2.22

397 61 19
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Hari ketiga keberadaan Chen Yu di Amerika. Mereka menetapkan taman kampus Harvard yang berada di dekat fakultas Xiao Sa untuk menjadi kunjungan kedua. Meski liburan singkat belum berakhir, tetapi masih banyak mahasiswa yang beraktivitas di sekitar kampus. Beberapa dari mereka tiada henti memusatkan atensi ke arah Chen Yu dan Xiao Sa. Tidak bodoh untuk mengetahui bahwa tatapan memuja itu jatuh untuk kakaknya seorang. Para wanita berkali-kali mendekat, berlalu-lalang di depan mereka demi mencari perhatian dari lelaki tampan yang masih setia pada sikap apatis.

Xiao Sa tidak bisa diam, dia bergerak-gerak gelisah demi menutupi ketampanan sang kakak dari pandangan semua orang. Dia berkali-kali menghalangi mata-mata mesum yang tertuju kepada Chen Yu. Berlutut di depan Chen Yu yang sedang duduk, membuat semua orang hanya dapat melihat punggungnya alih-alih wajah tampan sang kakak. Ketika merasa situasi sekitar mulai membaik, Xiao Sa kembali duduk di sebelah Chen Yu. Namun, belum ada beberapa menit berlalu, jalanan di depan mereka kembali ramai oleh para wanita yang masih tetap tidak menyerah untuk mencari perhatian.

"Ck, menyebalkan!" Xiao Sa berdecak kencang menggunakan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh semua orang selain dia dan Chen Yu. "Terlalu percaya diri menggoda kakakku dengan wajah jelek itu!"

"Xiao Sa, tidak baik mengatakan kalimat seperti itu," teguran Chen Yu segera mendapatkan tatapan penuh protes dari Xiao Sa.

Xiao Sa merasa tidak senang jika kata-katanya yang merujuk pada fakta justru mendapatkan teguran. Dia lebih suka menyakiti perasaan orang dengan kejujuran daripada menyenangkan dengan kebohongan. Mereka memang akan merasa senang di awal, tetapi itu tidak akan bertahan lama sebab kekecewaan berkepanjangan menanti di depan mata. Sementara rasa sakit yang dirasakan di awal memang memuakkan, tetapi akan sembuh dengan cepat. "Apakah aku salah? Mereka hanya memiliki riasan tebal untuk dipamerkan. Untuk kecantikan, aku yakin aku yang seorang lelaki saja lebih cantik dari mereka."

Seperti biasa, Chen Yu akan menyerah ketika baru saja akan masuk ke dalam wilayah perdebatan dengan sang adik. Daripada menelan kekalahan yang tidak berujung, dia lebih suka melambaikan bendera putih di awal. Dia diam tanpa kata, membisu dan menjelma seperti pohon di sekitar mereka.

Mendapati kebungkaman dari sang kakak, Xiao Sa mengambil kesempatan untuk menggurui. "Gege, kamu tidak diizinkan jatuh cinta kepada orang-orang seperti mereka."

Entah kenapa akhir-akhir ini Chen Yu tertarik tentang pembicaraan seputar cinta sehingga respon yang diberikan terlalu cepat. "Lalu, kepada siapa aku harus jatuh cinta?"

Bola mata Xiao Sa naik ke atas, tangan berperan aktif mengetuk kepala untuk ritual pemanggilan jawaban yang bersembunyi di dalam. Kemudian, sentuhan cahaya menyinari wajahnya ketika telah mendapatkan apa yang diinginkan. Dia tampak menggebu-gebu dengan antusiasme yang tinggi saat mengatakan, "Gege memiliki temperamen yang baik, penyayang, penyabar, dan sangat perhatian. Alangkah lebih baik jika Gege bertemu seseorang yang memiliki hati lemah lembut dan temperamen yang mirip."

Dari semua ciri-ciri yang disebutkan oleh Xiao Sa, hanya satu orang yang tampaknya sangat memenuhi syarat, yaitu Gu Wei. Membuat kebanggaan hati semakin melonjak tajam. Chen Yu tidak dapat menahan senyuman penuh kebahagiaan yang terlukis di wajahnya dan perubahan suasana hati itu tidak pernah luput dari jangkauan pandang Xiao Sa. Dia tertangkap basah!

"Siapa orang itu?" Selidik Xiao Sa, langsung menembak pada inti. Tanpa sudi berbasa-basi, membuat pihak lain merasa kewalahan menampung segala perasaan yang bermekaran di hati.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang