Entah berapa malam kulewati dengan tangisan? Entah berapa lama tangisan yang terus mengalir bagai hulu ke hilir, tak henti aku terus menatap langit. Hai bulan, siapa sebenarnya dirimu? Temanku? atau kau muncul di malam lain yang lebih indah. Aku hanya hitam kelabu, gelap bagai awan mendung. Bukan bintang gemerlap di angkasa.
Hai, petir di langit hitam, apa yang kau sesali lagi? Tak ada hujan yang turun.
Hai, mentari. Kapan kau tersenyum lagi di kaki langit? Aku rindu, sungguh.
Ribuan kata kutulis di atas lembaran kehidupan, apa lagi yang ku sesali hari ini? Tak ada hujan, namun petir tetap muncul. Hei kau, ya, siapa dirimu, wahai rembulan? Terangmu tak pernah lepas dari mataku, bahkan sekali pun. Mau ku lari, mau ku pergi, kau tetap muncul walau awan terus tampak.
Siapa dirimu, wahai rembulan? Diriku terus menari dalam melodi yang kau mainkan. Di dalam kesunyian, sepi dan damai. Dimana kau sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear siapapun itu
Ficção Adolescentesiapa lagi yang bisa kutuju untuk menceritakan kisahku? siapa lagi yang terus kuceritakan pada kekosongan malam? siapa lagi yang harus kusalahkan atas masalah yang muncul karena takdir?