Siang itu, waktu menunjukkan pukul tiga sore, waktunya pulang sekolah. Kala itu Abbas pulang seperti biasanya.
Abbas menatapi dinding-dinding bercak putih tepat didepan mata. serta ditemani rintik-rintik hujan, meratapi kisahnya dengan Enola
Handphonenya berbunyi,
'Kring'
Bergegas Abbas mengambil handphonenya di atas nakas, ia melihat nama Enola di layarnya.
Enola langsung curhat sembari menangis, dari suaranya tampak amat kecewa, "iya awalnya gapapa cuman kayak ANJIR emang teman-teman tuh padahal itu udah masa lalu aku kenapa masih dibahas?!"
"Kamu kenapa?"tanya Abbas.
"Mereka bahas masa lalu aku"jawabnya.
"Gitu ya?? kamu tenang aja nanti juga teman-teman kamu bakalan lupain kok.." rayu Abbas, mencoba menenangkan pacar tercintanya itu.
"Insyaallah," sahut Abbas lagi.
"BUKAN KARENA ITU,"
"Yaudah tuan putri istirahat dulu gih, kalau mau nangis ke abbas ajaaa. kalau Enola udah mau cerita, cerita aja. Abbas pasti mau banget sih dengerin kamu.. pokoknya kamu pacar Abbas paling cantikkk," jawab Abbas
"Ga, ga akan kok bener, kalau aku ga akan cerita ke kamu, aku nggak mau." kata-kata Enola mampu bikin Abbas kecewa, mampu juga bikin Abbas merasa gagal mendapatkan hatinya. bagi Abbas saat itu, untuk apa pacaran kalau tidak saling percaya?
Abbas mendengarkan suara Enola yang bergetar dengan suara parau. Seakan gadis itu terbuka pada Abbas, namun tidak mencoba memahami perasaan Abbas yang mendengarkan.
"Yauda tenangin kamu aja dulu, aku gatau Ghazi bisa bikin senyaman apa dan gimana cara Ghazi bikin kamu tenang tapi yang pasti Abbas gagal. kalau Enola mau tenangin diri Nola dulu dengan break up dulu gapapa. aku mau yang terbaik buat kamu, itu Ghazi, kejer." ucap Abbas karena memang bagi Abbas membuat Enola bahagia adalah tujuan hidupnya saat ini, dia juga berterima kasih berkat Enola dia bisa punya semangat hidup, dikala semua manusia membenci dirinya karena masa lalu, enola justru menerimanya.
"Demi Allah gue ikhlas." tegas Abbas.
Enola akhirnya coba buat cerita perihal tadi di sekolah, "hiks.. hiks.. ini gimana ya, jadi gini aku tadi udah ngomong kalau aku deket sama kamu, aku udah ngomong, aku udah cerita sama mereka, tapi kamu tau respon mereka apa?"
Abbas yang sangat bahagia mendengar kata-kata itu lantas melontarkan kata-kata, "yaudah, apaa?"
"Teman-teman aku pada nanya kalau kamu baik ngga orangnya, terus aku selalu jawab iya baik kok orangnya, aku jawab kamu juga selalu merlakuin aku dengan baik. tapi mereka tiba-tiba pada ngomongin mantan aku, Ghazi, jujur Bas Nola juga risih mereka bahas Ghazi mulu."
"Makasih ya Enola, ini termasuk hari paling bahagia buat aku, sekarang kamu udah akuin aku sebagai pacar kamu, dulu aku bikin ig story walaupun gaada muka kamu, kamu tetep marahin aku dan buat seolah-olah emang kamu gamau ngakuin hubungan kita. makasih udah nganggep aku sebagai pacarmu." ucap Abbas dari lubuk hati Abbas yang paling dalam.
