🪷🪷🪷Jenoa kembali ke ruangan gelap itu setelah menghela napas frustasi. Dadanya terasa sesak, dan menjadi lebih sesak ketika mendapati Nariratih duduk di atas kasur dengan tubuh tanpa sehelai pakaian pun, satu-satunya kain yang ia gunakan untuk menutupi tubuh telanjangnya hanya selimut tebal berwarna putih yang telah terdapat di kamar hotel ini.
Well, dia tidak pernah sekesal ini sebelumnya. Fakta bahwa ia mendapati seorang pria bajingan berada di atas Nariratih yang terbaring di bawahnya menusuknya terlalu banyak.
Kenyataan bahwa Jenoa hampir saja membunuh pria sialan itu dengan tangannya sendiri membuatnya semakin jatuh. Untung saja para petugas keamanan segara datang dan membawa pria keparat itu jauh-jauh dari hadapannya.
Dan sekarang, ia menghela napas berat, memburu oksigen lebih banyak. Berharap lebih pada dirinya sendiri untuk menahan diri agar tidak melayangkan satu pukulan saja pada Nariratih.
Gadis itu, gadis yang tidak pernah sekalipun terbayang akan mengkhianatinya, gadis yang selalu berlari kencang ke arahnya, gadis yang dicintainya dengan gila. Dan sekarang gadis itu membuat seluruh kepercayaannya luruh, harapannya ikut runtuh dan jiwanya menjadi rapuh. Tatjana Nariratih Hartman, gadis yang akrab ia panggil Tatjana itulah menjadi awal mula terbentuknya luka di hatinya.
Tanpa membuang lebih banyak waktu lagi, Ia berbalik, meninggalkan lorong senyap tempat ia menghujam pria tua tidak tahu diri yang dengan berani menjamah tubuh gadisnya. Kemudian masuk ke dalam kamar hotel tempat Nariratih berada. Membanting pintu dengan keras dan berjalan menuju Nariratih yang duduk dengan wajah tidak tenang di atas kasur berukuran besar itu.
Ah! Sialaannn!
Pria kurang ajar tadi masih menjadi pusat paling memuakkan yang sangat sulit dienyahkan dari kepalanya. Berani-beraninya pria biadab itu, ia saja tidak pernah menjamah tubuh indah Nariratih, meski sekalipun gairahnya memuncak ingin dipuaskan. Jenoa bahkan tidak berani melakukan hal lebih kepada gadis yang amat dicintainya itu, mentok cuman pegangan tangan. Padahal Jenoa sadar, mereka punya banyak kesempatan untuk melakukan hal-hal tidak terpuji, tapi kelebihannya menahan diri membuatnya mengenyahkan segala kemungkinan kotor yang ada di kepala berandalnya.
Bohong kalau ia tidak marah. Munafik kalau ia tidak ingin mengumpat gadisnya dengan sumpah serapah. Tapi lagi-lagi kewarasan menariknya lebih kuat. Cinta melarangnya menyakiti gadisnya. Walaupun jiwanya rapuh dan hatinya terbakar. Jenoa tetap tidak bisa menyerang Nariratih dengan melontarkan kata-kata paling kejam yang biasanya selalu berlabuh untuk gadis itu.
Dunia benar-benar brengsek, karena telah berani membuatnya berada di posisi memuakkan seperti saat ini. Saat ia malah memilih memungut pakaian Nariratih yang berserak di lantai dingin sambil membayangkan hal-hal memuakkan yang kedua orang itu lakukan sebelum ia menemukan keduanya dengan posisi menjijikan di atas kasur; seperti bagaimana tangan pria sialan itu membuka pakaian yang Nariratih kenakan.
"Brengsek!!!" Jenoa mengumpat dan melempar pakaian yang dipungutnya tadi ke sudut hingga mengenai guci dan membuat guci itu oleng, lalu menimbulkan bunyi yang nyaring ketika guci itu terguling dan pecah hingga berserakan.
Ia tidak bisa menahan diri lagi. Sungguh, ia ingin sekali rasanya menjambak rambut Nariratih dan membenturkan kepalanya ke dinding keras hingga berdarah, hingga gadis itu merasa kesakitan, persis seperti rasa sakit yang ia miliki detik itu.
Dan sialnya lagi, ia hanya berakhir dengan menjambak rambutnya sendiri, hampir saja menangis kalau saja tidak mengingat harga diri.
Dengan keteguhan hati yang terasa sesak sampai meledak, ia membawa tubuhnya mendekati Nariratih. Gadis itu sibuk memegang selimutnya agar tidak merosot. Jenoa saat itu langsung memalingkan wajah muak. Tubuh gadis itu bahkan sudah seutuhnya tidak tertutup saat bersama pria asing tadi. Lalu kini, Jenoa malah mendapati gerakkan risih dari gadisnya ketika ia membawa dirinya semakin dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Midnight In Jakarta || Lee Jeno
Romansa🔞 "Kalau aku mengatakan selama ini aku ikut kencan berbayar, apa kau tetap tidak akan mengubah keputusanmu?" "Sialan! Jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal, Tatjana!" Jenoa memalingkan wajah tidak percaya. Perkataan yang keluar dari mulut...