Knock~ knock~
Pintu berwarna emas pun kuketuk dari luar, memanggil sang empu rumah yang sedari kedatanganku ia berada di dalam ruangan itu.
"Sam.. u there??"
"ya! tunggu sebentar, urusanku belum selesai!" jeritnya dari dalam sana.
Aku menghela nafas lalu berbalik mencari sofa terdekat untuk segera kududuki.
Tak sampai 10 menit, sosok bertubuh tegap berkulit pucat itu tiba-tiba sudah mendudukkan diri di sampingku. Ia tersenyum, cenderung seperti menyeringai. Kedua mataku lantas beralih ke arah lain, sedangkan tanganku meraih tissue di atas meja kecil di samping sofa.
Tissue itu kubawa mendekati sudut bibirnya yang kugunakan untuk mengusap setitik warna merah disana.
"lain kali kalau belum selesai jangan terburu-buru. kau tahu kalau aku tak suka melihat bercak darah disana." ujarku lebih lanjut sembari meremas tissue bekas yang akan kubuang ke dalam tong sampah.
Sam lebih dulu menahan tanganku, hingga membuatku harus menatap raut bersalahnya.
"sorry.. ini terakhir kalinya kau melihatku ceroboh.." cengiran Sam pun tampak.
Langkah tertahanku kembali bergerak menuju pintu balkon, hendak mencari udara segar dari situasi memuakkan bagiku.
"Sam.."
Sosok itu dengan kekuatannya langsung menghampiriku tak sampai sedetik dari bibirku berucap.
Lengannya merangkul pundakku, lalu kepalanya jatuh bersandar di atas kepalaku. Sebelah lenganku ia usap dari samping.
"Sorry, Aze."
"Sam, please don't say sorry.." pupusku sembari menghela nafas kasar.
"mari percepat tujuanku datang ke sini."
"lusa aku akan pindah ke Sydney."
Tubuhku yang semula didekap oleh tubuh dinginnya itu kini dipaksa berhadapan dengan mata tajamnya yang kini berubah warna menjadi merah darah; bukan lagi berwarna emas dikala emosi nya tak terpancing.
"bisa kau jelaskan?"
"jelaskan apa?"
"kenapa kau pindah?"
Senyum kecilku tampak, pipi pucatnya pun kuusap walau aku harus menahan gelenjar aneh disaat bersentuhan dengan tubuh dinginnya.
"aku diterima di sebuah perusahaan asal negara itu, mau tidak mau aku harus ke sana untuk mendapatkan uang yang kubutuhkan."
Sam menghilang dalam sekejap, lalu kembali dengan membawa sebuah tas besar. Tas itu ia buka, dan ia lempar tepat di atas kakiku.
"sudah berapa kali kukatakan kalau soal uang kau bisa minta padaku!"
Kepalaku menunduk, senyumku tampak dari raut kecewaku akan responnya. Tas yang ia lempar segera kuraih, lalu kukembalikan padanya.
"hidupku bukan hanya untukmu, Sam. aku punya tanggung jawab pada keluargaku, dan aku tak bisa menerima uangmu secara cuma-cuma."
"itu tidak cuma-cuma! imbalannya kau jangan pernah pergi dari sisiku!"
"u knew it, Hazelyn!" bentaknya lagi, kemudian menghilang dalam sekali tarikan nafas.
"Sam. aku tahu kau mendengar apa yang kuucap sekarang walau entah dimana kau berada.."
"lusa aku akan berangkat, dan keputusanku tak akan berubah."
"uangmu kuletakkan di atas sofa yang kita duduki tadi, aku tak mau mengambil uang yang bukan milikku sendiri."
"ah iya, setelah ini kau harus membersihkan playroom mu. aku tahu kau bisa mengurusnya, Sam."
▪▪▪
Wrote : 28 April 2023
Published : 23042814:32 PM
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌.𝐎.𝐁 (𝐌𝐲 𝐎𝐰𝐧 '𝐁𝐨𝐲'𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝)
Short StoryIt's all about a friend, who's more than just a friend. 𝑖𝑛𝑠𝑝𝑖𝑟𝑒𝑑 𝑏𝑦 𝒕𝒘𝒊𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒔𝒂𝒈𝒂. ©hznthaamu, 2023 - 2024