"Iyaa,"
"Aku kesel, aku marah, kenapa gitu kayak kalau denger kata Ghazi aku sakit hati sama apa yang dia dulu lakuin ke aku. makanya aku kayak mikir kenapa sih harus Ghazi lagi padahal aku udah ga sama dia"
"Nola, kenapa teman-teman kamu jahat sih sama aku, kaya gak menghargai aku? padahal aku posisinya pacarmu, kamu juga nangisin Ghazi depan aku. AKU BISA APA?" curhat Abbas.
"Tadi aku ga sengaja nemu vn si Ghazi, dia ngomong gini 'kenapa? bentar ya aku ambil gitar dulu mau nyanyi' ga lama dia nyanyiin aku disitu, terus dia bilang ke aku 'i love you' padahal vn nya udah lama aku ga nemuin terus tiba-tiba aku nemu." curhatnya.
Senyum Abbas mulai menghilang, seketika luntur saat mendengar penuturan Enola. Ia tidak menyangka gadis itu masih memikirkan sang mantan dan bahkan menangisinya. Apakah dirinya belum cukup untuk membuat sang manis bahagia? dunianya kini hancur, satu-satunya wanita yang ia cintai masih mencintai pria lain, "Nola? kamu serius ngomong kaya gini? lucu banget yaa si Ghazi, tapi aku tetap aja posisinya pacar kamu, hargain aku, aku tau kamu suka suka Bandung karena pernah ketemu Ghazi, kamu harus inget kalau aku Cirebon."
Ketika kita berpasangan, cobalah untuk saling menghargai, mencintai, dan mempercayai. Karena bagi diri Abbas pacaran itu komitmen, sekali, sampai nikah. Enola bahkan tidak mengerti itu.
"Jujur, Abbas sayang Enola lebih dari sayang Abbas sendiri. Abbas pengen bahagiain Nola, tapi Abbas gatau gimana caranya jadi pacar yang baik buat kamu, aku gatau gimana caranya bisa lebih baik dari ghazi, tapi aku harus cari cara buat kamu, Nola." Bahkan kata-kata Abbas seperti ini pun tak dapat membuat Enola sadar bahwa Abbas sangat mencintai dirinya.
"Ghazi itu udah ga ada, dia udah ga ada chat sama aku, kita udah asing, gaada. Mau aku kejar pakai kuda juga gaakan bisa Bas" tegas Enola.
"Kalau misal aku dihina sama temen temen kamu, kamu mau tetap belain aku ga, kalau mau, aku juga tetap mau jadi pacar kamu. Teman kamu jahat," Tanya Abbas
"Aku gatau kalau soal itu, aku cuman pengen cari cara gimana caranya biar teman-teman aku ga bahas Ghazi mulu ke aku. Ini aku lagi diem kayak tiba-tiba pada nyaut 'Nola, Bandung yuk ke Ghazi.' terus aku diemin kan tapi mereka malah lanjut ngomong 'ih beda agama ya?' aku gamau mikirin Bas, tapi jadinya malah kepikiran." lagi dan lagi kata-kata yang keluar dari mulut Enola bisa banget bikin Abbas sakit hati.
Setelah ponsel dimatikan secara sepihak oleh Abbas, suasana hati mempengaruhi perasaannya, ia memberikan pandangan tajam pada apapun di sekelilingnya, kepalanya penuh dengan masalah. Kacau balau bahkan tidak minat untuk menghela napas panjang secara lega. Masih gundah rasanya. Laki-laki itu frustasi, lagi dan lagi Abbas merasa gagal menjadi pacar Enola. Baginya, Ghazi adalah laki-laki terbaik yang pernah ada di hati Enola, apalagi Ghazi lebih di restuin sama teman-temannya.
Mereka saling mencintai gak sih sebenarnya? Atau cuma Abbas?
KAMU SEDANG MEMBACA
About Nola
Teen Fictiontentang dia, Nola, wanita terindah yang pernah ada di hidup Abbas. Namun, mereka terjebak di dunia virtual. "Kita lucu ya?" "Lucu gimana, bas? "Nola, mau seribu wanita juga ga akan sanggup buat mengganti posisi kamu, Dasar Molang." "Bas, kamu lucu...