04.

219 26 0
                                    

Karena jam kelas yang di miliki Jaemin sudah selesai, dirinya akan ikut bersama temannya ke salah satu cafe; untuk dirinya mencoba bekerja disana. Temannya baru saja menawarinya untuk mencoba bekerja sebagai barista daripada Jaemin tidak memiliki kegiatan yang cukup berguna, dan disinilah dirinya berada, cafe bernuansa hangat di ujung kota. Cafe ini milik Haechan bersama suaminya, Jaemin sekalipun belum pernah bertemu dengan suami Haechan, entah bagaimana muka dan wujudnya; Jaemin tidak penasaran sama sekali. Kini Ia sudah mengenakan apron coklat pemberian Haechan di ruang ganti, Jaemin tersenyum saat Haechan memberinya dua jempol tangan.

"Tidak ada bayaran, ya." aware Haechan di awal sebelum Jaemin memulainya, Jaemin memutar kedua bola matanya keatas malas, lalu keduanya ke area depan untuk Haechan mengajarkannya.

Cafe siang ini hanya ada beberapa pelanggan dengan kesibukannya sendiri sendiri, entah ada yang bekerja, belajar, ataupun hanya sekedar bermain saja. Kali ini Haechan mengajarkan bagaimana Ia membuat kopi dari biji kopi langsung, pertama tama biji kopinya harus dihaluskan sebelum di konsumsi, kedua harus di lerai mengenakan adukan jarum secara berputar, ketiga harus di-press sekuat tenaga agar padat, dan yang terakhir masukkan kedalam mesin lalu berikan kedua gelas dibawah pancuran kopi.

Jaemin mengambil es menggunakan scoop yang disediakan disana, menuangkan susu kedelai sembari kopi berhenti meluncur, dan Ia ukur susu tersebut sebelum semuanya menyatu. Akhirnya Jaemin memasukkan kedua cangkir kopi kedalam cup berisikan susu tadi, lalu dihidangkan, mengambil sedotan lalu mencobanya. Haechan melihat ekspresi Jaemin, ada sedikit pancaran bahagia kala wajah Jaemin begitu meyakinkan, Haechan pun mengangguk bangga mengerti dengan kode Jaemin.

"Aku tau kau bisa." ujar Haechan menyemangati sahabatnya, lalu terdengar bel pintu masuk, langsung Haechan kearah kasir untuk melayani pelanggannya sendiri. Menerima beberapa lembar uang tersebut, lalu diberikannya pesanan menu kepada Jaemin. "Buatkan minumannya, aku akan mengambil roti di dalam."

Jaemin mengangguk paham, Ia melihat daftar pesanan itu yang terdapat tiga pesanan, dua minuman dan satu makanan. Jaemin meyakinkan jika Ia bisa, lalu perlahan mulai membuat dua pesanan minuman tadi. Sebenernya pengalaman dirinya bekerja ini, bukan sekali dua kali, Ia sudah pernah melakukannya selama lima kali. Dengan begitu, tawaran tawaran pekerjaan mulai mendatangi Jaemin dan memberikan uang yang cukup, tetapi Jaemin menolaknya dengan alasan ingin fokus kepada pendidikannya.

"Ini pesanannya, silahkan datang kembali!" damai Jaemin seraya memberikan kantong kertas berisikan pesanan sang customer, tutur kata Jaemin yang lembut menarik perhatian sang customer sehingga mengucapkan. "Pasti, aku akan kembali!"

Beberapa jam berlalu cukup cepat, Jaemin masih berada di cafe bersama Haechan, sepanjang waktunya Ia habiskan untuk melayani pelanggan sembari mengobrol. Haechan sedang menunggu suaminya, katanya, sebentar lagi akan pulang kerja. Memang tidak setiap hari, Mark ataupun Haechan mengunjungi cafe, karena mereka memiliki seseorang untuk menghandle penuh di cafe. Orang yang menghandle cafenya bernama Hendery, orang kepercayaannya yang sudah bekerja sama dengan Mark beberapa tahun terakhir.

*Kling — Kling — Kling* Haechan mengalihkan pandangannya; yang awal dirinya sedang membersihkan alat pembuat kopi, menjadi ke pintu masuk. Disana, ada suaminya yang membawa beberapa plastik entah apa isinya. Jaemin tersenyum melihat interaksi sejoli itu, melihat Mark yang datang langsung mencium Haechan, semua kegiatan itu tidak luput dari pandangan Jaemin. Ia pernah merasakan itu, tapi dulu, bersama Jeon.

"Hai, Jaemin?" sapa Mark terlihat ragu, takut jika dirinya salah orang, dan Jaemin pun mengangguk untuk meyakinkan Mark bahwa dirinya memanglah Jaemin. "Hai, Mark."

"Wow, you know me?"

"Ya, suaminya mbul."

Haechan terkekeh mendengar ucapan Jaemin, "Aku sering cerita kamu ke Jaemin." ujarnya memberitahu sang suami, lalu pandangannya beralih ke plastik dan mengambilnya, membukanya dan ternyata ada sebuah bingkisan entah dari siapa. "Apanih isinya?"

Mandate Twins - NOMIN. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang