P R O L O G

374 148 173
                                    

Prolog

Prolog

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


27 Desember 2013

Brak!

Brak!

Brak!

Sang Mama tertawa melihat anaknya yang terjebak di balik kaca pembatas kamar mandi, terkena guyuran air shower tanpa belas kasihan.

"Diam! Saya tidak akan membuka pintu kaca itu ... Karena kamu! Vas bunga saya pecah!" Wanita itu mengancam dengan nada tinggi, yang mana dia adalah ibu dari anak tersebut.

"Oh ya ... Kamu memang tuli, percuma saja saya berbicara," kata Mamanya dengan tawa kecil di akhir kalimatnya.

Anak kecil itu terlalu pendek untuk mencapai kunci atau tombol shower yang berada di atasnya. Akibatnya, sang anak hanya bisa memohon kepada Mamanya dengan memukul-mukul kaca pembatas kamar mandi.

Anak itu merasa sangat kedinginan, pakaiannya basah kuyup, bahkan bibirnya mulai memucat dan matanya memerah. Dengan tangan kecilnya yang menempel pada kaca pembatas, dia memohon kepada Mamanya agar membukakan pintu kaca tersebut.

Sang anak yang berusia 6 tahun telah terkurung dalam kamar mandi kaca dengan air shower yang terus mengalir selama hampir setengah jam. Sang Mama dengan tega pergi meninggalkan anaknya tanpa membuka pintu. Si kecil hanya bisa menatap Mamanya dengan mata berkaca-kaca, menahan dingin yang menusuk tubuhnya.

Seorang lelaki dewasa yang lebih tua dua tahun darinya itu muncul dari pintu kamar mandi dengan sikap sarkastik. Dia berkata, "Kamu sih, suruh siapa memecahkan vas bunganya Mama?"

"Aku gak sengaja bikin vas bunga Mama pecah," jawabnya dengan nada gemetar.

"Ck, kamu kan tau kalo barang Mama itu jangan sampe ada yang lecet, apalagi pecah, kan? Kamu tau akibatnya sekarang."

"Aku gak sengaja, Abang, tolong bukain pintunya, dingin, Bang."

"Abang ... Disini dingin ...."

Si kecil mencoba memohon dengan suara yang terbata-bata dan tidak terlalu terdengar. "A-abang ...."

Lelaki itu hanya terkekeh dan berkata. "Buka saja sendiri, kamu kan punya tangan." Seolah-olah mengetahui apa yang ada dalam pikiran si kecil. Si kecil merasa putus asa ketika lelaki tersebut pergi tanpa mendengarkan permohonannya.

Situasi ini sangat tidak manusiawi dan perlakuan sang Mamanya dapat dikatakan biadab. Sang anak membutuhkan pertolongan dan perhatian yang serius untuk memastikan keselamatannya.

Tangan kecilnya memegang kepalanya yang mulai pening, bahkan dia hampir kehilangan keseimbangan jika tidak berpegang pada kaca pembatas. Si kecil merasa putus asa dan hanya bisa menangis sambil menggebrak kaca pelan. Hal itu sangat mengkhawatirkan dan membutuhkan tindakan segera untuk membantu si kecil keluar dari kamar mandi yang dingin dan basah.

Tuna Rungu || Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang