Anye menyambut kedatangan Malik dengan pelukan hangat. Kakaknya itu baru saja pulang dari kampus bersama seikat bunga Anyelir putih di tangan. "Lekas sembuh sakit milik Anyelirku." Malik berbisik lirih, kepalanya di benamkan pada bahu Anye.Anyelir putih memiliki makna sweet and lovely, sebagai rasa kasih sayang.
"Kak Malik udah makan?" Anye melepas pelukannya pada Malik. Gadis manis itu berjalan terlebih dahulu menuju meja makan dan mengganti bunga dalam Vas yang sudah layu dengan bunga Anyelir yang Malik bawa untuknya. "Hari ini aku sengaja nggak masak karena pengen makan di luar sama kakak."
"Kamu lagi pengen makan apa?"
"Aku pengen makan telur gulung yang dulu selalu kak Malik bawain setiap pulang sekolah—"
"Telur gulung nggak bikin kenyang Anye." Potong Malik.
Anye tersenyum pada Malik, kemudian pandangan adiknya itu beralih pada bunga Anyelir putih di dalam Vas. "Aku pengen makan martabak bulat rasa coklat meses mang Andi di SD kita."
Malik terdiam, dia tau akan mengarah kemana semua ini.
"Aku pengen makan es potong sambil liatin kak Malik nangkep capung—"
"Anye.."
"Hm?"
Kedua mata Anye yang sedang tertutup kabut tebal menatap Malik sendu, namun bibir tipisnya tak henti mengukir senyum. Malik merasa dadanya amat sesak —seikat bunga tentu tidak pernah bisa menyembuhkan Anyelirnya. Tapi Malik tetap membawakannya meski tidak berguna. "Pasti sakit banget ya?"
Malik mendekat pada Anye, kemudian menangkup pipi Anye yang mulai basah dengan kedua telapak tangannya. "Anye pengen banget balik kesana ya?"
Saat Anye menganggukan kepalanya dalam tangkupan tangannya —Malik tak kuasa menahan air matanya agar tidak jatuh. Malik menangis yang sejadi-jadinya, seluruh badannya bergetar hebat. "Kakak minta maaf.. kakak nggak becus, gak bisa jagain Anye."
"Kakak akan antar Anye kesana.." Malik kembali mendekap tubuh Anye. Kali ini begitu erat seakan sosok itu akan hilang jika dekapannya sedikit longgar. "Ke tempat dimana tawa Anye tertinggal disana."
Malik tau jika bisa Anyelir hanya ingin tetap tinggal di masalalu, tapi waktu tidak pernah memihak siapapun. Dunia tidak berjalan hanya untuk Anyelir seorang —waktu tidak bisa di putar kembali.
"Kak Malik.."
Kenapa kepahitan ini harus datang pada adik perempuannya —Anyelirnya begitu cantik nan memikat, namun kini setiap kelopaknya telah layu dan berguguran. "Anye jangan sedih ya? Ada kakak.."
"Kak."
"Iya, sayang?" Malik sedikit menundukan kepalanya agar bisa menatap kedua netra sehitam malam milik Anye yang kini di penuhi awan gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
Dla nastolatkówKata orang Arjuna Bhaskar Prawira hanya terobsesi dengan uang, lalu dengan tegas pemuda itu akan menjawab "Uang membuat orang berani bermimpi." Bagaimana bisa bermimpi jika tidak punya uang? Arjuna telah melakukan segalanya, mengerjakan apapun yang...