Bagian 3- Naughty

196 24 14
                                    

Follow dulu dong kyoritess bantu support.
Follow ig juga @wp.kyoritess

Gak komen gak lanjut, gak vote juga gak lanjut.

Happy reading꒰⁠⑅⁠ᵕ⁠༚⁠ᵕ⁠꒱⁠˖⁠♡
.
.
.

Win merasa bosan pasalnya om nya itu sedari pagi belum juga pulang. Win yakin om nya sedang menghindari dirinya, sudah seminggu rasanya sejak Win mengungkapkan perasaan waktu itu. Bahkan Win belum juga memulai untuk mendekati om nya itu, apa itu artinya Win sudah tidak ada harapan? Apa itu artinya om nya benar-benar tidak mau menerimanya? Apa Win benar-benar harus pergi dari rumah ini? Memikirkan pertanyaan itu membuat kepala Win ingin pecah, sampai pada akhirnya suara ketukan pintu berhasil mengambil alih dunia Win yang sedang berantakan.

"Maaf den, tuan besar sedang menunggu anda di bawah." perkataan pelayanan itu membuat Win tersenyum lebar, ia dengan semangat menuruni anak tangga sampai penglihatannya melihat seorang wanita muda sedang bersama Bright membuatnya berhenti melangkah.

Win terdiam melihat pemandangan di depannya, terlihat di penglihatan Win, om nya itu sedang mengelus kepala wanita muda itu. Apa om nya sengaja membawa perempuan lain masuk kedalam rumah mereka? Apa om nya sengaja melakukan ini agar Win mundur? Ya itu sudah sangat jelas, saat melihat Bright tersenyum saat melihatnya.

Matanya berkaca-kaca melihat itu, Win mematung seketika saat Bright mengenalkan perempuan itu padanya.

"Win, kenalkan ini Ton Tawan, panggil aja Tu, dia seseorang yang om bilang sedang dekat sama om dan beberapa hari yang lalu dia udah jadi pacar om." Runtuh. Runtuh sudah pertahanan Win saat mendengar itu, om nya memperkenalkan seseorang yang sedang dekat dengannya bahkan omnya bilang sudah jadi pacarnya pada Win.

"Om Bright?" lirih Win hampir tak terdengar dengan suara serak karena menahan tangis.

Bright yang melihat Win ingin menangis pun merasa tersayat, ia tidak bisa melihat Win menangis apalagi itu disebabkan olehnya. Saat Win kecil, Bright sangat hati-hati menjaga Win, semua permintaan anak itu selalu ia turuti, ia tidak akan membiarkan anak itu menangis. Tetapi lihat sekarang, ia sendiri yang membuat ponakannya itu seperti ini.

Win tanpa berkata apapun lagi, segera berlari menuju anak tangga dan masuk ke kamarnya. Kenapa di saat ia mulai merasakan jatuh cinta, rasanya sesakit ini? Kenapa ia harus jatuh cinta pada om nya sendiri? Kenapa harus Win yang merasakan semua ini? Kenapa?

Win menutup pintu dengan kasar dan saat itu pula air matanya turun membasahi kedua pipi chubby nya, ia memegang dadanya yang terasa sakit sesekali meremat nya kala ia merasakan sesak.

"K-kenapa? Hiks.. kenapa om Bright lakuin ini ke aku? K-kalo hiks.. e-emang om Bright gak mau, h-harusnya bilang dari a-awal kan? Kenapa h-harus kayak gini? Bunda hiks.. m-maaf kalo aku salah, tapi rasanya sakit hiks.." racau Win sesegukan dengan sesekali meremat dan mengelus dadanya yang terasa amat sakit.

**

"Bright? Kasian ih, kejar sana. Kamu sih pake bilang rencana ini berhasil, udah aku bilang ini gak bakal berhasil kalo kamu juga suka sama dia. Keponakan kamu gemes gitu di anggurin, kalo kamu gak mau buat aku aja." oceh Tu yang membuat Bright menatapnya tajam tetapi itu tidak membuat Tu takut.

"Berisik Tu!" desis Bright kesal mendengar ucapan Tu.

"Susulin gak? Kalo gak mau aku bakal bawa dia dari sini!" ancam Tu membuat Bright berdecak dan memilih untuk naik menemui ponakannya.

Om! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang