5

141 5 0
                                    

"He? Senyam- senyum lo. Kesambet?"

Sialan! Mana Calvin berdirinya ngehalangin pandangan orang aja. Dia gak tahu apa aku lagi mantau Clara yang lagi masak di dapur bareng Catlyn? Udah kaya istri beneran aja, dan aku suami express kiriman Tuhan untuknya. Ah, alay banget dengarnya anjir. Bodoh amatlah.

"Lo dari mana?" Aku melirik Calvin duduk di kursi depanku. Clara pun jadi terlihat kembali dari meja makan tempat kami berada. Setelahnya Calvin membongkar hasil belanjaannya di atas meja.

"Dari super market bawah. Adik gue gak lo beliin makanan sehat apa? Calon ponakan gue stunting yang ada kalau bokapnya elo kayanya. Stok kulkas lo junkfood semua. Dasar suami gak guna."

Anjir! Ngejleb banget kata- katanya, tapi emang benar, sih. Aku baru ngeh itu sekarang. Lagian Clara dari kemarin doyannya beli di aplikasi mulu. Mana kalau pagi mual- muntahnya kumat. Kaya tadi tuh bertepatan aku melamarnya. Kata Clara, dedek dalam perutnya gak suka sama lamaran daddy nya. Kurang effort.

Itu sih akal- akalan Clara pasti. Dia sukanya yang lebih official kali, yang pake cincin dan berlutut di hadapannya. Hal- hal yang berbau romantisme. Sangat bukan aku. Kalau bukab gitu gak bakalan keterima kayanya. Gagal dah jadi suami idaman.

"Sstt! Vin, gue mau nanya." Aku  memajukan kepala ke arah Calvin sambil melirik situasi Clara yang sibuk. "Adik lo ngidam di lamar. Ala disney kayanya. "

Calvin yang sedang meminum soda kaleng seketika menyemburkannya ke wajahku. Aku hanya bisa membatu dengan mata tertutup. Kesalnya sampai ke ubun- ubun! Namun, suara khawatir Clara tiba- tiba datang bersamaan dengan sapuan lembut tisu di wajahku.

"Calvin! Jorok banget, sih, lo! Gak sopan!" Clara kulihat melempar tatapan bengisnya ke Calvin setelah membersihkan wajahku.

"Lakik, lo, itu yang buat begitu. Kaget gue," bela Calvin sambil menunjukku.

"Emang lo yang monyet. Nanya doang kaget. Jompo amat kaya aki- aki. " Jelas aku gak mau kalah.

"Emangnya nanya apa?"

Aku spontan mematung. Hampir aja keceplosan.

"Ngg anu ..., si Calvin ..., mau nembak cowok katanya. Tadi itu aku nanya dia top apa bot?"

"WHAT?!" teriak ketiganya.

Setelahnya jangan ditanya. Calvin langsung mengambil bangku yang ia duduki tadi dan mengejarku. Baik Caitlyn dan Clara gak bisa lagi melerai. Apartemenku berubah jadi sirkuit ninja warrior.

"Anj*** lo, Gha! Sini lo! Dasar teman biadab!"

***

Pada akhirnya Calvin gak bisa kumintai tolong atau bertukar pikiran perihal lamaran yang akan kubuat untuk adiknya. Dia kepalang bete karena aku menuduhnya dari kaum pelangi. Bukan maksud merendahkan, tapi bagi pria tulen seperti kami itu penghinaan besar bahkan. Terutama Calvin yang maco parah. Ya, sayangnya karena aktifitasnya yang suka nge- gym itu jadi banyak yang melabeli dirinya dari bagian kaum tersebut, karena kebanyakan mereka ada di sana. Hal itu yang membuat Calvin jadi sensi. Wajar dia jadi marah besar, tapi kami masih berhubungan baik, kok.

"Gha, masih editing? Kita keluar yuk. Aku pengen kebab, nih. "

Clara oh Clara. Lama- lama kujuluki juga dia sebagai wanita setengah pintu. Posisi memelasnya selalu di sana sambil menyenderkan pipi ke daun pintu, lengkap dengan tatapan puppy no jutsunya yang membuat meleleh sungguh membuatku selalu iba. Apalagi kalau suara kucingnya keluar.

Sekilas aku melihat jam di layar komputer. Sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Kebetulan perutku juga sudah keroncongan.

"Ya udah kamu siap- siap, gih. Aku juga mau beresin ini bentar habis itu keluar."

Suami Express [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang