1

88 19 10
                                    

Jangan lupa vote!

***

"Ayah, apakah ayah, ibu dan kakak bisa hadir ke acara kampus ku?"

Arisa memegangi handphonenya tepat di telinganya sambil terus berjalan diantara orang banyak, dalam hatinya penuh harapan agar orang tuanya dapat berhadir menemaninya untuk acara kampusnya kali ini, ia tidak ingin hanya duduk melihat teman-temannya yang asik bersama keluarganya masing-masing.

"Untuk apa? Kami semua sibuk, kau hadiri saja sendiri."

Harapan itu seketika sirna setelah mendengar jawaban dari ayahnya.

"Ah, baiklah kalau begitu." Setelah itu terdengar bunyi yang menandakan panggilan itu terputus.

Arisa menghembuskan nafasnya dengan kesal dan terus berjalan maju, tanpa disadari ia menyeberangi jalan raya tanpa melihat sekitar.

Tinnnn! Bunyi kencang dari sebuah klakson muncul secara tiba-tiba, Arisa dapat merasakan rasa sakit yang tiba-tiba menabrak tubuhnya, itu dikarenakan truk.

Badannya terpental cukup jauh dan tidak berselang lama matanya sudah tidak kuat untuk terus terbuka dan dapat ia dengar dengan samar suara langkah kaki orang-orang berlari ke arahnya.

Penglihatan dan pendengarannya secara perlahan memudar. Hanya tersisa tempat gelap gulita yang sunyi saja.

Setelah merasa seperti berada di tempat gelap gulita yang sunyi, Arisa merasa bahwa dirinya dapat membuka matanya sendiri.

Perlahan ia mulai membuka matanya, ia terbangun di ruangan yang sangat asing. Bahkan ia tidak pernah melihat ruangan seperti ini selama 20 tahun ia hidup.

Bagi Arisa, ruangan ini seperti ilustrasi kamar para nona bangsawan yang sering ia lihat saat membaca novel.

"Apakah aku bermimpi?" Arisa menatap kedua tangannya. Kecil. Itulah kesan pertamanya ketika melihat tangannya sendiri, "Bahkan tanganku mengecil, ini pasti mimpi."

Tidak lama, Arisa mendengar suara pintu ruangan yang ia tempati terbuka dan ia melihat seorang wanita paruh baya berpakaian seperti pengasuh.

"Yang Mulia, anda sudah bangun? Mohon tunggu sebentar, saya akan memanggilkan dokter."

"Tidak! Tunggu, apakah maksudmu? Yang Mulia? Dan siapa kamu?" Arisa menahan pelayan itu sembari bertanya.

Pelayan itu menatap Arisa dengan wajah terkejut dan tentunya hal ini membebani Arisa.

"Astaga. Yang Mulia, apakah anda tidak mengingat apapun?" Tanya orang itu dengan raut wajah yang menggambarkan kekhawatiran.

Arisa yang merasa senang karena ada yang memperhatikan dirinya namun bingung hanya menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan itu.

"Izinkan saya menjawab anda. Benar, anda adalah yang mulia putri kekaisaran Odeletta Finch Apollonias dan saya adalah pengasuh anda, Edith."

Born as a Neglected Extra Character.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang