3

215 33 4
                                    

Malam sudah kembali begitu sunyi, Jaehyun saat ini sedang bersiap untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Hasratnya untuk keluar sedang buruk, setelah beberapa kejadian yang ia alami hari ini. Jaehyun memutuskan untuk tidur saja, walaupun televisi yang menayangkan sebuah telenovela yang ramai dikalangan masyarakat. Nyatanya tidak mengidahkan apa yang menjadi beban dari pundak tegap tersebut.

New York tidak selalu kehabisan akal, selalu ada celah bagi setiap orang yang ada disana untuk keluar. Menyaksikan dan mengabari melalui beberapa sosial media, teknologi sudah semakin canggih.

Namun, Jaehyun tidak mempedulikan itu.

Drtt..

Suara telepon dari ponsel miliknya, membuat Jaehyun berdecak kesal. Segeralah mengambilnya, jika tidak maka ponsel tersebut akan berbunyi dan menganggu waktu tidurnya.


B


Sebuah nama dengan satu huruf itu mengerutkan kening Jaehyun, sejak kapan B akan meneleponnya selarut ini jika bukan hal penting.

Dipencet icon hijau, terdengar sebuah hembusan nafas dari sana. Jaehyun diam, dia masih mencerna apa yang akan dikatakan oleh B.

"Jeff?"

"Hm?"

Tidak ada sahutan, selalu seperti ini. Akan dan begitu bagaimana yang terjadi.

"Johnny di New York."

"Udah tau kok. Kenapa?"

Jaehyun terbangun, pinggangnya sedikit sakit dan mengharuskan duduk sebentar. Sambil melakukan peregangan.

"Perasaan kamu sama dia bagaimana?"

"Biasa aja." Jawab Jaehyun sekenanya.

Kalau boleh jujur, Jaehyun juga sudah gundah semenjak mengetahui adanya Johnny beberapa waktu lalu.

"Jeff, ini serius. Kalo kamu balik lagi ke Johnny gimana? Kamu ngga inget enam tahun yang lalu?"

"Aku bakalan selalu inget kok, Bri. Kamu tenang aja, lagian ngga mungkin dateng ke dia setelah semua kejadian di masa lalu itu."

Jaehyun menatap jendela yang tidak tertutupi oleh kain, dia lupa.

Menatap sebuah apartemen disebrang sana, dengan beberapa kamar yang menyala.

Tatapan menelisik pada salah satu kamar disana, Jaehyun menyeringai tipis.

Ini semua kejadian kebetulan.

"Kamu ngga usah khawatir, apapun yang terjadi. You must believe me, i'm promise Bri."

"Oke."

Dan setelahnya, percakapan mereka terhenti disana. Dengan suara bunyi telepon yang diputus sepihak.

Jaehyun bangkit dari atas kasur, berjalan mendekati jendela. Mata setajam elang itu menatap salah satu kamar yang menarik perhatian sedaritadi.

Bukan tanpa sebab.

Jaehyun mengetahui semua yang bersangkutan dengan Johnny, bahkan dia sampai rela ke apartemen kumuh ini bukan tanpa sebab.

Lalu mengapa dia tidak tinggal disana saja? Bahkan apartemen itu jauh lebih baik dari sana.

Mudah, Jaehyun selalu ingin mengawasi dari Jauh. Dibanding melewati batas, Jaehyun lebih senang dengan jarak yang diberikan oleh Johnny.

Seumur hidup, obsesi dia kepada Johnny tidak pernah berkurang. Walau sekarat sekalipun.

Jaehyun benar-benar mencintai dan membenci Johnny dalam satu waktu.

Menjengkelkan.


-tbc.

xoxososTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang