BLUE; 03

13 1 0
                                    

[03 November 2024, 10.10]

Isha mengutuk dirinya sendiri karena ia bangun kesiangan. Padahal ia sudah ada janji dengan Kala jam 10 tadi. Salahkan saja dirinya karena semalam terlalu sibuk menyelesaikan tugas sampai tidak ingat waktu.

Isha memarkirkan mobilnya buru-buru, dan berlari kencang menuju ruangannya.

"Dok, mau saya daftarin lomba sprint gak?." Tanya Dokter Daren saat Isha melintasi dirinya dengan cepat.

"NGGAK PERLU! MAKASIH!"

Isha berhenti di depan ruangannya dengan nafas yang tersengal-sengal, astaga, ini melelahkan. Isha langsung berdiri tegap saat Kala menoleh kearahnya- dia menunggu di depan ruangan Isha.

Wanita itu langsung membungkuk dalam-dalam, "maaf, saya terlambat. Kamu pasti udah lama nunggu. Ayo masuk." Ajaknya. Kala hanya menurut, mengikuti Isha di belakang.

"Lain kali, kalau saya belum datang kamu masuk aja. Ruangan saya biasanya udah di bukain duluan sama asisten saya kalau terlambat begini, sekali lagi, maaf ya." Ucap Isha tidak enak hati.

Kala hanya menganggukkan kepalanya, itu bukan masalah.

Setelah menaruh tasnya, Isha duduk di hadapan Kala. Senyuman indah terbit di bibirnya. "Jadi, apa yang mau kamu ceritain sama saya?."

Kala mendongak, menatap Isha dengan pandangan tidak mengerti. Walaupun menggunakan masker, dari kerutan dahinya sudah terlihat jelas kalau seorang Kalandra ini bingung.

"Saya nggak akan maksa kamu buat cerita tentang ini-itu. Kamu bisa cerita apa aja, terserah. Dan satu lagi, lepas masker kamu saat berbicara dengan saya. Santai aja, saya nggak makan manusia." Isha tersenyum sambil melipat tangannya di depan dada.

Kala terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia melepas maskernya dan beralih menatap Isha.

Isha terpaku sejenak. Kalandra... Dia sangat tampan, namun sayang, dari sorot matanya terlihat sangat menyedihkan. Dan mukanya yang terlihat tidak memiliki semangat hidup. Tapi dari itu semua, Kala sangat tampan. Seperti artis.

Ya ampun Isha! Ingat Raga!

"Kamu datang sendiri?" Tanya Isha. Sedari tadi, dia tidak melihat sosok ibu dari pria ini.

Kala mengangguk, "ya. Dia harus mengerjakan beberapa urusan." Wow, ini adalah kalimat terpanjang yang Kala keluarkan ketika di hadapan Isha.

"Saya akan menunggu sampai kamu siap cerita. Atau, ada yang ingin kamu sampaikan?" Tanya Isha menatap Kala. Pria itu kembali diam, membuat Isha menghela nafas panjang dan beranjak dari kursinya.

Wanita itu berdiri di hadapan Kala, kemudian berjongkok. "Kalau ngomong sama orang, di tatap matanya. Jangan nunduk terus. Kala, i know its hard, but you have to do it. For yourself." Ucap Isha sambil menaikkan dagu pria itu.

Kala mendongak, matanya bertemu dengan manik mata Isha yang cerah. Jernih, dan menyiratkan akan kasih sayang.

Kala mengambil nafas dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya perlahan.

"Selama saya hidup, saya tidak pernah menemukan orang yang dapat saya percayai. Termasuk orangtua saya sendiri. Saya hanya mengandalkan diri sendiri, karena itu saya berusaha sangat keras agar dapat menjadi pilot. Tapi itu bukan kemauan saya, saya ingin menjadi producer musik. Orangtua saya menentang keras, mereka bilang, apa yang akan saya dapatkan ketika menjadi seorang produser? Tidak ada."

Isha diam, menyimak cerita Kala sambil menepuk-nepuk pundaknya pelan.

"Padahal, yang akan saya dapatkan adalah kebahagiaan. Saya menyukai musik, dengan itu saya merasa senang. Pilot? Hah, saya menjadi pilot karena ayah dan kakak laki-laki saya juga pilot. Seharusnya saya menolak menjadi pilot hari itu, mungkin saya tidak akan menjadi seperti ini sekarang." Kala menghentikan ceritanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang