Prolog 𓆟
Seorang gadis berusia tujuh tahun tengah asik bermain dengan pasir di tepi pantai, butiran pasir itu ia buat menyerupai istana. Tapi, seketika istana yang susah payah ia buat itu hancur oleh bola, pelakunya adalah sang kakak.
"Maaf dek, abang ga sengaja" jelas bocah laki-laki yang berusia dua tahun lebih tua darinya.
"Ih tapi ini jadi rusak" murka sang adik.
"Iya nanti abang benerin deh" katanya mengambil bola dan kembali memainkannya.
"Udah dua kali ya abang ngehancurin istana Caca pake bola!!" Seru sang gadis, kali ini ia benar-benar marah.
"Iya maaf Ca" ucapnya tanpa mempedulikan sang adik dan terus bermain bola sendiri.
Sang adik yang merasa tidak terima itu kemudian berdiri dan menghapiri sang kakak dengan penuh emosi. Lalu apa yang ia lakukan selanjutnya membuat sang Kakak tercengang.
Gadis yang ia sebut Caca itu tiba-tiba melempar bola yang ia mainkan ke laut, awalnya bola itu berada di tepi tapi lama kelamaan akhirnya ke tengah juga karena tersapu ombak.
"Ca, kan abang udah minta maaf tadi," katanya tidak terima.
"Tapi kan—" Ucapnya menggantung, matanya mulai berkaca-kaca karena menahan kesal.
Dengan perasaan yang sama kesalnya sang Kakak berjalan menuju bibir pantai meninggalkan adiknya yang mulai menangis. Ia mencoba untuk mengambil kembali bolanya namun nihil bolanya itu malah semakin jauh karena ombak.
Kakinya mulai melangkah masuk kedalam air tidak menyerah ia terus berusaha menggapai bola yang mengapung di permukaan air laut.
"Cacaa.... Caaaa" sang adik yang sedang menutup wajahnya dengan tangan karena menangis itu melihat kearah laut, dimana disana sang kakak sedang berusaha memunculkan kepalanya ke permukaan agar tetap bisa bernapas.
Ia tahu kakaknya itu tidak bisa berenang apa yang harus ia lakukan, waktu di sekitarnya terasa terhenti dan seketika ia diserang kepanikan yang luar biasa.
Saat itu ia bisa melihat sang ayah berusaha dengan sekuat tenaga berenang sampai menyelam untuk mencari sang kakak, sedangkan sang ibu terduduk dengannya di pesisir dengan tangis yang tidak bisa berhenti.
Dengan mata yang memerah akibat terlalu lama terkena air laut atau mungkin juga menangis, sang ayah akhirnya muncul kepermukaan, tapi ia sendirian. Dimana sang kakak?
Hanya gelengan kepala yang ayahnya itu berikan kemudian di susul dengan tangisan sang ibu yang semakin histeris.
Ini semua salahnya, ia yang menyebabkan sang kakak. Tenggelam.
⋆⭒𓆟。𓇼˚𓆜⭒⋆
Cast 𓆟
"Bahkan saat aku tau kamu adalah lautan, aku memilih untuk jatuh kedalam mu. Sampai lupa dengan kenyataan bahwa aku tidak bisa berenang."
"Aku suka laut yang penuh ombak, tapi aku tidak suka ketika lautan itu ada di matamu."
Other Cast 𓆟⋆⭒𓆟。𓇼˚𓆜⭒⋆
Untuk bisa membaca chapter selanjutnya bisa dengan memberikan vote atau komentar guys, Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Eyes
عاطفيةAkibat memiliki trauma di masa lalu Nesya mengidap Thalassophobia dimana menjadikannya takut terhadap laut. Berbeda dengan laki-laki bernama Lintang Abimana, hobinya adalah berselancar membuatnya sangat cinta dengan lautan. Tapi meski begitu, "Gue...