Tandai typo!
Sinar mentari menerobos celah tirai tebal, menyinari meja makan yang luas di sebuah apartemen besar. Di tengah ruangan, sebuah meja makan besar terbuat dari kayu jati berukir megah berdiri gagah. Seorang pria, berpakaian kasual dengan kaos hitam dan celana hitam pendek, duduk sendirian di salah satu kursinya, fokus menatap layar laptop yang terpasang di depannya. Di sampingnya, secangkir kopi panas mengepul, aromanya harum memenuhi ruangan, seolah ingin mengusir kesunyian yang menyelimuti apartemen besar itu.
Keheningan menyelimuti, hanya diiringi oleh dentingan keyboard laptop dan desiran udara dari AC. Ruangan itu luas, dihiasi oleh interior mewah yang terkesan dingin dan impersonal. Di balik jendela kaca yang menjulang tinggi, tampak pemandangan kota yang ramai, namun di dalam apartemen ini, hanya ada seorang pria yang terisolir dalam lautan kesunyian. Ia tampak terbenam dalam dunia digital, pikirannya berputar cepat mengikuti deretan angka dan kata-kata di layar.
Jarum jam tangannya berputar tak henti, menyeret waktu yang menunjukkan pukul 10.30. Bibirnya berdesis pelan, mengucapkan rasa yang terpendam. Kedua sahabat sekaligus rekan kerjanya masih berada di apartemen yang berada tepat di sampingnya, tak kunjung menampakan diri. Sejak pukul 09.45, ia telah setia menanti, duduk di kursi meja makan yang megah, menatap layar laptop yang seolah menari dengan sunyi.
Artaya menghela napas dalam-dalam, kemudian beranjak dari kursinya. Tangannya bergerak cepat, mencari telepon apartemen yang terletak di meja ruang tengah. Ia mendorong rasa jengkel yang mendesak di hatinya dan berusaha tetap tenang. Ia menekan nomor kamar kedua temannya, Mark dan Grace, dan menunggu dengan sabar. Hati Artaya masih mendidih karena kesabarannya sudah menipis. "Mereka memang selalu saja begini," gumamnya.
Beberapa detik kemudian, telepon terangkat. "Halo?" suara Mark yang ngantuk menyapa kupingnya.
"Kalian baru bangun Tuan dan Nyonya?" Artaya mengucapkan kata-kata itu dengan nada meledek, suaranya menggelora dengan rasa jengkel.
"Hm? Kenapa sih?! Bukannya sekarang kita libur?!" Mark menjawab dengan nada yang kesal.
Artaya mendengar suara Grace mengerang dari sebrang telepon. "Lah, suaranya si Mark. Telepon serumah, hah?!" Grace terkaget mendengar suara Mark yang tiba-tiba kesal.
"Apaan nih telepon telepon? Lewat telepon apart pula," lanjut Mark dengan nada ketus.
"Saya tunggu di ruang makan, sepuluh detik gak muncul, saya—" Artaya berhenti menjelaskannya ketika ia mendengar suara Mark dan Grace bersamaan.
"Ya! Segera ke posisi Tuan sekarang!" keduanya mengucapkan kata-kata itu dengan tegas, seolah memerintah. Seketika, telepon mati, meninggalkan Artaya dalam keadaan tak percaya. Ia ingin sekali mengucapkan umpatan yang panjang, tapi ia menahan diri.
"Saya belum selesai berbicara, kenapa mereka sudah memotongnya?!" Artaya berdecak kesal, suaranya bergema di ruang makan yang luas. Ia menggeram dengan marah, telapak tangannya mencengkeram meja makan seolah ingin menghancurkan kayu jati yang mewah itu. Ia berjalan ke ruang makan kembali.
Tak lama kemudian, dua insan itu datang dengan berburu. Bahkan penampilan mereka benar-benar baru saja bangun tidur. Grace tampak sedikit lebih rapi dengan rambut yang disisir asal dan baju kaos bermotif bunga yang tak beraturan. Mark, di sisi lain, tampak masih sangat lelah dengan rambut berantakan dan kaos oblong lusuh.
Mereka berdua melangkah masuk ke ruang makan, pandangan mereka tampak kikuk dan sedikit takut bertemu Artaya yang sedang marah. "Eh, sorry, ya ... Ketinggalan alarm," ujar Grace, suaranya terdengar lirih. "Tiba-tiba banget. Mau ngapain lagi, bukannya penelitian kita sudah selesai?" Mark menambahkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Leno Alendra [Terbit]
Teen FictionPart lengkap! Lebih lengkapnya ada di versi cetak. Hasil rombakan! 99,9% berbeda dengan alur yang dulu. Ini adalah kisah tentang Leno Alendra, atau yang akrab disapa Leno, seorang pemuda berusia 17 tahun yang hidup sendirian di kota besar Jakarta. L...