04. Backyard

104 13 4
                                    

Isak tangisku tertahan menatap nanar koper yang kubawa ternyata benar-benar sudah dibuang Samudra ke dalam tempat sampah di halaman belakang rumahnya.

Berusaha menggapai benda berwarna pink pastel itu, emosiku makin terasa tidak stabil. Belum lagi, sejak tadi, oknum pembuat kekacauan hanya diam, bergerak membantuku pun tidak.

Setelah berhasil meraih koper yg bentuknya sudah tak karuan, benda besar itu kuletakkan sedikit jauh dari tempat sampah. Karena, sungguh demi apapun, tempat sampah itu sangat bau layaknya TPA.

Kedua mataku mengerjap disaat koper hancurku itu berhasil membuat semua isi pakaianku ikut berantakan dan terkena noda darah dari dalam tempat sampah.

"kau puas?" ucapku nanar meyakini bahwa Samudra mendengar suaraku.

Lagi dan lagi mataku mengerjap pelan, nafasku kian sesak, belum lagi baru saja ibuku terus melakukan panggilan yang entah sejak kapan menghujaniku dengan panggilan tak terjawab.

Sembari meratapi kenapa aku bisa terlibat dengan lelaki seperti Sam, kedua tanganku kembali merapikan isi koper yang terbuka. Setelah tertutup, koper beserta isinya yang juga rusak segera kubawa pergi.

Tanpa berpamitan dengan Sam, kedua tungkaiku berjalan menelusuri sisi kiri taman rumah yang memudahkanku mencapai bagian depan rumah besarnya. Dengan keadaan berantakan, aku berjalan ke arah jalan raya, mencari taksi supaya aku bisa kembali ke rumahku dan mengisi kembali koper atau bahkan mengganti koper yang rusak dengan koper lainnya.

Tibalah satu taksi berhenti, sang supir menunjukkan raut ramah, membantuku memasukkan koper, lalu kemudian raut ramah itu berubah dalam sekejap setelah Sam bersuara.

"turunkan barang itu, dia milikku."

Bagai kejadian berulang, aku sadar, bahwa sepanjang langkahku tergerak, Sam terus mengiringi pergerakanku dari arah belakang.

Aku jengah, sungguh-sungguh jengah mendengar suaranya.

Melihat supir itu terpaku, aku lantas menggeleng, lalu segera masuk ke dalam mobil melalui pintu baris kedua.

Merasa atmosfir yang terjadi sedikit membingungkan, pria paruh baya itu langsung berlari kecil memasuki pintu kemudi dan mulai menjalankan mobil, dengan Sam yang kini sudah berada di sampingku. Lagi-lagi secara tiba-tiba bergerak tanpa suara.

Nafasku menghela cukup keras, belum lagi kepalaku terbentur kuat ke arah kursi depan dikarenakan supir dari taksi yang kunaiki ini memberhentikan mobilnya secara mendadak. Beruntungnya diriku, Sam dengan sigap menahan keningku supaya tidak terbentur keras dengan kursi depan.

"se.. sejak kapan anda masuk, pak???" tanya gagap supir taksi itu.

Sam menatap tajam lawan bicaranya melalui kaca spion tengah yang berada di dalam mobil. Bagai tersihir, mobil yang berjalan mengarah ke rumahku justru berputar arah kembali ke rumah Sam tanpa adanya sepatah kata apapun yang terucap dari bibir tebal lelaki di sampingku ini.

Tangan yang menahan keningku langsung kutepis kuat, tak terima karena tujuan utamaku kembali terhalangi.

"kumohon, turunlah. aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu.."

Seakan menuli-kan pendengarannya, Sam diam seperti biasa.





















"—pak, hentikan mobilnya." jengahku pada akhirnya, sembari menepuk pundak supir yang berada dalam pengaruh Sam.

" jengahku pada akhirnya, sembari menepuk pundak supir yang berada dalam pengaruh Sam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wrote : 4 September 2023
Published : 230904

19:40 PM

𝐌.𝐎.𝐁 (𝐌𝐲 𝐎𝐰𝐧 '𝐁𝐨𝐲'𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang