Memiliki anak kembar memang tidak semestinya semuanya harus sama, mungkin latar belakang keduanya berbeda; sangat berbeda, hanya wajah dan keseluruhan badannya yang akan sama. Bahkan, dari suara saja sudah beda dan gaya rambut keduanya. Jeno dan Jeon adalah kembar yang seiras, Jeno lebih tua 10 menit dari Jeon, walau begitu keduanya masih mengenakan panggilan adik dan kakak. Jeno yang bersifat lebih angkuh, keras, dan cuek daripada sifat Jeon yang berkebalikan dari Jeno. Jeon lebih memiliki sifat halus, lembut, dan perhatian. Walau Jeno terkenal dengan cuek dan dinginnya, namun pria itu diam diam juga perhatian.
Seperti saat Jeno mengetahui penyakit yang diidap oleh sang adik, dirinya saat itu berada di luar negeri sedang magang disana; memang secara pendidikan, Jeno tidak melanjutkan S2, memilih untuk bekerja. Jika Jeon, pria itu melanjutkan S2-nya di negara kelahirannya. Hal tersedih yang dialami oleh Jeno adalah, dirinya ingin bercerita bahwa dia diterima kerja di negara kelahirannya agar tidak jauh dari keluarga, namun kabar sedihnya adalah sang adik menghembuskan nafas terakhirnya.
Jeon tidak kuat menahan sakitnya, dan sudah tidak lagi merasakan sakit itu. Jeno tidak menangis namun malah emosi, dirinya tidak dapat menyembuhkan sang adik, dirinya merasa bahwa sudah gagal. Tidak jauh berbeda dari Jaemin, Jeno sejenak menjauh dari publik dan memilih untuk sendirian, dan sering untuk mengunjungi makan sang adik. Selalu memberikan setangkai bunga tulip yang indah diatas tanah segar itu, menatap datar kearah pemakaman sembari mengucapkan beberapa kata di dalam batinnya, mendoakan agar sang adik di terima di sisi Tuhan YME. Setelah berhari hari larut dalam kedukaan, dirinya mengingat dengan amanat yang diberikan oleh Jeon; untuk menjaga Jaemin untuknya.
Awalnya, Jeno menolaknya karena Ia yakin bahwa sang adik dapat mengalahkan penyakit sialan tersebut, tetapi takdir berkata lain dan membiarkan penyakit itu memenangkan kompetensi kali ini. Penolakan itu langsung menjadi penyemangat Jeno untuk menjaga Jaemin untuk adiknya, menjaga dari apapun yang bisa membahayakan nyawa Jaemin.
11.12 A.M.
Jeno berada di kantornya, setelah mengantarkan Jaemin, dirinya langsung memutar balik mobilnya karena arah kampus dengan kantornya berbalik arah. Apakah Jeno mengeluh? tidak, dirinya bahkan dengan senang hati menerimanya; walaupun wajahnya memang begitu, datar. Hari ini Jeno pulang sore, yaitu jam 16.00; tidak dapat menjemput Jaemin karena pria itu tadi berkata bahwa dirinya akan selesai kelas jam 12 siang yang berartikan sebentar lagi. Saat jam istirahat tiba, Jeno ingin membeli kopi di cafe yang terdapat di pojok jalanan kantor, karena satu hari tanpa kopi itu hampa.
"Hai." Jeno langsung menolah saat mendengar sapaan tersebut, ada perempuan entah darimana asalnya namun perempuan tersebut memiliki rambut berwarna merah. Jeno ngangguk lalu berkata, "Ada apa?" jawab Jeno.
Perempuan itu menyodorkan tangannya; berniat untuk berkenalan dengan Jeno, dengan santainya, Jeno mengajukan tangannya dan menjabat tangan perempuan tersebut. "Sella, dan kau?" dengan lembut perkenalan itu bermula, "Jeno."
"Jeno, ya. Ingin makan siang bersama?" sudah tidak heran jika ada yang mengajaknya secara gamblang seperti ini, karena saat di luar negeri pun Jeno mendapatkannya. "Terimakasih atas ajakannya, tetapi saya ada janji dengan yang lainnya." ucap Jeno membalas ajakan Sella untuk makan siang.
"Oh! maaf telah lancang mengajakmu, mungkin lain kali kita dapat makan siang bersama. Terimakasih, Jeno." ujar Sella sembari tersenyum lalu dirinya berjalan mundur menghindari Jeno, sedangkan Jeno sendiri, pria tersebut melanjutkan pekerjaannya.
Kejadian seperti itu membuat Jeno sedikit tidak nyaman tetapi harus melayaninya dengan senang hati, itulah kelebihan Jeno, mungkin terlihat galak atau apapun itu; tapi Jeno akan membuat lawan bicaranya merasa nyaman. Karena jam sudah berjalan ke sesi makan siang, dirinya langsung berdiri dan segera ke cafe di ujung jalan. Tidak membutuhkan waktu lama; dengan berjalan kaki, dirinya sudah sampai di cafe tersebut dan langsung memesan satu es kopi kesukaannya akhir akhir ini. Jika tidak ada kopi, opsi kedua dirinya akan memesan teh biru hangat, atau minuman lainnya yang di rekomendasikan dari cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mandate Twins - NOMIN.
FantasyNomin short Fanfiction. Sebuah amanat, memang harus dilakukan agar tidak merasa di hantui setiap waktunya. Tapi bagaimana jika amanat kali ini ditunjukkan untuk menjaga seseorang? seseorang yang bahkan sebelumnya tidak Ia kenal, keduanya tidak salin...