Bab 1- Raja Baru

22 3 3
                                    

[SELAMAT MEMBACA]
.
.
.
.

***

Ruangan itu dipenuhi ratusan penonton dengan semangat membara. Teriakan terdengar kencang, seruan penyemangat, sorakan pendukung, tawaran taruhan, dan banyak umpatan kasar. Pendingin ruangan seolah tidak berfungsi, keringat tetap membasahi kerah kemeja.

Berbeda dengan lantai pertama, di lantai dua hanya ada beberapa kursi yang terisi. Mereka menonton dengan tenang, nyaris tak bersuara. Memperhatikan setiap detik pertandingan dibawah dengan tidak biasa.

Tepat di tengah-tengah tribun ratusan kursi, area setinggi satu setengah meter dibatasi ring merah menampilkan sebuah pertandingan tak biasa. Ini bukan ajang perlombaan nasional atau bahkan legal. Mungkin hanya segelintir orang yang tahu, tapi bisa jadi hanya orang-orang penuh nyali yang mengetahuinya.

Suara pukulan, dengus nafas, kulit bertabrakan membuat bekas merah bahkan menyobek beberapa bagian. Darah berceceran dilantai, wasit bersemangat mengendalikan pertandingan. Dia sudah menjalani profesi ini selama belasan tahun, tapi pertama kalinya dia melihat pertandingan luar biasa yang ada di hadapannya.

Sang juara bertahan, mantan tentara sungguhan. Sempat mendekam dipenjara akibat membunuh salah satu personel karena masalah spele. Dia lelaki bertubuh tinggi kekar meski ototnya tidak terlalu menonjol. Wajah sangar dipenuhi bekas jahitan tampak kacau penuh lebam dan salah satu matanya nyaris tidak dapat dibuka lagi. Sungguh ajaib tubuhnya masih berdiri kokoh memasang kuda-kuda bertahan. Sedangkan si penantang, tidak akan ada yang mempercayainya jika tidak menyaksikan langsung pertandingan malam ini.

Tinggi tubuhnya hanya 178 cm, tidak ada yang terlalu menonjol. Bahkan orang tidak akan percaya ada empat otot tersusun rapi dibalik kaos hitam tipis yang dikenakannya. Wajahnya masih sangat muda, tampan dan terlalu polos untuk pertandingan ini.

"Hancurkan dia sialan! "
"Aku sudah membayar dengan harga tinggi!"
"Jangan kalah bedebah! "

Lebih banyak umpatan ketimbang sorakan penyemangat. Tidak seperti malam sebelumnya dimana si juara bertahan mendapat perhatian penuh dari para sponsor.

Dia meludah, bersiap menyerang. Wasit memperhatikan.

Si penantang maju duluan, menyerang bagian depan tapi itu hanya tipuan. Dia segera menyerang kaki lawan saat triknya berhasil. Hilang keseimbangan merupakan kesalahan fatal tapi penantang membiarkannya, ia tidak menyerang lagi.

"Berdiri sialan! "
"Berdiri! "

Satu pukulan telak mengenai dagu sang juara, entah sudah berapa kali ia bangkit berdiri tapi kembali terjatuh. Serangan terakhir adalah gerakan terkenal dari seni bela diri taekwondo, tendangan memutar di udara. Darah mengotori ring, tubuh kekar itu tumbang tak lagi sanggup berdiri.

Wasit menghampiri.

"Mustahil"
"Siapa dia? "
"Bajingan! "

Saat tangan si penantang diangkat, bukan sorakan kebanggaan yang dilontarkan penonton, melainkan umpatan dan makian.

"Wow, penonton itu lebih mirip sampah daripada seonggok daging busuk" Si penantang meminta mic dari inspektur pertandingan malam ini.

"Oke, bisa kalian diam sebentar" Suara itu bahkan terdengar seperti remaja yang baru puber. Tidak ada suara lain di ruangan.

"Selamat malam untuk para sampah, kali ini gue mengalahkan juara andalan kalian. Besok-besok mungkin kalian yang terkapar di depan sini, jadi gue kasih tahu dari sekarang".

Bisik-bisik mulai terdengar, banyak wajah tak senang menatap remaja itu.

"Kenalin, gue Raja kedua dari Hutan Singa, inget itu dan jangan lupa, kalian orang tua. Satu jari kalian nyentuh orang-orang gue, harganya 20 jari di tubuh kalian"

Atmosfer terasa berbeda, ketegangan meliputi para penonton. Mereka menggigit bibir kesal.

"Gue gak takut sama kalian, mau itu ketua geng besar, berandalan kelas atas, preman penguasa kota, boss mafia, kelompok penjahat, bahkan mungkin pembunuh bayaran. Kalian senior di bidang ini, tapi gue tetap Raja. Kalo ada yang ngajak tanding, diakhir pekan aja soalnya gue masih sibuk sekolah, sekian"

Si penantang melompat turun, disambut beberapa orang berjaket hitam.

"Perlu banget ngomong masih anak sekolahan?" Rekannya bertanya.

"Yah, mereka juga bakal tau nantinya" Salah seorang pria memakaikan jaket, mereka lalu berjalan menuju pintu keluar.

Tentu saja sorakan mengerikan mulai menyerang, bahkan ada yang melempar apa saja baik uang, sepatu sampai botol minuman.

"Baru dateng udah dapet musuh" Rekan lainnya berujar.

"Gue gak berniat buat jadi orang baik di dunia sampah ini".

Malam itu remaja yang masih duduk di bangku sekolah mengumumkan era baru dari Hutan Singa, dia tau tatapan yang harus diwaspadai bukan dari penonton lantai pertama, tetapi para tamu VIP yang sudah menunjukkan ketertarikan mereka. Beberapa tersenyum, tapi yang lain berdecak kesal.

Raja baru itu mengibarkan bendera perang, di masa depan akan ada banyak orang yang harus dilawannya untuk menuntaskan balas dendam.

Namanya Langit Yusuf Al-Asad, remaja 16 tahun yang baru lulus SMP. Mata-mata menatapnya waspada, mengamati, untuk saat ini para petinggi hanya menonton pertunjukannya. Besok, ketua-ketua geng besar itu akan mulai memperebutkan singgasana dari sang Raja kedua.

***

V_Ote_❤and_comment 🐱

Arigatou_❤

[R E M A J A]:Langit Yusuf al-AsadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang