Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Chen Yu tiada henti memberikan usapan menenangkan di punggung Xiao Sa. Cukup lama lelaki manis itu berkubang dalam tangisan yang sulit terdeteksi penyebabnya, dia tidak berani bertanya sebelum ketenangan berhasil diraih kembali. Membiarkan tangisan mereda terlebih dahulu, kemudian dia akan segera mempertanyakan sekali lagi apa yang terjadi.
Xiao Sa menghapus bersih air mata yang meninggalkan jejak di pipi. Mengusap mata dengan sedikit kasar hingga gurat kemerahan menampakkan diri. Isakan kecil masih mengalir dari celah bibir ranum, tetapi kini dia sudah bisa berbicara dengan normal. Meraih kembali buku yang sempat tergeletak tanpa daya di atas meja, mencari halaman terakhir yang dibaca. Ketika itu ditemukan, dia segera mengarahkan bacaan tersebut di hadapan sang kakak sembari berujar, "Ini adalah novel karya Riyuge yang berjudul Blade Of Despair. Menceritakan seseorang yang dijebak oleh mafia kejam. Mereka saling mencintai, tetapi egoisme sangat tinggi. Aku merasa terharu pada adegan pernikahan mereka. Mafia itu sangat dingin, tidak mengenal cinta, tetapi dia mampu membisikkan kata-kata cinta kepada sang istri. Bukankah itu cukup untuk membuktikan bahwa si mafia memiliki cinta kepada istrinya, Ge?"
Rahang Chen Yu terjatuh seketika seiring otak mengalami kebekuan mematikan. Dia tidak dapat memikirkan apa pun setelah mengetahui realita tidak sama dengan ekspektasi. Dipikirnya, alasan dari tangisan hebat sang adik karena masalah yang cukup serius. Siapa sangka penyebab utamanya hanya sebuah novel romansa. Lagi-lagi, Chen Yu tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis, yang jelas saat ini dia benar-benar mengalami syok berat.
Meski demikian, Chen Yu masih memiliki sesuatu yang harus dikatakan, "Benar. Aku yakin sedingin apa pun seseorang, dia masih memiliki cinta di hatinya."
Xiao Sa mengangguk dengan semangat jiwa yang tinggi berkali-kali. Ada sedikit ketakutan pada diri Chen Yu jika anggukkan tidak juga berhenti, kepala sang adik akan lepas dari porosnya. Ketakutan tidak hanya berhenti di situ, berkembang pesat ketika melihat tangan lelaki manis mengepal erat. Memukul kuat bagian dada hingga menimbulkan suara mengerikan. Air kembali luruh dari mata Xiao Sa yang memerah saat mengatakan, "Aku sangat ingin memiliki kisah percintaan seperti itu, Ge. Penuh air mata dramatis dan berakhir dengan kebahagiaan yang luar biasa. Ah, sungguh membuat iri."
Di akhir kalimat, Xiao Sa memberikan rengekan manja demi menunjukkan bahwa dia benar-benar ingin perkataan tersebut terealisasi. Dia ingin menjalin asmara dengan seorang mafia. Kisah cinta harus tidak mulus di awal, harus melewati rangkaian tragedi yang mendebarkan. Rasa sakit pun harus dirasakan dengan sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah. Kemudian, mereka akan kembali bersatu, menikah, bahagia setelah diuji, dan hidup bersama selamanya. Benar-benar kisah cinta yang sungguh indah. Namun, kisah cinta adalah hal yang nomor sekian. Yang utama adalah bagaimana caranya dia dan Ye Mi bisa bersama.
Ah? Ye Mi? Xiao Sa menyuarakan keheranan yang singgah di hati ketika lagi-lagi pikirannya terhubung secara otomatis pada Ye Mi. Kenapa lelaki tampan itu lagi? Kenapa selalu ada Ye Mi di pikirannya? Dia yakin jika kepalanya dibedah, mungkin ada ribuan kata Ye Mi yang menempel di permukaan otak. Tidak bisa dibiarkan! Jika rasa cinta untuk pihak lain semakin berkembang pada diri Xiao Sa, hal tersebut akan menghancurkan cita-cita yang sudah dia jaga sejak kecil. Dia tidak mau tahu, dia harus tetap menikah dengan mafia. Tak berselang lama, sebuah kalimat perandaian muncul di benak lelaki manis itu.
Andai saja Ye Mi adalah seorang mafia, Xiao Sa akan menyerahkan diri sepenuhnya kepada lelaki tampan itu. Bertekuk lutut dengan cuma-cuma, mengesampingkan harga diri. Dia akan berlutut, memeluk paha Ye Mi dan tidak akan melepaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GLOOM S.2 (YIZHAN)
FanfictionThe Gloom Season 2, jangan lupa mampir ke The Gloom Season 1 dulu. Tentang perjalanan hidup si kembar, Chen Yu dan Xiao Sa, dalam menggapai impian. Kebersamaan Chen Yu dan Xiao Sa harus terhalang oleh cita-cita. Keinginan untuk menjelajahi negeri or...