"rea gue mau kita udahan sampai disini aja, gue udah gak suka sama Lo lagi, sorry"
"T-tapi kenapa kai, apa alasan Lo buat mutusin gue? Pliss gue butuh Lo Jangan tinggalin gue kai, gue mohon"
"Maaf tapi ini demi gue juga, gue gak bisa terus-terusan sama Lo, gue capek buat hadapi sikap Lo selama ini, Lo cewek dengan mental ter rusak yang pernah gue temuin dan dengan ngeladenin Lo tiap hari bukannya bisa buat Lo sembuh tapi Lo malah buat mental gue juga kena dan buat gue sampai stres"
"G-gue gak bermaksud buat Lo kek gitu, gue minta maaf kai, gue janji gak bakalan kek gitu lagi, gue mohon tetap sama gue kai"
"Gak, gue gak mau lagi sama lo, gak perlu minta maaf, cukup menjauh dari gue dan jangan pernah muncul dihadapan gue lagi aja udah lebih dari cukup, gue udah gak sanggup denger cerita rusaknya keluarga Lo, dengar Lo dipukulin ortu Lo terus, dengar Lo di kucilin temen Lo dan sebagainya, gue gak sanggup berkali-kali gue udah larang Lo buat gak bundir, maaf rea tapi gue udah bener-bener gak sanggup lagi, gue pengen punya cewek yang normal gak seperti Lo"
"Maaf, gue gak bermaksud begitu kai, gue cuman senang karena akhirnya gue punya pacar dan bisa berbagi cerita hidup gue tapi ternyata gue malah... Maaf yah kai, semoga Lo bisa nemuin kebahagiaan Lo dan semoga Lo selalu bahagia hehehe, rea sayang sama kai"
Kai membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari rea, ia sudah benar-benar lelah dengan semua hal yang terjadi selama ia berpacaran dengan rea, untuk kali ini kai memilih egois demi kesehatan mentalnya sendiri, berbanding terbalik dengan rea, gadis itu hanya berdiri menatap punggung kai yang sudah semakin menjauh darinya, rea tau dia salah namun ia benar-benar tidak rela jika kai meninggalkannya begitu saja, perlahan-lahan rea berjalan menuju tempat duduk di pinggir taman, suasana yang tenang dengan hembusan angin yang pelan serta suara jangkrik menghiasi suasana malam saat itu, rea kemudian menatap langit dengan mata yang berkaca-kaca, sembari berkata.
"Kenapa tuhan? Kenapa engkau membuat takdir hidup ku seperti ini? Tidak bisa kah aku diberi sedikit saja kebahagiaan? Aku lelah dengan semuanya"
Perlahan-lahan air mata turun hingga membasahi pipi rea, ia sudah tidak sanggup dengan segalanya saat ini, ia hanya ingin menangis sejenak. Cukup lama waktu berlalu hingga akhirnya rea menghapus jejak air mata dari wajahnya, saat ini wajahnya sangat berantakan dengan mata yang bengkak akibat kebanyakan menangis, rea pun berjalan untuk pulang kerumah dan berisitirahat, lorong-lorong perumahan saat malam hari sangat tenang namun membuat was-was karena beberapa jalan tidak memiliki lampu yang membuat lorong itu sangat gelap, rea berjalan menyusuri lorong-lorong tersebut hingga ia tiba di depan pagar rumah mewah yang sangat megah, kaki rea secara perlahan mulai berjalan masuk ke rumahnya hingga akhirnya ia tiba dikamar dan langsung tertidur begitu saja.
.
.
.
"REA!""INI SUDAH JAM BERAPA DAN KAU BELUM BANGUN JUGA?"
"ANAK INI BENAR-BENAR MENYEBALKAN"
itu adalah kalimat sambutan bagi rea saat pagi hari, sebenarnya rea sudah bangun sejak subuh namun ia memilih duduk dan melamun saja sembari menunggu orangtuanya memakinya karena dikira telat bangun. Cukup lama ia berdiam diri di dalam kamar hingga akhirnya saat pukul 10:25 rea memilih keluar kamar untuk melihat kondisi rumahnya saat ini, dan ia hanya mendapati orang tuanya sedang duduk di ruang tamu tanpa bertengkar seperti biasanya, hal ini sangat mengganjal bagi rea karena mereka berdua tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa bertengkar dan sekarang malah duduk bersama di ruang tamu, wow ini kejadian yang sangat luar biasa bagi rea, rea berjalan menuruni anak tangga satu persatu lalu menghampiri orang tuanya di ruang tamu.
"Kenapa kalian tidak bertengkar seperti biasanya?" Tanya Rea
"Rea duduk ada yang mau ibu sampaikan ke kamu"
Mendengar ucapan sang ibu rea lantas bejalan perlahan menuju sofa sembari memandang aneh ke orang tuanya, saat ini perasaannya sedang tidak enak, Saat ia mulai duduk ayahnya langsung memulai pembicaraan.
"Ayah dan ibu akan bercerai"
"Benar rea"
"Kalian benar-benar egois"
"Terserah kau mau bilang apa yang penting ayah dan ibu akan bercerai sebentar sore di pengadilan agama, lalu dua Minggu lagi ayah akan melaksanakan pernikahan dengan calon istri ayah yang baru"
"Maaf rea tapi ini keputusan kami, ayah dan ibu sudah tidak saling cocok nak, dan setelah bercerai ibu juga akan melangsungkan pernikahan dengan calon suami ibu bulan depan"
"HAHAHAHAHA dasar orang tua gila, buat apa memberitahu ku hal seperti ini? Memangnya kalian masih menganggap ku sebagai anak? Tidak kan, baiklah setelah kalian bercerai sepertinya kalian tidak akan bisa melangsungkan pernikahan begitu saja karena kalian akan lebih dulu menghadiri upacara pemakaman ku"
Setelah berkata seperti itu rea berlari menuju kamarnya, ia tidak sanggup lagi mendengar pembicaraan orangtuanya padahal ia baru saja sudah putus dengan kai dan sekarang ia akan menjadi saksi dari perceraian orang tuanya. Melihat sang anak berlari menuju kamar bukannya pergi menghiburnya orang tua rea malah pergi meninggalkan rumah itu dan kembali melanjutkan aktifitasnya seperti biasa yaitu pergi ke kantor, mereka sebenarnya sudah benar-benar tidak peduli lagi pada putri mereka satu-satunya, karena mereka menganggap rea sebagai anak yang tidak seharusnya dilahirkan.
Suasana kamar yang hening tiba-tiba mulai berisik karena suara tangisan dari rea, ia benar-benar menangis meraung-raung meratapi nasibnya sendiri yang sangat sial, kemudian rea berjalan ke arah dapur lalu mengambil pisau di sana, sebenarnya ia tak ingin mengakhiri hidupnya begitu saja namun apa boleh buat ia sudah tak sanggup akan segalanya, kemudian rea menusukkan pisau tersebut secara bertubi-tubi kearah tubuhnya hingga ia mulai kehilangan kesadaran dan tergeletak begitu saja di dapur sambil bersimbah darah, ia kemudian mengangkat tangannya yang berlumuran darah lalu menatapnya lamat-lamat hingga tak terasa kini matanya sudah sangat berat sepertinya ia akan tidur panjang untuk kali ini.
"Apa aku akan bahagia?"
Itu merupakan kalimat terakhir yang rea ucapkan sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, ia memilih mengakhiri segala penderitaannya saat itu juga, dan apa kalian tau? Mayat rea ditemukan 3 hari setelah kematiannya oleh sang ibu saat ia akan membereskan barangnya dan pergi dari rumahnya, jika kalian pikir ibu rea akan menangisi kepergian sang putri maka kalian salah, sang ibu hanya menatap jijik ke arah mayat putrinya lalu menelepon pihak pengurus mayat agar anaknya bisa langsung dikuburkan, berita kematian rea sudah tersebar dan tidak ada seorang pun yang kasihan pada gadis itu, bahkan saat sudah dikuburkan tak ada seorang pun yang datang ke makamnya untuk sekedar mendoakannya, sungguh gadis yang malang.
12/4/23
Hihihi halo semua, perkenalkan saya ceweknya lipai, jangan panggil saya author atau pun kak, tapi panggil saya Yuyu okee 😽
KAMU SEDANG MEMBACA
Complete the princess' revenge
Fantasy"Dia" menggantikan sang putri untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai, kekecewaan dan juga benci menjadi satu hingga merasuk ke jiwanya, baginya semua hanyalah sampah yang menjijikan dan sekaranglah waktunya menyelesaikan segalanya, apa "dia" aka...