Setelah 3 tahun lamanya aku menimba ilmu. Akhirnya,aku kembali pada rumah yang sederhana,rapi nan elegan.
Aku turun dari mobil dengan perlahan disambut suara merdu rebana yang ditabuh deretan santri putra dan suara teriakan santri putri dari lantai 2 asrama putri. Maklum saja, karena posisi ndalem Abah dan ummik yang menjadi bangunan satu-satunya pemisah antara asrama putri dan asrama putra."Assalamualaikum"ucapku kencang
"Waalai'kumsalam Gus gantengggg" jawab santri putri tak kalah hebohnya.
Ku lanjutkan menyusuri kerumunan.
Dari banyaknya orang dalam kerumunan. Terlihat 2 sosok orang yang paling ku rindukan.Abah dan ummik!
Berlarian dan berhamburan ragaku menyentuh dua sosok panutan hidup sekaligus pelipur lara. Perlahan kristal-kristal bening pun tak dapat di tepis kehadirannya.
"Pripun kabare,Zan?" Tanya abah sembari merangkul bahu kiri ku dan ummik mengampit tangan sebelahnya.
"Alhamdulillah,Kulo sehat bah..mik"
"Mlebet rumiyin nggh ,mbah" menarik perlahan tangan ku agar serta ikut masuk
"Nggh mik. Pelan-pelan mawon
Terlihat sudah banyak sekali hidangan dan sanak saudara dari Abah dan ummik yang menyempatkan diri hadir untuk menyambutku.
"Loh...lek tambah ganteng awakmu" ujar sepupu dengan senyum jahilnya mengarah padaku. Bahasanya memang lebih santai karena umur kami yang hanya beda 1 thn.
"Nggh,kang Chul" jawabku renyah dengan nada guyon karena aku memanggilnya seperti actor dalam serial "W" sebenarnya aku pun tak menonton serial itu hanya mendengar dari beberapa konco pondok.
"Ayolah namaku Kazul bukan Kachul."
Terlihat bibirnya yang agak mencuat ke depan."Hehehe... ngapunten... ngapunten nggh.."jawabku dengan gelak drama.
"Wis...wis dahar riyin" ummik mulai menengahi.
~~~~~~
Sudah hampir 1 jam setengah aku tak berkutik dari ruang tengah. Para ummik,Abah bahkan sanak saudara masih keukeuh berada di sampingku sampai- sampai aku lupa pada adik kecilku yang berusia 3 thn.
Qia!
Adik kecilku yang lahir ketika aku menimba ilmu di pondok pesantren. Memang tidak jauh. Hanya di pondok pesantren milik paman dari arah Abah di daerah Demak,Jawa Tengah. Dan selama 3 tahun...aku memilih untuk tidak pulang. Dan karena hal itu aku belum sempat melihat secara langsung adikku ini.
Bukan karena manja dan berlagak tidak merindukan keluarga atau bagaimana. Aku hanya ingin serius menimba ilmu walaupun di tempat paman. Agar aku secepatnya menyusul Abang belajar ke Yaman. He's perfect!.
Seorang yang cerdas dan cepat menghafal Al-Qur'an dan ribuan hadist hanya dengan beberapa waktu saja. Sebelum berangkat pun dia sudah banyak menghafal kitab kuning cetakan tebak. Tidak heran aku ingin seperti dia. Bukan mendoktrin diri. Hanya sebuah ambisi untuk dapat lebih unggul darinya. Kembali lagi pada qia. Aku harus melihat nya.
"Mik...?,qia teng pundi?"
"Dikamar taseh tilem"jawab ummik sambil menyodorkan Nasi pada Abah. Kemudian, menunjuk kamar dengan ornamen manis menggantung di pintunya.
"Zidan kuangeeennn banget mik...Zidan Bade ningali rumiyin nggh?, Ummik teng mriki mau sareng Abah daharan"
~~~~~
Sambil sedikit berlari dan perlahan ku buka pintu kamar. Semakin dekat dapat kulihat wajahnya yang tertidur pulas didalam box bayi.
Menggeliat....dan perlahan manik mata indah itu menatapku...
"A-ba-bang" celoteh nya
Tiba-tiba pandangan ku teralihkan pada sosok cantik.....tubuh mungil....wajah putih yang terlihat begitu kelelahan.
Siapa dia?!tanya ku dalam hati. Agak merasa janggal karena ummik tidak mengatakan ada orang yang sedang menemani qia.
Aku kembali menoleh pada qia yang mulai mengoceh dengan hebatnya.
"bang...Abang" celoteh nya lagi"Mas nggh?, Sanes Abang" ajar ku agar qia memanggil dengan sebutan "mas". Sebenarnya bukan satu ataupun dua kali ia mendengar sebutan ini ketika video call dengan Abah dan ummik.
Terdengar lenguhan pelan dan....
Sosok cantik itupun terbangun....
"Gus Zidan?..." ngapunten"raut wajahnya mulai panik.Netra ku terus menelusuri netra di hadapanku...sedetik kemudian, dia menunduk...bahkan pendengaran ku tak dapat menerima gelombang dari pertanyaan suara sosok cantik di depanku..
Sedetik kemudian aku yang tersadar"astaghfirullah"ucapku gusar.
Lalu melangkah keluar dan melupakan niat awal untuk menghabiskan waktu melihat adik kecil ku...berhenti di depan pintu....
Sepintas dan tidak terlalu jelas tertarik dua ujung bibirku...sambil memperhatikan sosok yang telaten menimang qia ...sekilas dan tatapan kami bertemu...
Siapa dia?!!!
~~~~~~
Rumiyin =Duluan
Dahar = Makan
Taseh Tilem = Masih tidur
Sanes = Bukan
Mriki = Kesini
Sareng = Bareng
Ngapunten= Maaf
Ndalem = rumah
Konco = Teman
Pripun = Bagaimana
Mlebet = Masuk
Ningali = Melihat
Awakmu = kamuJANGAN BOSEN BOSEN VOTE+FOLLOW AKU YAAA........😇🙏🥰
JUMAT 21 APRIL 23
HAPPY DAY'S KARTINI GAESS!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra
General FictionAdinda Zahra Utari , Utari nama pemberian dari kakek dengan harapan agar aku dapat menjadi anak yang kuat seperti Dewi Utari.....Namun,karena sebuah tragedi pertemuan dimasa lalu yang menuntunku bertemu kakak beradik yang tak lain adalah Gus pondok...