hari itu, hanya ada satu kata untuk Jaehyun. dia terbangun dalam keadaan yang mengenaskan, bertelanjang dada dengan kepala pusing luar biasa.
tempat ini, sangat tidak direkomendasikan sama sekali bagi siapapun yang menginginkannya walaupun dengan harga murah sekalipun.
dia terbangun, membuka kain yang menghalangi jendela tersebut. sekilas cahaya matahari mulai merambat masuk, menusuk mata Jaehyun teramat tajam.
dia kembali berjalan ke arah dapur, memasak sebungkus mie yang ia beli kemarin. tak lupa juga sesekali menguap akibat rasa kantuk yang masih tersisa.
dinyalakan kompor tersebut, ia masukan mienya ke dalam panci tersebut yang sudah terisi dengan air.
"hm.."
Jaehyun semakin bingung, di pagi yang cerah ini. ia harus melakukan apa? biasanya Johnny akan kembali mengingatkan atau berbicara sekadar mengajaknya bermain di luar, mencari udara atau mengitari kota.
ah, nostalgia itu. membuat bulu sekitar kulitnya merinding luar biasa, Jaehyun tak bisa. obsesinya kepada Johnny luar biasa kuat.
Jaehyun tak mampu.
ia mencari benda canggih tersebut, mengetik beberapa huruf sampai satu nama terpampang jelas disana.
"B"
B itu bukan sembarangan orang, justru Jaehyun berterimakasih kepadanya karena jika bukan karena orang tersebut, tak tahu apa yang akan terjadi kepadanya selama ia tinggal disini. mencari tempat tinggal yang strategis dan juga menjadi acuan ia dalam membentuk rencana yang akan dilakukannya kemudian hari.
Jaehyun tertawa kecil, memencet icons hijau tersebut. nada sambungan terdengar, tangan satunya bergerak untuk mengaduk mie yang sudah mendidih. dia mematikan kompor tersebut.
nada dering terdengar dan tak lama panggilan tersebut terjawab, sebuah suara serak khas bangun tidur terdengar. Jaehyun sekilas terkekeh.
"hai, baru bangun?" sapa Jaehyun pelan, ia taruh ponselnya dengan menjepit diantara pipi dengan bahunya.
"iya, kenapa telepon? ada masalah?"
suara Jaehyun terdiam, dia dengan telaten berhati-hati menuangkan mie tersebut. setelah dirasa selesai, ia pegang kembali ponselnya. membawa satu mangkuk kecil yang menambah nuasa uap diatasnya. masih hangat.
"nothing, i just missing someone rn." balas Jaehyun, dia mendudukan diri diatas sofa.
televisi yang ia tonton semalam pun masih menyala, menampilkan berita terkini dari salah satu kasus yang menjadi ramai dibicarakan.
Seo family.
Jaehyun dengan serius menatap berita tersebut, sementara telepon yang masih terus menampilkan menitnya kini sedikit samar pada pendengeran Jaehyun.
"Bri, kalo rindu sama Johnny. itu salah ya?" ucap Jaehyun selepas berita itu kini tergantikan.
sementara yang disebrang sana hanya menghela nafas mendengar ucapan Jaehyun, ia segera terduduk dari posisi duduknya. rumah mewah tersebut menampilkan nuansa yang khas.
konglomerat.
Bright, menatap ke arah jendela kamarnya dengan gorden yang terbuka dengan lebar. mungkin pelayannya sudah merapihkan tempatnya saat ia tidur, tidak peduli.
"menurut kamu, respon dia gimana?" tanya Bright, dengan mengusap wajahnya kasar. mempercepat kesadarannya selepas bangun tidur.sementara Jaehyun hanya tertawa kecil, merasa lucu atas respon Bright.
"dia bakalan bilang kalo aku cuma homo menjijikan.""kamu disana, 'kan? mau ikut keluar sama aku? aku jemput sekarang." ucap Bright selepasnya telepon terhenti.
tatapan nanar dari kedua bola matanya terlihat jelas, jelas bahwa Bright menginginkan Jaehyun. dari pertama Jaehyun berada disini, Jaehyun sudah ia anggap sebagai separuh nafasnya.
kemudian, Jaehyun hanya menatap terkejut setelahnya telepon tersebut terhenti. dia masih menyesap mie instan kesukaannya.
tak ada yang tahu selepas dari ini apa yang akan teejadi.
Jaehyun maupun Bright tidak akan memprediksikan apapun. mereka tahu itu.
-tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
xoxosos
FanfictionSometimes Jaehyun want die, but Johnny act like annoying. JohnJae!AU