Hari itu Jaehyun hanya datang menggunakan pakaian santai, dengan setelan hitam di seluruh tubuhnya. Membuat dia berkali lipat tampan, Jaehyun akui dirinya memang tampan.
Tapi dibagian point tertentu, Jaehyun sangat manis dan mempesona.
Semua orang memujanya, tatapan pesona setiap kali dia lewat tak bisa dihindari. Setiap orang yang dia lewati akan berbisik, membicarakan betapa tampan-nya makhluk adam ini.
Sayang sekali, Jaehyun terlalu malas untuk menggubris sekawanan wanita atau pria yang berkumpul.
Berjalan memasuki minimarket terdekat, dia di suguhkan oleh pria asing. Tidak biasanya, karena setahu Jaehyun akan ada Yuta atau minimal Jeno.
Terimakasih kepada ingatannya, dia berjalan masuk dan mengambil satu kaleng soda. Berjalan ke arah makanan ringan, mengambilnya hanya dua bungkus lalu ke bagian kanan paling pojok dia akan mengambil satu mie bungkus.
Dan setelah dirasa semua sudah cukup, Jaehyun berjalan ke arah kasir. Agak ragu, dia tak bisa blak-blakan untuk berbicara leluasa. Karena biasanya dia akan mampir sebentar kemari sampai beberapa jam kemudian dia akan pulang.
"Hm, maaf menganggumu. Aku ingin bertanya, kemana Yohanes dan Julian?" tanya Jaehyun, karena dia tidak suka berbasa-basi atau menampilkan rasa malu-malu.
Hidup liar di jalanan itu, membuat dia merasa bahwa memiliki sifat lemah lembut sangatlah tidak penting.
Mereka akan menganggapmu dengan rendah dan akan semakin menginjak harga dirimu, dia tidak suka.
"Yohanes dia pulang ke rumahnya dan sekalian dia akan pulang ke New Zealand, lalu Julian dia tiba-tiba ditarik paksa oleh ayahnya. Entah apa yang diperbuat oleh anak itu, aku tak tahu. Itu yang ku dengar dari bos kami." jelas pria itu, Jaehyun hanya mengangguk.
Setelah percakapan singkat itu, Jaehyun membayar pesananya dan segera berjalan keluar. Walaupun sebelum dia memegang gagang pintu, tahannya seperti di pegang oleh seseorang.
Secepatnya menoleh, mendapati pria tadi yang ia ajak ngobrol barusan.
"Ada apa?" tanya Jaehyun penasaran, pria itu tersenyum cerah.
"Apa aku boleh meminta nomormu?"
Persetan dengan apapun, pria ini tidak sinting kan? Walaupun dia tampan, apa perlu seperti ini?
"Tidak."
"Jika tidak boleh, izinkan aku mengetahui namamu."
Jaehyun menghela nafas, dia melepaskan cengkraman tangan tersebut. Itu menganggu.
"Jeffrey." dan segera Jaehyun melenggang pergi, mengabaikan perasaan pria tersebut yang sukses membuncah.
Jaehyun tak peduli, dia tak menggubris pria gila itu. Bisa rusak akal dia jika harus berlama-lama.
Jaehyun semakin berjalan menyusuri pinggiran kota New York terasa sangat ramai, lagi-lagi New York. Tidak akan ada habisnya sekali kita membahas disini, lima belas tahun berjalan. Jaehyun merasa asing dengan dirinya, kelahiran atau masa lalunya.
Semua tampak berbeda, tetapi dalam hati yang terdalam. Jaehyun mensyukuri apa yang dia miliki, tidak terlalu berlebihan. Half American itu berjalan memasuki sebuah bangunan tinggi, tidak mewah layaknya hotel bintang lima hanya sebuah gedung tua yang masih menyewakan beberapa ruangan kosong.
Harganya terbilang murah, oleh sebab itu Jaehyun bisa menepatinya.
Sapaan demi sapaan Jaehyun dapatkan, sesekali Jaehyun akan tersenyum tipis. Dia bukan bermaksud sombong, hanya saja jika jujur dia tidak dekat dengan penghuni disini. Berjalan dengan sangat hati-hati, karena lantai bagian bawah ini sangat berisik.
Iya, mereka yang tinggal disini akan sesekali mengadakan pesta kecil dengan bir yang dibeli berbotol-botol, atau membawa gadis dan mengajaknya berciuman sembarangan tempat dengan keadaan mabuk.
Teruntuk Jaehyun sendiri, dia harus bersusah payah naik ke tangga atas lantai dua. Bahkan kamarnya ada di lantai tiga, itu menyebalkan.
Sesekali siulan terdengar sedikit membuatnya risih, tidak sedikit tapi sangat-sangat risih.
"Jeffrey?"
-tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
xoxosos
FanfictionSometimes Jaehyun want die, but Johnny act like annoying. JohnJae!AU