Bab 2°

18 7 0
                                    

Happy Reading

"Kiww cewe" beberapa siswa di belakang Amora mulai menggoda nya.

"Ngapain jauh-jauh, sini deketan nanti ada zombie" ujar Gerry.

"Lo kalau godain cewe yang bener dong! Mana ada zombie di sekolah. Ngaco!" Kesal Fano.

"Gak papa namanya juga usaha Fan."

"Berisik. Geser sini lo!" Perintah Devan.

"Gue? Siapa lo berani nyuruh-nyuruh?" Sahut Amora.

"Ckk lama" cowo itu menarik lengan kiri Amora, membuat kedua bola mata Amora membulat.

Prangg

Sebuah vas bunga yang penuh dengan tanah terjatuh dari lantai dua, suara itu mengalihkan pandangan semua orang yang ada di lapangan. Perhatian itu bukan teralih pada sebuah kejadian di depan nya melainkan terarah pada satu sisi, mereka melihat seorang gadis yang berada dalam pelukan Devantara.

"Apa kita gak salah liat?"

"Seorang Devantara berani deket sama cewe?"

"Bos kita udah besar" ucap Gerry asal ceplos.

"Astaga, lo kira selama ini kita berantem sana sini dilakuin sama anak kecil?" Sindir Zegran.

"Ekhem! Udah lebih dari dua menit kalian tatapan, awas nanti jatuh cinta" sahut Fano.

"Lepasin gue! Mau modus lo ya?!" Sembur Amora tidak terima.

"Najis" sahut Devan sinis.

Amora belum sadar, mungkin otak nya masih ngelag dengan kejadian tadi. Beberapa siswi berlarian ke arah nya, dengan wajah khawatir.

"Kamu tidak apa-apa? Ada yang terluka? Mau ke UKS?"

"Hah? Aku baik-baik aja. Tapi apa yang terjadi?"

"Kamu gak inget? Hampir aja vas bunga itu jatuh ke kepala kamu. Beruntung Devan cepat menolong kamu."

"Jadi nama cowo itu Devan" gumam nya.

"Iya, mending kamu bilang terima kasih sama Devan. Dia galak, disini gak ada yang berani sama dia."

Susah payah Amora menelan ludah nya ketika mendengar ucapan itu. Mengingat dia baru saja membentak Devan dan menuduh nya.

Tenggorokan nya terasa kering, gadis bingung dan juga takut. Ingin mengucapkan maaf dan terima kasih tapi gengsi.

Setelah terdiam beberapa detik akhirnya Amora memberanikan diri untuk meminta maaf dan berterima kasih.

"M-maaf dan makasih" lirih Amora dengan ragu.

"Hah? Apa lo bilang?"

"Gue minta maaf Devan"

"Dan makasih juga udah nolongin gue."

"Gue mau maafin lo, kecuali dengan satu syarat" jawab nya melirik Amora dengan senyum licik.

"Syarat apa?"

"Tunggu gue nanti pulang sekolah" ucap nya mengalihkan pandangan dari Amora.

Mendengar itu membuat Amora melongo, tidak habis pikir dengan ucapan Devan.

"Wow gerak cepat nih bos kita" bisik Gerry pada Fano.

Beberapa menit kemudian upacara sudah selesai.

Semua siswa siswi sudah masuk ke kelas mereka masing-masing, tapi tidak dengan Amora dan anak-anak lain yang mendapatkan hukuman.

"Ini semua gara-gara bangun kesiangan gue jadi kena hukuman" Gerutu Amora.

Pak Wendy berjalan ke tengah lapangan. Tatapan mata nya benar-benar tidak enak untuk di pandang.

"Setiap gue di tatap pak Wendy bawaan nya pengen ke kamar mandi" ceplos Fano.

"Hust diem!" Ucap Zegran sambil mencomot mulut Fano.

"Kalian semua berdiri yang tegak!"

"Ini lagi anak cewe ikut-ikutan telat"

"Besok-besok saya gak mau liat kamu ada di antara mereka semua!"

"I-iya Pak" sahut Amora gugup.

"Dan kalian, gak ada bosen nya telat terus? Gak cape apa hah? Saya saja yang mengurus kalian rasanya cape lahir batin!"

"Lagi curhat Pak?" Sahut Fano.

"Diam kamu Fano! Jones kebanyakan gaya!"

Semua yang ada di sana mati-matian menahan tawa mereka.

"Saya sedang tidak bercanda jadi kalian semua diam. Fano dengan murid lain nya lari lapangan tiga puluh kali, lalu sapu halaman sekolah sampai bersih mengkilat!" Perintah pak Wendy.

"Sementara kamu Devan dan murid baru itu bersihkan toilet."

"Tapi Pa-" belum sempat Amora menyelesaikan ucapan nya namun sudah terpotong oleh pak Wandy.

"Saya gak terima alasan apapun dan penolakan apapun itu! Cepat lakukan sekarang atau hukuman kalian saya tambah!" Geram pak Wendy.

"Ckk gue sama cowo itu lagi? Astaga ujian apa lagi ini" gumam Amora.

"Semoga berhasil pdkt nya bos" ucap Fano sembari menepuk pundak Devan.

"Kesempatan gak dateng dua kali. Dia cantik sayang kalo di sia-sia in bos" bisik Gerry.

"Stres!" Sahut Abigal.

"Jangan dengerin mereka, gue duluan" ucap Zegran lantas menyusul ketiga teman nya.

Devantara sudah berjalan hampir dua langkah, namun terhenti dan kembali menoleh.

"Kenapa? Ngapain lo diem aja di situ? Mau kabur?" Tanya nya beruntun.

"Enggak. Gue gak tau kamar mandi nya dimana" jawab Amora jujur.

"Anak baru udah cari masalah" gumam nya.

Sesampainya di kamar mandi.

"Ayo cepetan kerjain. Kita bagi dua aja lo sebelah sana biar gue di sini" jelas Amora, tapi cowo itu justru hanya diam tidak menjawab.

"Kenapa diem?"

Devan justru tertawa terbahak-bahak di hadapan nya.

"Aneh lo lama-lama. Gue heran modelan kayak gini kok di takutin satu sekolah" cibir Amora.

Seketika tawa nya terhenti, berganti dengan tatapan tajam dari Devan "Lo anak baru jadi gak usah belagu! Siapa juga yang mau bersih-bersih toilet."

"Lo harus kerjain ini semua, termasuk bagian gue yang lo bilang tadi. Kalo gak! Gue bakal bilang ke semua siswa siswi disini supaya mereka ngejauhin lo dan lo gak akan punya temen disini!"

"Avv takut banget."

"Emang seharusnya lo itu takut!"

"Tapi gue gak mau lakuin apa yang lo bilang tadi!" Balas Amora menantang.

Oke sepertinya kalo ini Devan salah memilih lawan.

Brakk

"Lo nantang gue?"

"Pokok nya lakuin apa yang gue minta tadi. Kalo gak lihat aja akibat yang bakal lo terima!"

Setelah mengatakan itu Devan pergi begitu saja, memanjat dinding tinggi lalu menghilang di balik sana.

"Mimpi apa gue semalem, bisa-bisa nya ketemu sama makhluk kayak gitu. Gak akan ada bisa orang yang bisa merintah gue seenak nya, kecuali bokap dan nyokap gue" ucap nya sambil menghembuskan nafas kesal.

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝒀𝒐𝒖 𝑨𝒓𝒆 𝑴𝒊𝒏𝒆! (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang