A fanfiction by kanna
Vote when you're
interested
Saat ini kedua anak adam bercumbu satu sama lain ditengah keramaian altar yang menguarkan kebahagiaan bagi tiap-tiap orang, terkecuali salah satu diantara mereka yang tengah berdiri disana.Sorak-sorai memenuhi acara yang dikhususkan kepada mereka, bunga-bunga beterbangan. Angin hilir mudik menerbangkan rambut halus kedua pria disana, membuat suasana semakin terbentuk karenanya.
Keduanya betatap satu sama lain, memperlihatkan perasaan yang kosong. Hati mereka tak ingin, namun harus.
"Selamat ya, nak," ucap wanita cantik berumur dengan kerutan di bawah matanya, terlihat bahagia sampai menitikkan setetes air mata. Memeluk salah satu diantara kedua anak adam disana.
Yang diselamati hanya tersenyum, menanggapi dengan sebaik mungkin. Balas memeluk yang lebih tua. Lagi, ini hanya formalitas semata.
Tak lama terlihat perempuan berumur setengah abad berpakaian hedon mendekat, lalu mencium pipi anak adam disana yang tengah memperhatikan kekasihnya didekap sang mertua.
"Jeno ku sayang, sekarang sudah menikah. Selamat ya nak," dan lagi, acara berpelukan tak kunjung usai.
Pemuda yang dipanggil Jeno itu segera melepas pelukan diantara ia dan ibunya, "Ma, kayaknya Jaemin capek. Kita istirahat dulu ya?" izinnya pelan, melihat sang kekasih terlihat lelah.
Dua perempuan yang tengah memperhatikan pengantin baru itu hanya tersenyum menggoda, "Ya udah, kalian tidur di kamar yang udah disediain. Nanti malam baru boleh," ucap ibu Jaemin menggoda.
Pipi Jaemin memerah lalu menegur ibunya.
"Kenapa ta, orang sudah sah," tutur ibu Jeno diangguki dengan brutal oleh ibu Jaemin.
"Ya udah bu, kita ke kamar dulu," pamit Jeno lalu menggenggam tangan Jaemin nya.
Kedua ibu tersebut hanya senyum senyum menanggapi kedua anak mereka, sudah besar saja- batin mereka berdua.
Sesampainya di kamar, Jaemin cepat-cepat melepas genggaman Jeno, "Jen, pegangannya udah dulu. Mau tidur," Jeno tersentak, lalu membiarkan tangan dingin itu terlepas dari genggamnya.
Membiarkan suaminya tidur sedang Jeno memperhatikan bulu mata panjang didepannya. Dilihatnya kulit sang kekasih, sangat halus. Lalu tangannya mulai berani mengelus rambut si manis, matanya berbinar. Belum cinta saja dirinya sebahagia ini memiliki mahluk nyaris sempurna didepannya.
Tak kuasa membendung bahagia yang dirasa dirinya sesegera mungkin mengalihkan perasaan itu dengan memeluk seonggok daging dengan pahatan hampir sempurna didepannya.
***
Malam tiba, baik Jeno maupun Jaemin hanya berdiam diri menikmati kegiatan masing-masing tanpa berniat menganggu salah satunya.
"Jaemin, aku mau tidur. Main game nya jangan kelamaan ya, good night," Jeno mendekat berniat mencium kening sang suami.
Namun urung karena Jaemin menahan dahi nya terlebih dahulu, "Tidur-tidur aja, ga perlu izin. Kita nikah juga bukan gara-gara gue nya mau, tapi gara-gara dipaksa 'kan?" ucap yang lebih muda tanpa memalingkan perhatiannya seakan gadget lebih menarik daripada muka sang suami.
Jeno terkesiap, "Ah, iya. Sorry kalau buat kamu ga nyaman ya haha," tersenyum getir, Jeno melangkahkan kaki menjauh dari jangkauan si manis lalu segera mungkin menggulung tubuhnya dengan bed cover pemberian mertuanya.
"Selamat malam, manis," lirih Jeno lalu terlelap.
Jaemin melamun, memperhatikan jendela tembus pandang didepannya- lebih tepatnya pemandangan dari atas sana. Gedung-gedung gemerlap lampu dan padatnya kota dengan kendaraan berlalu lalang, terlihat seperti semut rapuh dari atas.
Tetap melamun dengan pikiran melayang kesana kemari, memikirkan bagaimana nanti kedepannya. Memikirkan masa depannya, memikirkan segala resiko yang didapatnya. Dirinya belum sanggup, dengan memikirkan saja membuat kepalanya seakan ditumbuk habis oleh batu.
Menangis, hanya itu satu-satunya hal yang bisa Jaemin lakukan. Melepas emosi yang menumpuk sedari pagi hingga saat ini.
Tak kunjung usai menangis hingga lampu-lampu kota ada yang mulai padam, hingga jalan-jalan tak lagi seramai sebelumnya. Hingga dirinya terlelap, dan tak sadarkan diri dari realita yang tak sesuai harapannya.
Jeno terbangun sedari manisnya tersendat-sendat karena menangis, menunggu sang pujaan berhenti lalu berniat memindahkannya ketempat yang lebih nyaman.
Beranjak dari gulungan selimut tebalnya, ia mulai membopong tubuh yang sedikit lebih kecil darinya itu. Memperhatikan air mata kering yang ia pastikan keluar karenanya.
Membaringkan daging itu di atas kasur yang tadi ditempatinya, lalu kembali memperhatikan wajah sang dipujanya. Wajah yang ia kagumi kecantikan, masih dengan air mata kering membekas disana.
Tangannya terulur, mengusap pipi Jaemin. "Cantik," gumamnya.
Setelahnya ia merebahkan diri disamping si manis, tak lupa selimut yang ia pakai dipasangkan untuk lelaki manis itu.
Memeluk lelaki yang akan menemaninya hingga ajal nanti. Serta merapalkan doa agar dirinya bahagia kelak.
***
Pagi tiba, dengan keadaan tak sesuai harapan para ibu-ibu kemarin.Jeno menepuk kasur di sebelahnya, kosong. Kemana Jaemin- batinnya. Meraba nakas lalu mengambil ponselnya. Membuka ikon berbentuk telepon lalu mendial nama Jaemin disana.
Sambungan berdengung mengudara beberapa saat sampai ada satu bias suara yang keluar dari benda persegi panjang itu. "Halo," suara Jaemin menyapa inderanya, ia lebih tenang dari sebelumnya.
"Jaemin?" ucap Jeno hanya memanggil tanpa berniat mengutarakan apa yang dirasa.
Diseberang sana alis Jaemin terangkat, "Apa?" balas Jaemin akhirnya.
"Kamu dimana?"
"Kampus," ucapnya cuek, terdengar dari intonasi yang berbanding terbalik dengan Jeno.
"Ya udah, semangat ya kuliahnya. Aku kerja dulu."
"Bentar. Jangan dimatiin dulu," alis Jeno terangkat, "itu.. udah gue masakin tadi, tinggal dimakan. Udah ya bye!"
Jeno terkekeh, lucu- gumam yang lebih tua setelah mendengar bunyi tuk menandakan panggilan dimatikan sepihak.
to be continued..
HELLO HELO HELO, HAII KANNA HERE
Gimana gimana gimana? Bagus ga? Aaaaaaaaak nervous bgtttttt
Jangan lupa vote yaww nmnist
Ketik 1 biar jnjm rill (jangan percaya)
Aku up nya berapa hari sekali ya? seminggu sekali? Atau tiga hari sekali? Yang penting jangan sehari sekali ya, aku sering kena writer block awkawkawks maklum amatir
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit [NOMIN]
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA "Kamu bakal jalanin ini sebagai kewajiban seumur hidup? enggak kan?" "Kan gue bilang gue nerima perjodohan ini gara-gara gue dipaksa, bukannya kemauan gue sendiri." Tentang Jeno yang berusaha mencintai Jaemin dan tentang Jae...