Aku tidak tahu kenapa dosen wali ku tiba-tiba menyuruhku pergi ke ruangannya. Pasti ada sesuatu yang penting.
Mengetuk pintu perlahan dan membuka kenop nya. Ya Tuhan sungguh dosen Jang benar-benar rupawan di usianya menginjak kepala lima.
"Wah Emma... Terimakasih sudah datang, mau kopi atau teh?"
"Tidak usah pak." Aku menolak sembari menunjukkan sebotol air. Dosen Jang memang terlalu baik menawari minuman padaku dan aku sudah lebih dahulu berantisipasi membeli minuman. "Oh ya, air mineral lebih bagus ketimbang kopi dan teh."
Aku berdiri di depannya, melirik pada kursi. "Pak boleh saya duduk?" Sial mulutku tidak tahu sopan santun.
"Tentu."
Untung dosen baik hati ini mengerti. Sebelum memulai pembicaraan dosen jang membuka tanya lebih dahulu dan memberitahu padaku. Aku tidak mengerti maksud dari deskriptif disana.
"Emma jadi begini, dari catatanku semua biaya beasiswamu sudah cukup sampai tahap tesismu. Karena kamu bilang ingin mengikuti magang, biayanya tidak terakumulasi dengan magangmu."
"Maksudnya pak?"
"Magang memang boleh, tapi perkulihanmu ini pendek. Dan magang tidak terlalu penting dari pada tesismu. Dosen pembimbing tesismu menggerutu jika kamu pergi lebih dari tiga bulan tanpa ada perkembangan di tesis. Kamu juga belum menyetorkan judul tesis yang pasti."
Baiklah aku sekarang paham. Hanya tersenyum lebar dan malu. Dosen Jung menasehatiku layaknya seorang ayah. Ya yang aku tahu, aku sangat beruntung mendapatkan dosen wali sepertinya.
"Saya akan menyetorkan judul tesisku pak."
"Benar?"
"Iya." yakin ku. Kuharap secepatnya.
"Kalau begitu sanggup untuk menyelesaikannya lebih cepat? Waktumu kurang 6 bulan lagi. Bulan besok pasti sudah repot untuk membuat tesis."
Memikirkan lagi, aku tahu tesis lebih penting dari pada magangku. Jika lebih dari waktu yang di tentukan aku bisa kehilangan beasiswaku selama ini.
"Kalau seperti itu, saya akan mundur dari magang."
"Ya itu lebih baik."
Kuharap benar yang terbaik.
"Em.. Pak apakah perbincangan ini sudah selesai?" tanyaku, aku tidak enak lama-lama di tempat ber-ac ini apalagi tadi kudengar ada yang mengetuk pintu pasti ada yang ingin konsultasi.
"Iya, oh kenapa terburu-buru? Sedang diantar kekasihmu, mau Qtime?"
"T-tidak." Aku menggeleng. Dosen Jang memang suka menggoda. "Tadi ku dengar ada yang mengetuk."
"Ah katakan jujur juga tidak apa Emma. Ya sudah semoga sukses ya. Nanti jika ada masalah kamu bisa berdiskusi denganku."
"Terimakasih pak. Saya pamit." melangkah keluar, aku mendapati river berdiri di depan pintu.
"Sudah selesai?"
Aku mengangguk. River hendak masuk namun aku tahan sebentar.
"Ah river, nanti bisa bicara sebentar, mengenai magang."
Pria itu mengedipkan matanya perlahan. "Tentu." katanya lalu benar-benar masuk.
Sebenarnya aku tidak merasa ajakan river menjadi sia-sia. Andaikata aku tidak mengikuti program beasiswa pasti aku tidak akan mengambil tesis lebih cepat.
Ponselku bergetar di dalam saku. Mendapati panggilan darinya.
"Kenapa memanggil?" ucap ku lirih.
"Aku ingin memberitahu kalau aku sudah sampai di Buenos Aires."
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity : Secret Lover
FanfictionApa yang kalian pikirkan, jika kalian tengah di hakim karena suatu hubungan yang dicurigai? Inginnya sih diam tapi seseorang berkata "Kami bersenang-senang sepanjang hari." Sial konteksnya malah jadi berbeda. Yang lebih kejam adalah apakah cinta kit...