Malam indah di penuhi oleh ribuan bintang disana bersamaan dengan bulan yang tidak kalah terangnya dari bintang, dua combo yang begitu bagus di malam hari dan itu menjadi kesukaan semua orang, kata lainnya adalah langit malam pemandangan kesukaan setelah matahari terbenam di lautan. Memori tersimpan di langit malam, terputar satu demi satu sama seperti lingkaran bintang diatas sana, dan tak lupa jika langit malam juga merekam setiap kejadian di dunia. Namun malam ini terasa berbeda, pria manis bernama Jaemin sedang menelusupkan wajahnya di dada yang terasa hangat dan sudah tidak terasa nyaman seperti dulu karena perubahan tubuh sang kekasih.
Jaemin memeluk erat tubuh yang terlihat sangat kurus disana, matanya memejam, matanya membengkak, dan tengkuk belakangnya terasa ada tangan yang mengelusnya. Biarkan Jaemin sejenak merasakan ini, merasakan kehangatan dari sang kekasih diatas kasur, saling memeluk satu sama lain, tanpa obrolan hanya menghabiskan waktu bersama. Mungkin, jika sepasan kekasih ingin menghabiskan waktu bersama, waktu seperti inilah yang diinginkan. Tanpa obrolan, tidak ada suara, hanya saling menyentuh satu sama lain dan merasakan kenyamanan itu.
"Jaemin.." suara yang begitu parau memanggil nama si manis, Jaemin, yang dipanggil tetap diam tidak ingin menjawab atau sekedar menoleh kearah Jeon; sang kekasih yang selalu menemaninya selama 3 tahun ini.
"Sayang.." kedua kalinya, akhirnya Jaemin mengangkat wajahnya dan menatap wajah Jeon, wajah yang tidak sama lagi seperti sedia kala, dan itu membuatnya sedih. Ingin rasanya dirinya menangis lagi karena tau dengan keadaan Jeon, "Jangan nangis." peringat Jeon saat tau kedua mata kesukaannya mulai berkaca kaca.
"Kamu bikin aku sedih." jawab Jaemin akhirnya, sekuat tenaga dirinya tidak mengeluarkan air matanya dan membuat suaranya bergetar. "Maaf ya..." ucap Jeon.
"Jangan minta maaf, Je." tangis Jaemin pecah kembali, ia telusupkan kembali wajahnya ke dada sang kekasih. Tak ada suara tangisan, namun air mata Jaemin terjun bebas membasahi baju hitam yang dikenakan Jeon.
Jeon yang merasakan itu langsung berkata, "Nanti, kalau aku udah gaada, kamu jangan nakal ya...jangan suka nangis, nanti aku ikut nangis kalau kamu nangis." jedanya sebentar, berkata segitu banyaknya membuat rahangnya cukup sakit. Jeon tidak ingin mengatakan ini, tetapi jika malam ini adalah waktu terakhirnya, dirinya akan menyesal nantinya karena tidak mengucapkan ini.
"Sayang, ga kerasa kita udah 3 tahun, ya? dulu awal awal kalau diinget aku cupu banget kenalan sama kamu, tapi sekarang aku bersyukur kenal sama si cengeng satu ini, jadiin kamu menjadi milikku adalah sebuah tantangan, dan aku berhasil lewatin tantangan itu. Sayang, inget ya, kalau kamu itu ga sendirian, ada aku walaupun nanti aku udah gaada di dunia, aku selalu di samping kamu gimana pun caranya."
Kali ini, suara isakan Jaemin terdengar kembali setelah berjeda cukup lama. "Jangan di lanjutin, umur kamu masih panjang, ada satu impian kamu yang belum tercapai. Buktiin kalau kamu bisa, Jeon." Jaemin mendengar jika jantung Jeon berdegap sangat cepat, tidak wajar.
"Suatu saat akan ada yang buktiin impian aku ke kamu, sayang." melanjutkan perkataannya sembari mengecup pelan kening Jaemin, "Walau mungkin bukan aku orangnya."
Jeon tersenyum mengucapkan ucapannya, tangan kurusnya terangkat merapikan surai si manis, terasa begitu halus. Ia akan merekam setiap kejadian malam ini di ingatannya, betapa cantiknya sang kekasih malam ini, walau wajahnya memerah dan matanya membengkak; tidak melunturkan wajah cantik sang kekasih, malah menurut Jeon itu menambahkan kelucuan Jaemin. Mungkin atau tidak mungkin, 3 tahun bagi Jeon mengenal Jaemin, sudah sangat cukup. Tidak pernah Ia merasakan jika perasaannya meluntur, siapa yang bisa berpangling dari indahnya Jaemin? Jeon merasa bahwa dirinya orang paling beruntung di dunia ini.
"Aku maunya kamu, dan orang itu harus kamu." jawab Jaemin di sela sela tangisnya. Tak berbeda dengan Jeon, Jaemin menghirup dalam dalam aroma kesukaannya selama ini, begitu khas dan menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mandate Twins - NOMIN.
FantasyNomin short Fanfiction. Sebuah amanat, memang harus dilakukan agar tidak merasa di hantui setiap waktunya. Tapi bagaimana jika amanat kali ini ditunjukkan untuk menjaga seseorang? seseorang yang bahkan sebelumnya tidak Ia kenal, keduanya tidak salin...