ketakutan, karena hanya ada aku dan Aisyah di rumah saat itu. Tidak sengaja aku melihat ke kaca lemari yang ada di hadapanku, ada bayangan yang lewat sangat cepat dari arah kamarku menuju kamar mandi.

Aku tidak bisa bergerak, meskipun ada Aisyah disampingku, aku tetap tidak bisa membangunkannya. Aku sangat ketakutan, aku memejamkan mataku dan berharap bisa tidur.

****
Oh iya, orang tuaku bekerja sebagai penjahit butik. Beberapa minggu ini penghasilan orang tuaku menurun, tapi tidak ada pengeluaran yang banyak. Namun biasanya banyak sekali yang datang untuk membuat baju, tapi kali ini nyaris tidak ada yang datang sama sekali.

Karena sudah merasa aneh, Ibu dan Ayah pergi menemui temannya yang bisa 'melihat', sebut saja Pak Hilman. Dan dia bilang ada yang menutupi usahanya.

Untuk kali kedua bertemu dengan Pak Hilman, Ibu dan Ayah menyuruhku dan adikku untuk ikut. Sesampainya di sana aku disuruh masuk ke satu kamar dan duduk di tengah. Di depanku ada seorang wanita dan di belakangku Pak Hilman.

Wanita di depanku membaca bacaan yang tidak aku ketahui karena dia membaca dengan suara yang pelan, dan tangannya berputar seperti sedang mengumpulkan energi.

Ditengah kebingungan, aku mendengar Pak Hilman yang tertawa di belakangku. Aku sangat terkejut namun aku tidak bisa apa-apa.

Setelah selesai, aku disuruh kembali ke ruang tamu. Dan sekarang giliran Ibu. Sama sepertiku tadi, namun disitu Ibu mulai kesurupan. Suaranya berubah menjadi berat seperti suara laki-laki, dan dia mengatakan "AING NGAN SAUKUR DI TITAH! TONG DIBANTUAN BUDAK IEU!" Yang artinya "Aku hanya disuruh! Jangan bantu anak ini!"

Sontak aku dan adikku terkejut, kenapa tiba-tiba? Mengapa ada orang yang mengirim seperti ini ke keluarga ku?

Setelah Ibu sadar, Pak Hilman menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Pak Hilman bilang bahwa ini berasal dari salah satu anggota keluargaku, dia tidak terima dengan perkataan yang keluar dari mulut Ibuku. Di dalam tubuh Ibu ada seorang lelaki tua, di dalam tubuh adikku ada tuyul yang terus-menerus memeras uang Ibu tanpa Ibu dan Ayah sadari, lalu di dalam tubuhku ada seorang nenek-nenek berambut panjang dengan bibir yang sangat tebal.

Disitu aku teringat perkataan teman-temanku yang mengatakan bahwa wajahku seperti nenek-nenek. Apakah gara-gara ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang