Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— Jakarta, akhir April 2023 ; perihal pelita yang masih tertinggal
Frey, ini saya, Jeffreynya kamu, pelindung putra kita, Laksamana.
Sudah delapan belas tahun, Freya. Kenang soal kita masih jadi sesak yang menyiksa saya. Sudah delapan belas tahun saya coba paksa lupa soal kamu yang sudah lama memutuskan tak akan lagi menjumpai saya selamanya. Tapi selama itu pula, cinta dan penyesalan saya terhadap kamu masih terus meluas dan menganga, Freya.
Tahun ini Laksamana kita telah bertumbuh dewasa. Delapan belas tahun ia genggam erat seolah jadi tameng saya untuk tidak mengatainya anak kecil lagi. Tapi di mata saya, ia masih menjadi Laksamana kecil yang harus saya jaga segenap raga, satu-satunya pelita yang kamu tinggalkan untuk saya, Laksamana kita sudah bertumbuh sebesar kamu pergi meninggalkan saya dulu, Freya.
Laksamana tampan seperti saya, tapi keras kepalanya persis seperti ibunya. Laksamana seperti bagian dari kita berdua, Frey, ia sungguh-sungguh buah hati kita. Apa kamu tidak penasaran dengan gurat senyum terang yang selalu ia torehkan tiap kali mengunjungimu di akhir petang?
Frey, pantai favoritmu bahkan masih menjadi tempat yang sering kami datangi. Laut jadi lebih berisik sejak kamu pergi. Mungkin agaknya sedikit kecewa lantaran tahu kamu tidak akan pernah kembali? Atau sama seperti kami yang belum sepenuh itu menerima kamu tidak lagi ada di sisi kami?
Freya, Saya merindu senyum semerekah kanigara dan aroma vanila yang menguar tiap kali saya dekap hangat daksamu. Saya benci lupa yang menggerogoti aroma tentangmu dari kepala begitu saja. Membiarkan saya menikmati hari demi hari penuh penghakiman akibat kelalaian saya menjaga kamu dulu dari kejamnya semesta.
Saya rindu kamu, Freya. Serindu-rindunya.
Tidak adil rasanya. Saya tumbuh menua, sedang kamu tetap delapan belas tahun saja.
Pikir saya, dunia saya akan gelap gulita begitu kamu meninggalkan saya. Tapi tidak, karena ada Laksamana. Laksamana jadi satu-satunya alasan untuk saya bisa hidup lebih lama.
Tapi Freya ... Laksamana mulai sering lupa. Laksamana kita tidak baik-baik saja. Apa kamu juga ... tidak baik-baik saja di sana?
Freya, nanti, di kehidupan mana pun di kala semesta merestui kita, tolong hidup bersama saya dan Laksamana sampai tua, ya? Saya tunggu kamu. Saya tunggu kita sampai pelita yang tertinggal itu tidak lagi menyala.
Saya akan setia menunggu waktu itu tiba. Saya tidak akan ke mana-mana. Saya akan tetap di sana, di sebelah Laksamana, sampai Laksamana kita tidak lagi melupa akan semuanya.
— Seutas surat dari Jenderal Jeffreyan untuk pelitanya yang telah lama tiada.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.