Langit sore yang cerah memancarkan keindahan yang memukau dengan warna-warna yang hangat dan menyenangkan. Matahari yang masih cukup tinggi di langit memberikan cahaya yang lembut dan menyinari langit sore yang jernih. Awan-awan putih terlihat terhampar dengan indah, menciptakan pola yang menawan dan menambah kesan damai pada pemandangan langit yang mempesona.
Di tengah keindahan langit sore, Shaka pulang sekolah menggunakan sepeda dengan riang. Suara lonceng sepedanya berdenting riang saat ia melaju dengan cepat di jalanan yang sepi. Raut wajah ceria Shaka terpancar jelas, senyumnya merefleksikan kebahagiaan setelah seharian belajar di sekolah. Rambutnya yang hitam berkibar-kibar ditiup angin, menambah kesan kebebasan dan kegembiraan dalam perjalanan pulangnya.
Shaka menikmati setiap detik perjalanan pulangnya, menikmati udara segar sore hari yang menyegarkan dan pemandangan langit yang memesona. Suara gemericik daun-daun yang tersapu angin dan cahaya senja yang memancar dari langit memberikan sentuhan magis pada momen yang indah ini. Langit sore yang cerah menjadi saksi kebahagiaan Shaka dalam perjalanan pulangnya, menciptakan gambaran yang penuh keindahan dan keceriaan.
"Mama pasti senang kalau gue ikut olimpiade," batin Shaka senang. Ia sepertinya tak sabar untuk memberitahu ini kepada kedua orangtuanya. Senyumannya tak pernah luput dari bibirnya, matanya memancarkan kebahagiaan yang tidak pernah di pungkiri.
•••🥀•••
Sesampainya di rumah, Shaka dengan cekatan memarkirkan sepedanya dengan rapi di garasi, samping rumah. Setelah itu, dia bergegas mendekati pintu utama yang tertutup rapat. Dengan hati-hati, dia membuka pintu dan memberikan salam. Terlihat kedua orangtuanya tengah duduk di ruang tengah sembari menonton TV.
Shaka tersenyum lantas berjalan ke arah mereka. Bima tersadar kedatangan anaknya pun membalas senyuman itu. Sedangkan Citra memutar kedua matanya malas.
"Kamu tumben pulangnya telat?" tanya Bima sembari menutup laptopnya dan di taruh di meja. Tak biasanya anak bungsunya ini pulang lebih dari jam 4 sore, biasanya akan pulang jam 3 atau paling cepat setengah 3 sore.
"Shaka ada pembelajaran tambahan, Pa," balas Shaka.
Bima tersenyum kecil. "Oh ya?"
Shaka mengangguk senang. "Shaka kepilih ikut olimpiade sains, Papa. Papa senang, kan?" Mendengarnya Bima terkejut lantas menatap anaknya dengan tatapan takjub.
"Tentu saja Papa senang." Suara Bima terdengar bahagia, bahkan senyuman Bima menerkah lebar.
"Mama senang, kan?"
Citra menghela napas dan mendesis tak suka, tatapannya tetap mengarah pada TV, enggan melihat Shaka yang menatapnya dengan tatapan penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuna Rungu || Choi Beomgyu
Teen Fiction"Tidak ada yang sempurna di dunia ini." Kisah lelaki yang mengharapkan kasih sayang dari Mamanya. Jiwa yang selalu tegar namun dibalik semua itu terdapat luka yang amat berat didalam raga seorang lelaki berusia 16 tahun, yang setiap harinya harus be...