tiga

192 33 40
                                    

Tiga hari berlalu.

Rasanya seperti bekerja di neraka saking tersiksanya Dahyun selama itu. Dia masih belum bisa menanyakan kejadian aslinya seperti apa karena Jeongyeon sibuk bukan main, sementara wanita berambut panjang itu tetap berada di satu ruangan yang sama dengan Yuta untuk bekerja.

Dengan Yuta, si pria yang bahkan terlihat tak peduli pada kejadiannya seperti Dahyun.

Beberapa kali wanita itu memberanikan diri untuk berbicara dengan Yuta meski tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi percobaan itu berakhir dengan Yuta yang menatapnya heran sekaligus risi. Respons yang membuat Dahyun semakin ciut hari demi hari untuk mencoba ulang.



Hingga tibalah makan siang yang paling membahagiakan, di mana Jeongyeon sendiri yang mengajak Dahyun istirahat setelah pekerjaannya selesai untuk sesaat.



"Haaahhh~"

Jeongyeon mendesah panjang begitu ceritanya selesai, dia akhirnya bisa menikmati kopi dinginnya dengan santai sambil memperhatikan Dahyun yang cengo begitu tahu bagaimana kejadian 'keributan' yang sebenarnya.

Intinya kemarin malam Dahyun mabuk berat, dia diseret oleh Jeongyeon ke toilet dengan dalih meminta antar. Namun begitu sampai di sana, belum sempat mereka masuk ke dalam toilet, Yuta keluar dari pintu sebelah dan pada saat itu juga Dahyun memuntahkan isi perutnya ke pakaian yang lelaki itu kenakan.

what a coincidence...

Jeongyeon rasanya ingin menghilang, membayangkan bagaimana ekspresi Yuta yang datar sambil kedua tangannya dalam posisi siaga supaya muntahannya hanya sampai ke kaosnya saja. Jeongyeon masih bisa merasakan bagaimana canggungnya suasana kala itu, mereka bertiga hanya berdiam di koridor untuk beberapa saat.


"Dia minum berapa gelas?" tanya Yuta sambil mengibas-ngibaskan kaosnya yang basah dan bau.


"Anu.. sepertinya h-hampir dua botol, aku lupa berapa gelas t-tepatnya," jelas Jeongyeon malu bukan main sambil mencoba menahan Dahyun agar tak tumbang.


"Wah.. hebat sekali dia, bisa memuntahkan segini banyak tapi pakaiannya tak kotor sedikitpun," komentarnya kagum sambil menyeringai, "seperti sudah terbiasa memuntahkan isi perutnya kepada orang lain."


"M-maaf, kebiasaan mabuknya memang sangat buruk."


"Habis itu kau nangis-nangis tak jelas dan menyinggung mantan pacarmu," ungkap Jeongyeon membuat sang teman menyembunyikan wajahnya di tumpuan tangan sambil memekik tertahan. Wajah Dahyun sempurna memerah karena membayangkan kejadian semalam, tingkahnya itu... Ya Tuhan, bukan main keterlaluannya, "kau bahkan merengek mau pulang tapi tak mau tidur di rumah. Apa maksudnya, coba?"

Jadi karena itu dia membawaku ke hotel? Batin Dahyun malu sendiri.


"Tapi kok bisa dia dibawa oleh Pak Yuta?" tanya Mina penasaran. "Ketika aku datang dengan Pak Taeil, Dahyun sudah dipapah oleh dia."


Jeongyeon menegapkan posisi duduk, kemudian mengambil kentang goreng yang sudah dibelinya untuk ia santap. Katanya, "Aku juga tak mengerti. Tiba-tiba pria itu bilang akan mengantar Dahyun dengan alasan dia juga sudah ingin pulang. Aku hampir tak mempercayainya, loh?"

kairosclerosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang