1| Namanya, Laksamana

1.3K 183 136
                                    

"Manusia itu selalu merasa serba kurang. Bahkan meski ada atau tidak kelihatannya orang yang sayang, siapa pun pasti tetap memiliki seseorang."

—●𝓛𝓪𝓴𝓼𝓪𝓶𝓪𝓷𝓪 𝓟𝓪𝓹𝓪●—

Suara geberan motor yang saling beradu pada lintasan sebetulnya masih jauh terdengar. Tapi, Gayatri sudah lari-lari kecil dan menyempil kesana kemari supaya kedapatan tempat.

Supaya bisa melihat dengan jelas siapa penyentuh garis finis di lintasan paling cepat, meski ia sebetulnya sudah sangat percaya diri kalau pemenangnya kali ini pasti digaet Juan lagi.

Iya, Juan. Juan Laksamana, anaknya Jenderal Jeffreyan sang duda paling keren sekompleks perumahannya.

Sudah jadi rahasia umum kalau bocah delapan belas tahun kurang dua hari itu kerap kali curi kemenangan di agenda balap motor liar begini. Gayatri sendiri sudah paham betul akan bagaimana gelagat teman kecilnya itu sehabis memenangkan pertandingan nanti. Pasti sombong dan pamer kayak baru memenangkan juara dunia. Cuma, mau lelaki itu bagaimana, Gayatri tetap setia berseru mendukung meski sehabis ini Juan pasti jahil dan mengajaknya adu mulut lagi.

"Heh, mau taruhan nggak? Kali ini yang menang pasti Galendra. Denger-denger, baru aja ganti Arrow dia."

Gayatri yang tadinya tengah menepuk tangan pelan dengan binar menyala-nyala kala mendapati Juan dan motornya telah kelihatan, lantas menengok canggung ke arah penjudi balap liar yang barusan datang.

"Nggak dulu, Kak. Aku nggak punya uang."

Sebetulnya, selain tidak punya uang, Gayatri juga tidak percaya kalau kali ini Galendra saingan Juan itu yang menang. Mau pakai knalpot mahal sekali pun, Juan punya Papa Jeffrey yang paling lihai membuat motor jadi kencang. Jadi hal semacam itu, bukanlah hal yang berhasil jadi ancaman.

"Dih, kalau nggak punya uang ngapain di sini? Menuhin tempat aja."

"Nye nye nye."

Gayatri tidak peduli. Ia justru jadi penyorak paling kencang kala motor Juan betulan melintasi garis finis duluan. Lompatan kecil jadi penghias seruannya dengan kepalan tangan di samping telinga. Bersamaan dengan Juan Laksamana yang perlahan menarik helm dari kepala, dengan gusaran rambut basah penuh keringatnya yang lantas menjadi pekikan histeris dari kumpulan para gadis yang mengagumi.

"Yayat jelek! Gue menang, wleee!"

Juan yang masih setia duduk manis di atas motornya cuma menyebar kecupan di tangan ke udara, berlagak paling tampan sedunia. Padahal kalau dibandingkan dengan papanya, jelas Papa Jeffrey yang jauh kemana-mana.

"Huuu! Sombong!" Gayatri lantas mengacungi jempol ke bawah untuknya di antara kerumunan, Juan hanya tertawa saja.

Baru Juan turun dari motor besar kebanggaan, pukulan tak terduga lantas tiba-tiba muncul menyerang kepalanya.

BUGH!

Hening. Hiruk-pikuk di malam itu seketika menjadi geming ketika Galendra mendadak memukul kuat kepala Juan dengan helm di tangan. Membuat kepala lelaki itu berdenyut seketika. Dengan denging yang lantas menyakitkan telinga.

"Juan! Juan!"

Samar-samar, suara Gayatri kembali terdengar. Dengan tangan menyentuh kepala yang masih terasa sakit karena benturan tadi, Juan menegapkan badan kembali. Memandang Galendra yang menatap tajam berapi-api.

"Lo pasti curang, sial! Gimana bisa bocah kayak lo menang lagi, hah?"

"Bukan curang, Bang. Tapi ini soal ketangkasan. Mungkin, lo-nya emang yang nggak jago aja."

Laksamana PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang