* 11 Jam Sebelumnya *
"Kita sedang apa sih di sini?" tanya Dahyun malas sambil mengambil bir yang sudah habis setengahnya, Jeongyeon yang ada di samping menghela napas, mendekat ke telinga Dahyun supaya ucapannya tak didengar orang banyak.
"Aku juga tak mau ke sini, tadinya aku ingin kita makan di warung Kak Nayeon seperti biasa," bisiknya.
"Hayooo~ kalian sedang bisik-bisik apa?? Ayo, dimakan pesanannya! Nanti keburu dingin, loh!" seru seseorang menegur mereka dari belakang dengan senyuman lebar. Dahyun dan Jeongyeon hanya mengangguk canggung pada Wendy—salah satu rekan kerja mereka yang lebih senior yang keduanya kenal.
Hari ini sepulang dari kerja, tiba-tiba Wendy mengadakan acara makan-makan untuk menyambut kehadiran Taeil dan Yuta sebagai rekan kerja baru. Acara itu diadakan secara mendadak, yang membuat Dahyun serta Jeongyeon tak jadi makan bersama seperti yang sudah direncanakan.
Hampir semua orang di tim ikut, soalnya yang mengajak adalah senior mereka langsung, bahkan beberapa karyawan di luar tim ada yang ikut karenanya. Perasaan tak enak membuat mereka terpaksa duduk di sebuah restoran secara ramai-ramai seperti sekarang. Lagipula, acara penyambutan seperti ini memang tradisi, hanya saja yang tidak diduga itu adalah waktunya. Wendy terlalu mendadak dalam memutuskan.
"Omong-omong, jangan mabuk, ya!" celetuk Jeongyeon pada Dahyun sambil mengunyah makanannya.
"Hah? Kenapa memangnya?" tanya Dahyun heran.
"Kebiasaan mabukmu itu sangat buruk, Dahyun. Ingat terakhir kali kita minum di warung Nayeon Eonnie? Kau membuat keributan sampai harus kuseret pulang dengan susah payah," jelas Jeongyeon bergidik ngeri mengingatnya.
Dahyun mendengus sebal, katanya, "Itu 'kan saat aku putus dari pacarku. Wajar kalau reaksiku agak berlebihan."
"Ya, tepat sekali!" sahutnya tiba-tiba bersemangat dengan kekesalan yang kontras. "Kenapa kau sampai berlebihan begitu hanya karena putus dari pacarmu? Maksudku—pacar berengsekmu itu?! Padahal keputusanmu itu sudah sangat bagus!"
"Ah, molla~" Dahyun sejujurnya ingin sekali menjelaskan secara panjang lebar bagaimana perasaannya kala itu, tapi berbicara dengan Jeongyeon yang hampir tak pernah pacaran sama saja dengan kamu berbicara pada tembok.
Meskipun alasan Dahyun memutuskan kekasihnya kala itu adalah keputusan yang sangat masuk akal, kenyataan bahwa mereka sudah bersama selama bertahun-tahun membuatnya juga berat untuk melepas. Hubungan mereka berjalan cukup lama, bahkan sampai mau serius dalam waktu dekat.
Ah, sial.. kenapa harus ingat lagi, sih? batinnya kesal sambil meneguk soju yang entah punya siapa di depannya.
"Dahyun..?" panggil Jeongyeon sedikit melotot karena Dahyun terus menuang soju dari botol ke gelasnya. "You better stop."
"Berisik."