002 | Yume to Namida - Dream and Tears

22 1 0
                                    

Mimpi itu lagi. Aku kembali terbangun dengan wajah penuh keringat dan jantungku yang berdetak kencang. Ini gila. Ada apa dengan diriku? Kenapa selalu memimpikan hal itu terus? Frustasi, aku mencoba mengalihkan perhatianku dengan membuka hp. Suatu reminder muncul di layar setelah aku mengetik password.

Seleksi anggota baru basket.

Ah ya, hari ini ada seleksi anggota baru. Dengan segera, aku mandi dan sarapan, lalu berjalan menuju lapangan di dekat sekolah. Aku mengikuti ekstra basket bersama dengan Riku dan Takeru. Setelah berkenalan dengan anak-anak kelas dua yang lain, mereka bersiap untuk mengetesku. Padahal seleksi anggota baru masih lama, sekitar seminggu lagi. Mereka mengkhususkan hari ini hanya untukku, rupanya.

"Hibiki." Panggil Riku. Aku menoleh sambil meminum air mineral.

"Hm? Oh astaga. Terima kasih." Tutup botol kuputar dan kuambil bola basket kesayanganku dari tangan Riku.

"Bersiaplah, kami akan mengetesmu hari ini." Katanya. Aku tersenyum.

"Tentu. Oh, yang tim putri sedikit juga yang datang. Pantas saja kalian bergabung dengan tim putra. Perintah kapten?" Kataku sambil melihat sekeliling.

"Memang kau tahu siapa kaptennya?" Tanyanya. Aku menggaruk-garuk kepalaku.

"Err ... dia?" Kataku, sambil menunjuk cewek berambut pendek. Riku menggeleng sambil tertawa kecil.

"Lah ... kalau begitu ... dia?" Tanyaku lagi, kali ini sambil menunjuk cewek yang satunya, rambutnya panjang mencapai punggung. Lagi-lagi Riku menggeleng, lalu tertawa makin kencang. Berarti ...

"ASTAGA, RIKU, KAU KAPTEN TIM PUTRI?!" Tanyaku. Riku mengangguk di tengah-tengah tawanya yang lepas. Hebat! Aku semakin mengaguminya.

"Apa, kau tidak percaya?" Tanyanya, lalu cemberut.

"Hahaha, tak kusangka. Apa posisi dan teknik terbaikmu?" Tanyaku, sambil memantul-mantulkan bola basket ke lapangan basket berwarna hijau ini.

"Hmm, point guard, three-point shoot. Bagaimana denganmu?" Tanyanya, sambil mengusap-usap dagu. Aku tersenyum kecil.

"Lihat saja nanti, Kapten."

Berbagai tes kulewati dengan baik, dan sepertinya mereka terpukau dengan aksiku ini. Aku juga memenangkan pertandingan one-on-one dengan Takeru, dengan skor yang lumayan tipis.

Angin musim semi kembali bertiup dan menerpa wajahku. Langit sore yang kemerahan dan lapangan yang sepi menambah suasana tenang. Dengan sisa-sisa tenaga, aku melakukan teknik favoritku.

Slamdunk.

Bola hitam itu memantul bebas ke arah bangku, meninggalkanku yang terkapar lemas di dekat ring. Haaah, sudah lama aku tidak melakukan teknik yang melelahkan ini.

"Astaga Hibiki! Kau tak apa?" Jantungku meloncat, kukira semuanya sudah pulang. Aku mendongak, dan kulihat Riku setengah berlari ke arahku.

"Yah, aku tak apa. Hanya sedikit kelelahan, mungkin." Ia mengangsurkan handuk kecil dan air minum.

"Ah iya, kau benar-benar memukau kami. Kau hebat sekali Hibiki! Dan slamdunk tadi, kenapa kau tidak melakukannya saat tes teknik tadi?" Ah, dia melihatnya.

"Ahahaha, tak apa, itu senjata rahasiaku, Riku. Hanya kau yang tahu." Aku memutar tutup botol dan meneguk isinya sampai habis.

"Kenapa hanya aku yang tahu? Bagaimana dengan Takeru? Si kembar? Atau yang lainnya?"

"Karena itu, namanya juga rahasia." Kataku, dan ia tidak tanya lebih lanjut lagi.

Untuk memastikan bahwa aku bisa pulang sendiri dengan selamat, kami pun bertukar nomor. Setelah membereskan lapangan dan mengecek barang, kami pun pulang. Sampai di rumah, aku segera mandi dan mulai mengirim Riku SMS. Aku tertawa kecil setiap kali melihat ada emoticons di setiap balasan yang ia kirim.

Slamdunk My Heart | Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang