Empat

137 31 23
                                    

Hari itu ditutup dengan Yuta yang setia menunggu Dahyun pergi dari gedung perusahaan, memastikan bahwa Minho tidak akan mencegah kepergiannya. Awalnya dia bingung ketika disuruh pulang, namun kesempatan itu digunakannya tanpa pikir panjang,karena dia tak mau berlama-lama dengan sang mantan pacar yang terlihat masih betah di sana.

Entah apa yang terjadi setelah itu, yang jelas Dahyun bisa pulang dengan selamat meski pikirannya berubah kacau setelah kemunculan keduanya.



Esok harinya, Dahyun pergi ke kafe terdekat setelah mengirimi Yuta pesan di jam istirahat. Berharap pria itu akan menemuinya barang sebentar untuk meluruskan kalimat ambigunya kemarin sore di depan Minho. Sekalian mengungkit janjinya yang ternyata peka pada apa yang ingin Dahyun sampaikan, perihal kejadian ketika mereka bermalam bersama di kamar hotel.

Tak bisa dipercaya, perangainya saja seperti tak tahu apa-apa, nyatanya dia mengerti apa yang Dahyun risaukan. Mana malah sengaja mengungkit itu di depan sang mantan pula, kontras sekali sengajanya.

"Akan sangat menyebalkan kalau nanti dia pura-pura polos lagi," gumam Dahyun kemudian menyesap kopinya sambil menunggu, "awas saja."


Tak berselang lama, pintu kafe terbuka dan menampakkan Yuta dengan napas yang sedikit terengah. Dia mengedarkan pandangan dengan gestur yang cukup tergesa, orang yang tak mengenalnya pun pasti tahu bahwa dia sedang terdesak sekarang.

"Dahyun?" Dahyun hendak berdiri dan menyapa, kalau saja pria itu tak menahan dengan gerakan tangan setelah menemukan presensinya. "Maaf, aku ke sini untuk mengatakan bahwa kita punya pekerjaan. Bisa ikut aku?"


"P—pekerjaan? Kok mendadak??" tanya Dahyun sigap mengambil semua barangnya di atas meja.


"Sebenarnya tidak mendadak, tapi tak apa, karena kita masih sempat kalau mau berangkat sekarang," jelas Yuta tak acuh sambil membukakan pintu kafe untuk Dahyun yang masih kerepotan, dia bahkan membantu membawakan minumannya selagi wanita itu berjalan cepat mengikutinya, "mungkin kau terlalu fokus memikirkan kejadian di hotel sampai lupa pertemuan siang ini."


Dahyun nyaris tersungkur dengan kalimat tak terduga itu, suara high heels-nya saja sampai terdengar ketika kakinya mengerem otomatis. Dia menaikkan kedua alis terkejut, pipinya mulai memerah dengan mata membulat, "Hah?! Apa maksudnya?? S—saya tidak begitu!"


"Oh, iya?" tanya Yuta ikut berhenti di sampingnya sambil menenteng kantung plastik berisi makanan, menoleh ke Dahyun sambil menyeringai tipis. "Berarti hanya aku ya yang memikirkan kejadian itu?"


Dahyun langsung tak bisa berkata-kata, dia sempat mematung karena tak percaya, namun Yuta menyadarkannya dengan berlari kecil memasuki perusahaan. "Ayo! Kita makan siang di jalan saja, aku sudah beli makanannya. Ini sebagai permintaan maaf karena sudah mengajakmu pergi secara dadakan, soalnya aku yang lupa kalau ada meeting. Hehe..."


...







Dasar orang aneh!!! Dia pikir dirinya siapa bisa mempermainkanku semudah ini?! Hah!??

Dasar orang aneh!!! Dia pikir dirinya siapa bisa mempermainkanku semudah ini?! Hah!??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
kairosclerosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang