perihal rasa.

6 8 3
                                    

Gradasi warna langit jingga di sore tamaram ini menyatu dengan kehadiran dua orang yang tengah bersepeda.

Selepas pulang sekolah, mereka tak langsung pergi kerumah, melainkan menepi dulu di warkop-nya bu imas kebetulan juga tadi hujan gerimis turun.

Namun tak jadi masalah bagi seorang Angkasa juleo davidson , dia sudah biasa pulang telat ke rumah, dengan alasan mampir rumah teman atau kerja kelompok.

Dan mama percaya percaya saja dengan kelakuan anak laki-laki nya yang kini menduduki kelas 12.

Disore ini ia menggayuh sepeda-nya penuh hati-hati, terlukis senyuman diwajahnya, ia bahagia.

“sebahagia itu kak?” aliya maharani, gadis yang kini bersepeda dengan angkasa.

“iyalah, gue udah lama gak sepedaan bareng lo” angkasa menimpali.

Aliya hanya terkekeh, memang betul ini adalah kali pertama setelah sekian lama, mereka kembali bersepeda seperti saat mereka masih di masa smp.

“lo gak akan kena marah mama?” angkasa sedikit menoleh kearah aliya disampingnya

“nggak, kan pulangnya bareng lo, kak. Mama mana pernah marah sama gue kalau itu menyangkut nama lo”

Angkasa tersenyum dengan mengangkat kedua alisnya “itu artinya gue udah direstuin sama tante linda, ya?”

Aliya mengernyitkan halisnya “direstuin gimana?”

“jadi pacar lo”

Aliya lantas tertawa dengan ucapan angkasa barusan, mana muka-nya pede aja lagi.

“maaf, maaf ni yaa, kak. Tapi gue udah ada pacar”

“dih, lo gak bilang sama gue?”

“ngapain? yang ada ntar lo roasting terus pacar gue”

“seenggaknya kasih tahu lah”

“barusan itu udah gue kasih tahu, dodol”

Angkasa berdecak, tidak tahu kenapa, tiba-tiba dirinya merasa kesal dan seperti ada yang mau melukai hatinya

wait, jangan bilang gue suka sama liya?” batin angkasa.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya “gajelas lo, kas. Mana mungkin lo suka sama dia”

kak?”

Angkasa menoleh kearah aliya yang sedari tadi memanggilnya, ia tak menjawab apapun cukup dengan mengangkat sebelah halisnya saja.

“ngelamunin apa barusan?”

“gak ada”

Aliya menyipitkan matanya, ia tak percaya pada jawaban angkasa barusan.

“lihat depan! jangan lihatin gue, jatoh ntar gue yang ribet”

Aliya berdecih lantas kembali menatap kearah depan, rumah mereka sudah terpampang jelas dikedua netra

Rumah aliya sebelah kanan, sedang rumah angkasa di seberangnya.

“udah nyampe tuh kak, gue duluan yaaa! besok-besok sepedaan lagi sama gue ya, kak akas!” aliya mulai menyebrangi jalanan dengan sepedanya.

sehingga kini aliya dan angkasa tak lagi bersebelahan, mereka kini bersebrangan.

“besok-besok bakalan gue tolak!” angkasa sedikit teriak dan itu mampu terdengar sampai telinga aliya yang kini sudah berada didepan rumahnya.

Aliya turun dari sepedanya, sebelum membuka pagar rumahnya, ia membalikkan badan untuk berbicara kepada angkasa

“yakin? gak akan pikir-pikir dulu? padahal besok gue mau ajak lo ke suatu tempat”

l e m b a y u n gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang