Siang itu cukup terik yang bahkan sinar mentari menyilaukan pun bisa mencapai ke dalam ruang yang semula gelap gulita menjadi terang benderang akan hadirnya.
Aku tak tahu siapa dia, aku hanya dapat merasakan sosoknya mungkin akan mengubah hidupku secara drastis tanpa bisa dicegah.
Menarik nafas pelan, memejam mata, dan membuka sedikit bibir mungkin menjadi berbagai cara untuk mengendalikan diriku sendiri. Terkadang, di lain kesempatan pun aku tak bisa melakukannya.
Pundakku ditepuk dari belakang, aku menoleh lalu tersenyum tipis.
"hai.." sapaku dengan nada sumbang.
Dia mengulurkan tangannya lalu meraih punggung tanganku untuk segera ia kecup.
"hmm.. sama seperti dulu, baumu sangat kusuka." ucapnya yang kuyakini hanya ingin menggodaku.
Aku tertawa kecil, menatapnya sembari beranjak berdiri; mengikis jarak yang mungkin hanya sebatas kepalan tangan orang dewasa.
"berhenti sampai disitu, Sammie.."
"terkadang aku bingung harus bertingkah seperti apa disaat kau menggodaku begini."
Tanganku segera ia kecup lagi tanpa memutus sorot mata yang sejak awal ia bentuk.
"i love someone who shows me that face.."
"rautmu seakan aku ingin menerkammu saat ini juga, cantik." lagi, bibirnya menyapa punggung tanganku.
Kedua mataku berkedip pelan, pundakku menghedik ke atas.
"i knew it maybe my fault, tapi siapapun berada di posisiku mungkin akan menunjukkan ekspresi yang sama."
"pesonamu terlalu kuat, Sam.."
"walau.. untuk ukuran seorang teman.." alihku sembari menyembunyikan raut merona karena aku merasakan perubahan suhu pada wajahku.
Sam terkikik geli, punggung tanganku segera ia usap.
"maaf jika kau harus merasakan hal ini.."
"maaf jika kau terjebak denganku dari sekian juta bahkan milyaran pria di luar sana."
"aku tak bisa menentang takdir yang telah dibuat sejak dulu."
"kau.. i mean, kamu ditakdirkan menjadi bagian hidupku. menjadi pasanganku yang akan mendampingiku di dunia ini, Hazelyn.."
▪▪▪
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
