Karina pernah bilang "Otak kita nggak akan bisa berkerja sebagai mana mestinya kalau udah berhadapan sama yang namanya cinta."Dulu Juna mencibir ucapannya, tapi sekarang Juna merasa mungkin ucapan Karina ada benarnya juga. Karena ketika sedang bersama Anye, Juna jadi tidak bisa berpikir jernih. Semua yang di lakukannya mengikuti naluri dari perasaannya bukan pikiran. Hal buruknya adalah perasaan tidak bisa di atur seperti Juna bisa mengatur pikirannya sendiri.
"Lucu ya?" Juna memperhatikan Anye yang sedang berdiri di sebelahnya dengan kedua mata yang fokus menatap Milo yang sedang mendusel manja di telapak tangan Juna.
Anye mengangguk setuju. "Iya, aku jadi ingat kucing putih yang dulu pernah kak Malik bawa pulang."
"Kucing putih? Lora?"
"Ah iya bener, Lora." Anye tersenyum cerah, pikirannya seperti sedang berkelana ke masalalu —berusaha mencari serpihan-serpihan ingatan yang selalu ingin di kenangnya. "Kak Malik dulu munggut Lora di depan ruko yang udah tutup, kata kak Malik kasian. Pasti kedinginan."
Juna jadi teringat sesuatu. Malik pernah bercerita padanya tentang anak kucing itu —anak kucing berbulu putih yang sengaja Malik adopsi untuk Anyelir. Jadi Malik bohong pada Anye, tapi kenapa?
"Malik bilang gitu?"
"Iya." Lagi-lagi kepala Anye mengangguk lucu, membuat Juna terdiam sejenak. Iya hanya sejenak —sempat terlintas di benaknya kalau Anye jauh lebih menggemaskan dari Milo yang setia bermain di antara jemarinya.
"Kamu nggak mau bawa Milo pulang? Kasian dia pasti nggak punya rumah."
"Kalau aku bawa dia pulang, induknya pasti sedih." Juna menunjuk satu kucing yang ukurannya lebih besar dari Milo ada di dekat mereka.
Sebenarnya Juna memang tidak pernah berniat memiliki peliharaan apapun, terutama hewan lucu nan menggemaskan bernama kucing itu. Alasan utamanya karena Juna sudah terlalu sibuk, dan hewan itu hanya akan membuat dirinya menjadi seorang budak di tengah kesibukan yang sudah cukup memusingkan. Juna tidak mau mempertaruhkan kewarasannya.
"Anye biasanya pengen makan apa kalau lagi diluar?"
"Makan apa aja sih.. yang di beliin kak Malik."
Satu-satunya orang yang sering dan selalu di bicarakan Anye adalah Malik. Juna jadi merasa penasaran, apa Anye pernah punya pacar sebelumnya? Karena kelihatannya setiap Anye berusaha mengingat-ingat sesuatu —akhirnya yang terlintas dalam benaknya hanya Malik.
"Yang kamu suka apa?"
"Aku suka yang manis-manis kayak eskrim atau cake cokelat gitu. Kalau kamu?"
Juna tersenyum saat kebetulan melihat tali pengait pada sendal Anye terlepas, Juna berlutut di hadapan Anye. "Boleh aku bantu kaitin?" Juna mendongak, meminta ijin pada Anye yang sedang menundukan kepalanya menatap pergerakan Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
Novela JuvenilKata orang Arjuna Bhaskar Prawira hanya terobsesi dengan uang, lalu dengan tegas pemuda itu akan menjawab "Uang membuat orang berani bermimpi." Bagaimana bisa bermimpi jika tidak punya uang? Arjuna telah melakukan segalanya, mengerjakan apapun yang...