Pagi di hari minggu ini orang-orang ramai berada di lapang merdeka untuk berolahraga atau hanya sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga setelah enam hari sibuk bekerja.
Olahraga yang mereka lakukan pun bermacam-macam, ada yang berlari, bersepeda, bermain badminton, senam, ada juga yang berkeringat karena kepedesan makan kupat sayur.
Melihat keramaian itu kepala Nesya sempat pusing karena ia tidak suka keramaian, untungnya sang Papa yang menyadari itu membawanya duduk di bawah pohon yang tidak begitu banyak orang yang berada di sana.
Ia dan sang Papa sejak tadi sedang memperhatikan perempuan yang sedang mengikuti senam. Rambut panjangnya yang indah itu ia ikat agar tidak membatasi pergerakannya, keringat yang membasahi wajahnya tidak menutupi keindahan yang ada di sana.
"Waduh, cantik ya Ca," ujar sang Papa matanya terus memandang ke arah perempuan itu.
"Iya apalagi anaknya nih cantik banget," jawabnya menunjuk diri sendiri.
Sang Papa hanya terkekeh mendengar itu. Perempuan yang sedang mengikuti senam tadi adalah istrinya sendiri a.k.a Mamah Nesya.
"Mamah ga capek apa ya tadi kita udah sepedaan jauh sekarang malah senam."
"Ya gapapa Ca kan biar sehat, Papa juga abis ini mau lari. Kamu mau ikut?"
Nesya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, ia masih cape setelah tadi bersepeda cukup jauh. Biasanya jika ke lapang merdeka mereka bertiga menggunakan mobil untuk berangkat, tapi hari ini mereka berangkat dengan bersepeda.
Mereka memulai start pukul 5.56 dan finish di lapang merdeka sekitar pukul 7.15, bayangkan seberapa jauh itu. Untuk ukuran Nesya yang jarang bersepeda, itu adalah jarak yang sangat jauh. Dan gilanya sang Papa malah mengajaknya untuk lanjut lari, rasanya lutut Nesya bisa copot jika begitu.
"Pa"
"Kenapa sayang?" Jawab Jefran mengalihkan pandangannya kepada putri kesanyangannya itu.
"Papa kapan libur?"
"Ini kan Papa lagi libur" Jefran merasa heran kenapa Nesya menanyakan nya kapan libur padahal sudah jelas ini adalah hari minggu maka ia akan libur.
"Maksud Caca kapan Papa libur panjang?"
Nesya memilin bajunya tanda ia gugup "Caca kangen abang," lanjutnya lirih.Mendengar itu Jefran tersenyum kemudian mengubah duduknya agar lebih dekat dengan Nesya dan memeluknya hangat.
"Kamu maunya kapan sayang? Papa selalu bisa kapan pun kamu mau."
"Nanti setelah aku UAS bisa?" Pintanya.
"Kapan kamu UAS?"
"Minggu depan"
"Iya boleh sayang"
"Aduh ini Bapak sama anak pelukan ga ngajak Mamah nya" sahut sang Mamah yang menghampiri mereka berdua setelah ia selesai dengan senamnya.
"Yaudah sini" jefran merentangkan sebelah tangannya mengajak sang istri masuk kedalam pelukan.
"Ga ah mas, aku bau keringat" tolak Rosa.
"Emang iya bau? Mana coba sini" Jefran kemudian melepaskan pelukannya dengan Nesya dan beralis memeluk sang Istri.
"Mana ga bau kok, wangi gini" ujar nya di akhiri dengan mengecup puncak kepala Rosa.
"Ih apaan sih mas banyak orang tau" ucap Rosa melepas paksa pelukan sang Suami "Ayo kita pulang."
"Papa katanya mau lari dulu Mah"
"Engga, ayo kita pulang aja" jawab Jefran berjalan lebih dulu kearah sepeda mereka yang terparkir.
"Ayo sayang" ucap sang Mamah kemudian berjalan menyusul sang Suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Eyes
Storie d'amoreAkibat memiliki trauma di masa lalu Nesya mengidap Thalassophobia dimana menjadikannya takut terhadap laut. Berbeda dengan laki-laki bernama Lintang Abimana, hobinya adalah berselancar membuatnya sangat cinta dengan lautan. Tapi meski begitu, "Gue...