Bagian 1

48 4 6
                                    

Pernikahan memang impian Janetha sejak dulu, janetha sudah lama menginginkannya dan ya hari ini yang diimpikan itu terjadi. Iya, janetha emang ingin menikah tapi bukan dengan orang yang berada disebelahnya itu. Mereka hanya 2 kali bertemu, pertama saat lamaran dan kedua kalinya hari ini. Janetha menatap sekeliling lalu matanya terarah pada sudut ballroom ini. Disana ada pujaan hatinya yang  berbalas menatapnya juga. Terlihat disana seseorang menyeka air matanya yang jatuh lalu dia tersenyum getir kearah Janetha. Sakit. Sangat sangat sakit. Itulah yang dirasakan Janetha saat  ini, entah takdir apa ini, tuhan tidak membiarkan mereka  bersama.

Dua bulan lalu figo-pacar Janetha datang kerumah meminang Janetha tapi, ayah janetha sangat menolak niat baik Figo itu, Janetha sangat kecewa pada ayahnya saat itu. Janetha melirik ibunya tapi, ibunya tidak mendukung malah ikut dengan keputusan ayahnya. Janetha  yang kekeuh ingin menikah dengan kekasihnya malah ayah menjodohkannya  dengan anak temannya yang tidak Janetha kenal. Janetha menolak tapi, ayahnya memaksa. Sehari setelah Figo datang kerumah Janetha mengatur jadwal temu bersama Figo disalah satu caffe.

"Jangan melawan ayahmu hanya karena kamu mencintaiku jan" ucap figo tenang dengan menatap mataku yang berkaca kaca.

"Apa kamu tidak mencintai ku lagi?" Tanya Janetha padanya, Janetha merasa  kesal dan kecewa perkataan figo. Kenapa Figo tidak mempertahankannya dan mencari cara untuk mereka bersatu.

"Aku mencintaimu. Tapi, tidak mungkin kita menikah tanpa restu ayahmu."

"Mungkin! Tanpa restu ayah kita bisa menikah, aku keluar dari keluarga itu tidak apa-apa" bantah Janetha dengan marah untung saja pengunjung caffe tidak memperhatikan mereka.

"Jan!" Bentak figo dengan emosi. Lalu, menghela nafas berat.

"Jangan hanya karena aku kalian berantakan dalam keluarga, cukup antar keluarga kita yang bermasalah. Jangan gila kamu!"

Hah! Janetha melupakan satu hal antara keluarga nya  dengan keluarga Figo. Keluarga mereka bermasalah.  Beberapa kali janetha menanyakan pada ibunya, tapi ibunya tidak memberitahu. Mereka  berpacaran selama tiga tahun tepat pada hari kelulusan sarjana janetha. Selama ini ayah janetha tidak tau kalau, Janetha dengan Figo pacaran sedangkan ibunya tau. Ibu sudah melarangnya berkali kali tapi Janetha tidak mendengarkan nya.

Sedangkan keluarga Figo tau, bahkan ibunya sangat baik pada janetha. Dia menggangapku Janetha seperti anaknya sendiri.janetha masih tidak paham dengan pemikiran ayahnya, mereka yang bermasalah tapi hubungan dengan Figo diikut sertakan juga. Harusnya ayah bisa memilah sama siapa dia bermasalah pada orang tua atau pada anak.

Ternyata impian Janetha selama ini hanya impian belaka yang tidak akan pernah tewujud, menikah dengan orang yang di cintai. nasi sudah jadi bubur.

Nafas janetha tercekat ketika pria yang di cinta itu meninggalkan ballroom ini. Air mata ingin jatuh tapi Janetha tetap menahan dengan menggengam erat Bungan yang ditangannya, menghela nafas janetha tiba tiba ia  teringat dengan  kata kata Figo beberapa hari lalu.

"Ini yang terbaik, Jan. Lupakan aku. Rasa cintamu yang selama ini untukku berilah pada suamimu. Selamat berbahagia. jangan pikirkan apapun, apalagi aku. Kamu harus bahagia dengan begitu aku juga akan lebih bahagia."

***

Ini adalah hari kedua setelah Janetha  menikah, saat ini mereka sedang makan siang bersama. Seluruh keluarga besar dari pihak janetha dan suaminya . Hah! Mengakui bahwa dia sudah bersuami nampak sangat berat bagi janteha  tapi, memang benar adanya. Jangan kalian mengira ruang ini hening, tidak. Ini sangat berisik mulai dari orang tua, pemuda, hingga anak anak. Ketika seseorang berdehem semua terdiam seakan menunggu kelanjutan dari instruksi itu.

Game Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang