Episode 10

647 131 13
                                    

Kakashi dan Shikamaru berjalan menuruni tangga kayu yang akan membawa mereka menuju ruangan bawah tanah. Sesuai pembagian yang Kakashi lakukan sebelumnya, ia dan Shikamaru mendapat bagian untuk memeriksa area ini.

Suasana yang gelap gulita cukup menyulitkan mereka berdua untuk menuruni tangga yang sepertinya mulai lapuk, karena setiap kali kaki mereka menginjak salah satu anak tangga, maka akan terdengar suara seperti retakan kayu.

Untungnya, saat itu Shikamaru membawa senter kecil miliknya, yang ternyata cukup membantu penerangan di tempat itu.

"Aku rasa pemiliknya jarang mengunjungi tempat ini," ucap Shikamaru yang terus mengarahkan senternya pada anak tangga yang akan ia pijak.

"Ya, debu disini cukup tebal," ucap Kakashi yang berjalan tepat dibelakang Shikamaru.

Tap!

Shikamaru menghentikan langkahnya saat ia sudah berada dilantai dasar, senternya ia arahkan ke seluruh ruangan yang membuat nafasnya terasa sesak sedari tadi, entah karena apa.

Ruangan itu bisa dibilang cukup luas dengan berbagai perabotan yang memenuhi tempat itu, seperti meja belajar, kursi, sofa, mesin cuci, lemari es, mesin tik, sampai grand piano pun ada disana.

"Tempat ini seperti gudang," ucap Shikamaru saat Kakashi sudah berdiri di sampingnya.

"Hn, sebelumnya Deidara pernah memeriksa tempat ini, namun, kurang dari lima menit dia sudah kembali ke atas dengan wajah pucat," ucap Kakashi yang membuat Shikamaru menolehkan kepalanya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Shikamaru.

"Dia mengatakan ada yang duduk di sofa itu," jawab Kakashi menunjuk sebuah sofa berwarna merah pudar dengan posisi membelakangi mereka berdua.

"Tapi, saat aku dan Obito pergi memeriksa tempat ini, kami tidak melihat siapapun " sambung Kakashi.

"Apa Deidara melihat wajah dari orang itu?"

"Tidak, posisinya membelaki Deidara, yang dia lihat hanya kepala dengan rambut berwarna hitam mengembang," jawab Kakashi yang membuat Shikamaru mengangguk.

"Jadi, apa yang akan kita cari sekarang?" Tanya Shikamaru tanpa mengalihkan pandangannya dari sofa merah yang baru saja menjadi pembahasannya tadi.

"Apapun yang menurutmu mencurigakan, periksa saja," jawab Kakashi.

"Aku mengerti," ucap Shikamaru.

"Ayo mulai," ucap Kakashi yang mulai menyalakan flash ponsel miliknya.

"Ya," ucap Shikamaru.

Shikamaru berjalan mendekati sofa yang entah bagaimana menarik perhatiannya, sedangkan Kakashi memeriksa lemari yang didalamnya terdapat beberapa potong baju.

Shikamaru berdiri tepat disamping sofa seraya mengamati tempat duduk yang hanya bisa ditempati oleh satu orang. Dari jarak sedekat ini, ia bisa melihat dengan jelas sofa yang ternyata sudah memiliki robekan dibeberapa bagian.

Shikamaru mengulurkan tangan kanannya menyentuh salah satu robekan yang terlihat cukup lebar, namun, ia kembali menarik tangannya saat merasakan sesuatu yang tajam menyentuh ujung telunjuknya.

"Sial!" Ucap Shikamaru pelan saat melihat telunjuknya yang sedikit mengeluarkan darah.

"Tunggu!" Ucap Shikamaru lagi.

Seakan tersadar akan sesuatu, Shikamaru kembali memeriksa robekan tadi, dan menemukan sebuah pisau kecil yang memiliki noda darah kering tepat di bagian pegangannya.

"Akhirnya aku menemukan sesuatu," ucap Shikamaru pelan seraya meletakkan pisau yang sempat ia pegang diatas sofa.

Shikamaru kemudian mengeluarkan sebuah plastik putih dari balik jacketnya dan memasukan pisau tadi kedalam plastik.

Let Me Breathe (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang