Ae-ri sesungguhnya tidak berniat untuk melakukan hal yang berada dalam scenario nekat yang dirancang gamang. Hari-hari yang ditelan rakus oleh detik, selama itu pikirannya dibawa berjalan-jalan tersesat;----penuh tentang pertanyaan mengapa, bagaimana, kapan, ada apa dan banyak lagi---penuh sekali, teronggok di sudut pikir tentang pemuda yang tinggal bersama dengannya.
Seluruhnya terpentas acak-acakan mengenai Seokjin. Mengenai obat-obatan yang terserak banyak dalam kerahasiaan. Hanya saja semakin lama, semakin dipendam, Ae-ri semakin takut dengan spekulasi tak mendasar yang timbul ketika semakin memikirkannya.
Seokjin selalu baik-baik saja---dan itu adalah bagian terburuknya.
Sehingga pada akhirnya ketika sinar mentari masih terasa hangat, selepas kepergian Seokjin dengan balutan jas hitam formal seperti biasa. Gadis itu memutar otak untuk membuat sebuah alasan agar pemuda itu berangkat lebih dahulu dan tak perlu memikirkan tentang dirinya. Entah mengapa beruntungnya semesta juga ikut serta mempermudah segalanya sebab Seokjin hanya mengangguk paham dan tak bicara apapun.
Kemudian tubuh gadis itu secara sadar dituntun menuju kamar Seokjin---mencari sebuah kotak putih yang dibuka buru-buru, dan segera membawa satu botol serta secarik kertas resep selagi jantungnya berdentum gila sementara hatinya terus merapalkan permintaan maaf ribuan kali kepada pemiliknya karena telah melakukan perbuatan lancang.
Bahkan barangkali Ae-ri merasa teramat bersalah sebab melewati batasan kasat mata yang selalu menjulang tinggi antara dirinya dan Seokjin. Ia tahu semestinya dirinya tidak bertindak sejauh ini. Ia teramat paham bahwa tidak ada hak-hak untuknya melakukan semua ini. Ia tahu seberapa tidak sopan tindakannya ini. Namun Ae-ri sudah terlanjur mengetahui separuh kebenaran tentang Seokjin yang ternyata sangatlah abu-abu. Pun ia tahu jikalau sebab-sebab hidupnya juga sudah terlanjur terikat dengan pemuda itu.
Lantas setelah itu Ae-ri tidak memerlukan waktu lebih lama lagi untuk mengetik beberapa kalimat yang ia kirim dalam bentuk balon pesanan.
Halo Ahn.
Ini aku Ae-ri.
Bisakah kita bertemu hari ini? Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu. Ini tentang Seokjin.
Kenyataannya tidak ada siapapun lagi yang bisa ditanyai selain sahabat Seokjin. Hanya Ahn Taehyung saja yang menjadi kunci dari segalanya. Jadi Ae-ri tidak bisa menampik kelegaan yang mampir ketika dirinya mengirimkan titik koordinat sebuah tempat untuk titik temu---si empu mengirimkan pula balasan yang memenuhi ruang obrolan. Padahal ia tidak punya opsi lainnya jika pria Ahn itu tidak menggubris sebab mengingat hubungan mereka yang sama sekali tak dekat---juga mengingat super sibuknya jadwal Taehyung.Namun ternyata Taehyung benar-benar datang tepat ketika jam istirahat nyaris berakhir berbarengan dengan meleburnya kehangatan dalam secangkir teh jasmine miliknya. Memang sedikit lebih sepuluh menit dari jam temu---tetapi bahkan ini terasa lebih baik.
Taehyung memakai setelan jas kantor berwarna hitam, kontur wajahnya yang tergurat lelah nampak bersinar terbias cahaya yang menembus kaca jendela, rambutnya ditata ke belakang dengan rapih. Sebuah ID card pekerja bertuliskan (Ahn Taehyung lalu dibawahnya bertuliskan jabatan; Sekretaris CEO) tepat di bawah potret formal miliknya, terlihat masih menggantung cocok di leher.
Ae-ri tidak pandai menilai penampilan tetapi pemuda di hadapannya memang sangat tampan. Sangat tampan seperti karakter komik. Mungkin pelayan wanita di sini juga tidak menampik hal tersebut, karena Ae-ri mendapati beberapa dari mereka curi-curi pandang seraya berbisik dengan temannya, dan mengubah tutur suaranya menjadi sangat lembut, dirangkai gemulai, ketika mengantarkan pesanan---padahal saat dirinya datang tidak begitu.
Ae-ri lekas mengalihkan pandangan ketika Taehyung sepertinya menyadari tatapannya yang tak teralih. Sudut bibir pemuda itu terangkat samar ketika mulai menyesap kopi hitamnya, sejenak melirik ke arah luar kafe yang tersekat jendela, memperhatikan sekitar yang masih sibuk oleh gerombolan manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endings, Beginnings.
FanfictionBerawal ketika sebuah kecelakaan tak terduga, mengakibatkan Kim Jungkook koma hingga tak bisa melangsungkan acara pernikahannya bersama dengan Kang Aeri. Maka, Ayahnya--Kim Won Hee, mengambil sebuah keputusan besar yang membuat sebuah kisah baru ter...