Keenam

129 21 20
                                    

"Dhafi!" Moreen berteriak memanggil Dhafi di area BEM Center kampus.

Dhafi menoleh, hatinya masih berdegup setiap melihat Moreen, antara sakit atau bahagia. 

"Ya?"

"Sudah selesai wawancara? Temani aku makan siang, ya?" Pinta Moreen. Wajahnya yang sedikit memelas membuat Dhafi tak berkutik.

"Baiklah. Dimana?"

"Kantin gedung FISIP saja? Sambil aku menunggu Keenan selesai kelas." Hati Dhafi mencelos, lagi ... Senyuman tipis di berikan olehnya.

"Baiklah, ayo." Mereka berjalan beriringan menuju gedung FISIP yang berjarak 2 gedung dari BEM Center.

"Tidak terasa ya, kita sudah mau semester 3, kau jadi panitia ospek?" Tanya Moreen diperjalanan mereka menuju kantin FISIP.

"Iya, aku dan Jerril akan jadi tim dokumentasi ospek gabungan dan tim petugas tata tertib untuk ospek fakultas."

"Tata tertib?? Memangnya yakin wajah seimut dirimu bisa membuat mahasiswa baru tunduk?" Ledek Moreen yang masih tertawa membayangkan Dhafi harus memasang mimik wajah tegas.

"Tentu saja bisa, Dhafi gitu loh."

Akhirnya mereka sampai di gedung FISIP, segera mereka mencari tempat dan membeli makanan untuk di santap.

"Dhaf ..." Sapa Airin lalu tersenyum ke arah Moreen yang juga menampilkan senyuman.

"Kak, sama siapa?"

Airin menunjuk ke arah keramaian, "Itu sama Wendy, dia lagi bayar makanan."

"Kalian, pacaran?" Dhafi tersedak liurnya sendiri dan tertawa canggung.

"Tidak ... Kami teman." Jawab Moreen.

"Iya, dia suda punya kekasih, kak. Anak sini."

"Oh, kirain. Dhaf, temanku ada yang mau berkenalan denganmu. Dia bilang dia sekelas denganmu." 

"Dia mengulang di kelasku?"

"Ya, dia terpaksa mengulang karena semester lalu saat UAS dia kecelakaan dan kebetulan dia mendapat dosen Pak Gani, kalian tahu kan beliau bagaimana ..."

"Iya, untung saja kelasku tidak bersama dia. Siapa kak namanya?"

"Hey!" Wendy mendekat dan menyapa Dhafi juga Moreen.

"Sudah?"

"Sudah dong, ayo kita kelas." 

"Oke." Airin menoleh kembali ke arah Dhafi, "Nanti kakak chat ya. Kakak mau kelas dulu."

"Baik kak."

Airin dan Wndy hilang dari pandangan bersamaan dengan datangnya pesanan Dhafi dan Moreen.

"Senang sekali tampaknya." Moreen sedikit meledek Dhafi.

"Lumayan, siapa tahu dapat pacar, kan?" Jawab Dhafi sembari megaduk bubur ayamnya.

"Belum tentu jadi pacar ..." Gumam Moreen.

"Kau bilang apa? Agak berisik ... Sepertinya tadi tidak seribut ini." Ucap Dhafi mengedar pandangannya ke sekitar mereka yang memang semakin dipadati mahasiswa.

Moreen menatap Dhafi, "Tidak, lanjutkan makanmu." 

.

Nayla dan Jerril memiliki janji untuk makan di cafe depan kampus sepulang kuliah, kebetulan hari ini jam kuliah mereka sama dan cafe depan kampusnya baru mengeluarkan menu baru. Nayla ingin mencobanya jadi dia mengajak Jerril kesana.

Jerril menunggu Nayla di koridor depan gedung FISIP.

Nayla tersenyum melihat Jerril sudah sigap menunggunya.

"Jerr!!"

"Lama, ayo."

"Ih, siapa suruh sudah tiba duluan? Lagi pula ini masih jam 3, bahkan baru lewat 5 menit, kenapa kau sudah disini." Mereka berdua berjalan menuju depan kampus.

"Aku bubar jam setengah 3 tadi, jadi langsung kesini."

"Eh? Tahu begitu, kau tunggu saja di cafe. Cuaca panas begini."

"Panas? Hm ... Panasnya Bandung memang beda ya ... Adem." Sahut Jerril sambil terus berjalan.

Nayeon menghentikan langkah dan menatap heran pada Jerril. Jerril tersadar dan menoleh ke belakang.

"Kenapa berhenti?"

"Hanya bingung dengan dirimu yang tidak nyambung sama sekali." Ledek Nayla lalu melanjutkan perjalanannya menuju cafe.

"Dasar."

.

Nayla mengedarkan pandangannya ke dalam cafe. Kakinya melangkah ke satu spot yang menarik perhatiannya. Jerril mengikuti langkah Nayla dari belakang.

"Disini saja, hari ini aku traktir karena kau sudah menunggu 30 menit." Nayla berdiri dan berjalan menuju kasir untuk memesan.

Jerril hanya menggeleng-geleng kepalanya melihat tingkah Nayla. Matanya tidak berhenti menatap Nayla. Seolah tahu, Nayla menoleh kebelakang ke arah Jerril.

"Kenapa?" Tanya Nayla tanpa suara. Jerril hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Sampai Nayla kembali ke tempat duduk, Jerril masih tersenyum.

"Kenapa terus tersenyum?? Aneh ..."

"Aku bebas tersenyum, bukan? Tidak ada larangan."

"Jerril ..."

Jerril dan Nayla menoleh.

"Mina?" 

"Hey ..." Mina melirik kearah Nayla.

"Kenalkan, ini Nayla. Nayla, ini Mina ..." Mina dan Nayla berjabat tangan saling berkenalan.

"Kau kesini dengan siapa?" 

"Kak Caleb, dia di kasir."

Sosok yang ditanyakan datang mendekati Nayla, Jerril, dan Mina.

"Halo ... Teman-teman Mina, ya? Aku Caleb." Sapa Caleb ramah menampilkan lesungnya yang manis.

"Jerril, ini Nayla."

"Hai."

"Yaudah, kita ke meja situ dulu ya." Caleb secara tidak langsung menarik Mina untuk segera duduk di meja mereka.

"Agak kasar ya. Mendominasi." Celetuk Nayla setelah melihat perlakuan Caleb.

Dalma hati Jerril juga merasa yang sama. Mina yang memang diam, jadi seakan 'harus' mengikuti Caleb.

"Hm ... "

"Permisi a, teh, ini pesananya."

"Nuhun, teh."




Like yok like komen subscribe

Tbc

Menujumu (Twice)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang