7. Tatapan yang Berbeda [END]

115 19 6
                                    

▶ Selamat Tinggal - Virgoun feat. Audy

--------------------------------------------------------------

"Apa kamu ikut makan malam perusahaan?"

Atila melambaikan tangannya menolak, "Saya sedikit tidak enak badan malam ini, pak."

"Selalu itu saja alasanmu menolak, huh."

Melangkah pergi dari sekumpulan teman sekantornya, Atila memasuki mobilnya bersiap pulang. Tapi entah kenapa perasaannya hari ini begitu berat nan rumit.

Hari ini adalah tanggal tepat di mana ia dan Adila putus waktu SMA, 9 Februari.

Sudah 9 tahun sejak saat itu, mereka juga tidak pernah lagi bertemu. Atila bekerja di perusahaan yang cukup ternama dan damai dengan gajinya. Ini seperti hidup yang sempurna.

Tapi hati Atila selalu keruh dan kosong, tak ada wanita yang dapat menarik perhatiannya selama bertahun-tahun. Hanya satu gadis yang masih diingatnya, gadis cantik bersemangat alias teman masa kecil yang menggemaskan.

Atila menarik telepon, menekan tombol memanggil pada kontak sahabatnya.

"Halo?"

"Rafly, temenin aku ke taman atau ke mana gitu. Aku ga pengen pulang, sekarang tanggal 9 februari."

Tampaknya Rafly paham dengan maksud sahabatnya, "Jemput aku di depan kantor. Ayo kita ke taman nyari jajanan."

"Oke."

Mereka menuju taman alun-alun yang masih ramai walau langit sudah gelap. Banyak stan makanan tersebar di seluruh sudut taman.

"Kamu duduk di sana." ujar Rafly menunjuk sebuah bangku, "Aku nyari makanan dan minuman."

Atila mengangguk dan berjalan mendekati bangku, seluruh badannya lelah karena bekerja cukup keras tadi.

"Oh, permisi, apa anda ingin duduk di sini juga?"

Suara seorang wanita mengetuk pendengar Atila, lelaki itu menoleh. Seorang wanita cantik dengan rambut tergerai indah. Wajahnya tampak familiar, dan malah sangat familiar.

"Adila?"

"Oh," Adila tertegun, "Halo."

Rasanya seluruh tubuh Atila bergetar kesenangan, "K-kamu di sini?"

"Iya, berjalan-jalan." ujar Adila yang kini tampak santai, "Kabar kamu gimana?"

"Baik, kalo kamu?"

"Baik juga, aku bekerja di perusahaan animasi luar kota."

Atila mengangguk, "Selamat atas pekerjaan yang diinginkan tercapai."

"Haha," Adila tertawa ringan, "Sebelumnya maaf karena aku pergi tanpa berpamitan."

"Tidak apa, aku juga minta maaf karena terlalu egois saat kita masih menjalin hubungan. Aku tahu aku salah, saat itu aku memang labil dan brengsek. Tidak tahu diri, tidak peka, bodoh, seperti baj--"

"Atila, tidak apa." ujar Adila yang memotong, "Itu hanya masa lalu."

Oh, benar, itu hanya masa lalu.

Melihat dirinya yang begitu bersemangat, Atila menjadi sadar jika dirinya belum bisa berpaling dari wanita di depannya ini. Sudah bertahun-tahun berlalu, Adila tampak sangat cantik dan manis.

"Lalu ... apakah kamu punya pacar?"

Adila menggeleng, "Tidak punya pacar."

Secercah kesenangan merambat ke hati Atila begitu cepat, "Benarkah?"

Tiba-tiba saja seorang lelaki memanggil Adila dari kejauhan, tangan lelaki itu menggenggam dua permen kapas merah muda.

Adila tersenyum dan membalas lambaiannya, "Aku memang tidak punya pacar. Tapi aku punya suami, itu dia."

"Oh ...."

"Aku izin pamit, ya, suamiku menunggu." Adila menjabat tangan, "Semoga hidupmu tetap baik, semangat dan terima kasih!"

Kini Atila sendirian menatap sepasang kekasih di arah kejauhan. Ternyata Adila bisa hidup dengan baik tanpanya.

"I miss you, but you seem fine without me." gumam Atila lalu menunduk menatap kedua sepatunya.

Hancur segala kerinduan atau harapan kosong yang disimpannya 9 tahun. Tatapan Adila juga berbeda, tak ada lagi rasa cinta atau kerinduan di sana.

Hanya Atila yang merindukannya sendirian.

"Bro, kenapa?" Rafly tersentak, "Kamu nangis?!"

Entah kapan tubuh rimpuh ini dapat lepas dari belenggu cinta, dirinya hanya ingin hidup tenang tanpa terus memikirkan Adila. 9 tahun sangat panjang, dan Atila sudah lelah merindukan sendirian.

Tanggal 9 Februari 2023, akhirnya Atila sadar.

Hubungan mereka berdua sudah hangus seutuhnya.

- END -

[END] Lembayung Senja (Short Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang