Katanya, pertemuan selalu lekat dengan perpisahan.
Jaehyun setuju dengan itu.
Sebab dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, telah banyak hal yang bikin Jaehyun sadar bahwa sesingkat apapun pertemuan, akan tiba saatnya mengucap selamat tinggal.
Jaehyun awalnya ragu, dia bisa melewati waktu yang tidak bisa dibilang singkat itu dan berdamai dengan segalanya.
Langkah Jaehyun terhenti didepan sebuah pintu sebuah ruangan. Memutar kunci, Jaehyun membukanya lalu melangkah masuk perlahan.
Paru-parunya sedikit sesak saat menghirup udara bercampur debu didalam sana. Pengap. Kotor.
Jaehyun menarik setumpuk kardus bekas berdebu yang ia simpan belasan tahun lalu. Mencari-cari dimana buku itu diantara tumpukan buku lain.
Setelah ketemu, Jaehyun mengusap sampul cokelat buku itu. Debu-debu halus menempel di ujung jari.
Jaehyun tepuk-tepuk, sedikit terbatuk saat menghirup debu yang menempel dibuku usang itu, saking tak pernah dijamah. Bahkan terdapat sarang laba-laba juga disana.
Jaehyun membuka halaman pertama. Terpampang tulisan tangan milik Rose pada kertas yang telah menguning. Menandakan rentang waktu yang sudah sangat lama.
Senyumnya terulas tipis. Membaca larik demi larik berisi tulisan tangan Rose. Tentang tumbuh kembang Jaemin. Apa yang disukai Jaemin. Foto-foto masa kecil Jaemin, bahkan foto mereka bertiga tertempel apik disana. Serta banyak sekali hal-hal yang Rose tulis.
Dibeberapa halaman, Jaehyun juga menemukan puisi dan tulisan singkat Rose.. untuk dirinya.
Jaehyun membuka halaman demi halaman berikutnya. Lipatan kertasnya tajam dan mengusam. Terdapat bunga mawar yang sudah mengering juga disana. Jaehyun seolah dibawa berkelana pada waktu yang telah berlalu.
Waktu yang membuatnya ingin melupa akan segalanya. Segalanya yang membuatnya terluka.
Jaehyun merogoh sebuah korek api di saku. Keraguan menyergapnya secara perlahan, api itu menyala namun hanya tertahan di udara. Sebab, tanpa bisa dicegah, ingatan perihal belasan tahun lalu kini kembali terputar dikepalanya.
Segalanya masih terekam jelas, bagaimana Jaehyun mengambil langkah pertamanya dengan senyum terukir kala memasuki ruang rawat inap Rose.
Dan wanita itu masih terbaring dengan mata terpejam disana. Terlilit berbagai macam alat mengerikan ditubuhnya.
"Hai, tebak aku bawain kamu apa?" Jaehyun lalu menyodorkan sebuket bunga cantik yang sebelumnya dia sembunyikan dibalik punggung. "Bunga mawar baru. Kesukaan kamu, Sayang. Aku bakal ganti yang disana dulu ya."
Jaehyun berjalan ke sudut ruangan. Mengganti mawar layu dengan bunga yang baru. "Rosie, aku hari ini bolos ngantor lagi hehe. Biarin aja gajiku dipotong Bang Taeyong. Aku tiba-tiba kangen kamu, pengen lihat kamu, yaudah aku kesini."
"Jaemin mau aku ajakin tapi dia masih sekolah, Rosie. Nanti siangan deh aku jemput kesini ya."
"Dia pasti juga kangen Mamanya."
Jaehyun kembali duduk di kursi sebelah ranjang Rose. Menggenggam tangannya, menatapnya sambil tersenyum tanpa bosan. "Sayang, nanti kalau kamu udah bangun dan sehat lagi kayak semula, kita wujudin semua wish-list kamu yang dibuku itu, ya? Iya. Bertiga. Aku, kamu sama Jaemin hehe."
Jaehyun pun menautkan kelingkingnya dengan milik istrinya. "Kita udah janji loh." Tangan yang satunya lagi membungkus tangan Rose. "Aku bakal terus nungguin kamu disini, biar aku jadi orang pertama yang kamu lihat pas bangun nanti. Aku yakin kamu pasti sembuh, Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpang | Jm ft. Jh ✓
FanfictionSatu yang hilang, menyisakan rumpang. NOT BXB⚠️