Bab 2- Awal Masalah

24 2 0
                                    

[SELAMAT MEMBACA]
.
.
.

***

Apa yang akan dilakukan kebanyakan pelajar saat membuka mata dan mendapati jarum jam pendek telah melewati angka 8 pagi?

Panik, cemas, was-was, terburu-buru, lakukan apapun dengan cepat, berlari keluar rumah, meski tidak ada harapan, tidak ada alasan untuk berhenti menuju kelas. Sayangnya, semua kecemasan itu tidak cukup penting untuk dilakukan bagi seseorang yang masih anteng ayem tidur berselimutkan sarung wadimor biru di atas sajadah subuh.

Dia Asad, siswa tahun pertama Sekolah Menengah Atas. Setelah menjadi senior di tahun sebelumnya, kini ia harus kembali menjadi junior. Saat ini ia tengah mengabaikan dering ponsel dan berniat tidur hingga siang.

Panggilan ke-enam, Asad memutuskan meraih ponsel.

"Hm? "

"Posisi"

"Rumah"

"Kalo elu belum sampe sebelum jam istirahat, gak ada jadwal tanding sebulan"

Mata Asad segera melotot, duduk tegap dengan rambut berantakan. "Lo serius? "

"Waktu terus berjalan, lo tau gue gak pernah becanda"

Panggilan berakhir.

"Astaghfirullah!" Asad segera bergerak bangkit tetapi lupa tubuhnya masih terlilit sarung, berakhirlah dia tersungkur dengan menyakitkan.

"Akh...!" Matanya melihat jarum jam terus berputar, "Halah! Mana sempet buat ngeluh!".

Pernahkah kalian melihat seseorang mandi hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit? Itulah yang kini Asad lakukan, tidak sempat menyisir rambut, seragam hanya dikancing seadanya, lalu segera menyambar ransel dan ponsel.

Bahkan dia tidak sempat menuruni anak tangga, dia meluncur pada pegangan tangga.

"Hais! Ngapa sepatu itu bertali, sih?!" Dia bahkan nyaris salah memakai sepatu, warna hitam dikanan dan warna putih dikiri.

Setelah selesai, dia berlari tapi kembali berbalik arah. Pintu rumahnya lupa ditutup. Asad mengambil sepeda, mustahil berangkat dengan angkutan umum, itu tidak akan sempat. Sambil mengayuh kencang, sesekali Asad melirik jam tangan.

"Ya gusti!" Dia berbelok mengambil jalan tikus, memotong rute tercepat. Meski harus melewati banyak tangga, turunan dan tanjakan, tembok-tembok semen, bahkan dia nyaris menabrak kucing.

MEOW!

"MAAF! "

Ada beberapa warga yang meneriakinya dan Asad balas berteriak 'maaf'. Perjalanan lima bekas menit itu mengalahkan 20 menit dengan angkutan umum jika tidak macet. Bisa jadi Asad adalah seorang pembalap sepeda terbaik di negeri ini. Nafasnya tersengal, akhirnya pagar belakang sekolah mulai kelihatan. Dia menyembunyikan sepeda ditempat rahasia, mulai memanjat pagar karena jika lewat gerbang, satpam pasti melaporkannya kepada Rey-orang yang menelpon sebelumnya.

Baru saja kakinya mendarat sempurna, seseorang berteriak.

"Langit Yusuf Al-Asad! Kamu dapet 15 point terlambat, ini udah yang kelima kalinya dalam seminggu. Datang ke ruanganku pas jam istirahat" Suara itu berwibawa, pemiliknya tampan rupawan. Banyak dari para siswi mengidolakannya, dialah hyhyena, musuh Asad. Ketua OSIS SMA Nusantara. Tapi sebenarnya dimata Asad dia tidak lebih baik dari manusia paling merepotkan.

"Bang, gimana cara lo bisa selalu nangkep gue?" Ketua OSIS urung melangkah pergi, jarinya masih sibuk mencatat di buku kecil. Ia lalu menghampiri Asad.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[R E M A J A]:Langit Yusuf al-AsadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang